Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Laki-laki Yang Baru Saja Menikahimu

Bab 2 Laki-laki Yang Baru Saja Menikahimu

"Mungkin di dunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Sebab, semuanya terjadi karena suatu alasan."

One Piece

Kiara mengerang pelan, kepalanya terasa sakit, ketika dia membuka mata. Perasaan bingung langsung menyergapnya saat melihat langit-langit ruangan yang terlihat berbeda dengan langit-langit kamarnya yang sengaja Kiara hias dengan bintang-bintang.

Tunggu! Jika sekarang Kiara tidak berada di kamarnya, lalu sekarang dia sedang ada di mana?

Tahu ada yang tidak beres, perempuan itu langsung bangun. Kamar ini sangat mewah, pikir Kiara saat melihat ke sekitar. Ruangannya luas dengan latar warna putih. Kiara menggelengkan kepala, kenapa dia malah memikirkan ruang hotel ini?

"Kamu sudah bangun rupanya," seseorang berkata seraya masuk ke dalam kamar yang ditempati Kiara.

Sontak Kiara bersikap waspada, dia bergerak mundur ketika wanita paruh baya itu berjalan menghampiri Kiara. "Anda siapa?" tanyanya ragu.

Farah tersenyum hangat. "Saya Farah, ibunya Raskal."

"Raskal?" Kiara mengingat-ngingat, siapa Raskal? Kenapa ibunya Raskal datang menemuinya? Apa dia berbuat kesalahan? Kiara bertanya-tanya.

Masih tersenyum, Farah menjawab, "Raskal, laki-laki yang baru saja menikahimu."

Sesaat otak Kiara blank, kosong, hilang, berantakan saat mendengar lelaki bernama Raskal menikahinya? Menikahinya!

"APA?!" teriak Kiara terkejut, kemudian saat melihat ke bawah. Perempuan itu semakin terkejut melihat dirinya memakai gaun pengantin panjang tanpa lengan, gaunnya sedikit tetutup, setidaknya hal tersebut disyukuri Kiara atas kejadian aneh yang dia alami.

Tapi ... kening Kiara berkerut dalam, kenapa dia tidak sadar saat seseorang mengganti bajunya? Dan ohh, apa ini? Kenapa wajahnya yang buruk rupa jadi cerah seperti ini? Apa yang mereka perbuat pada wajahnya saat tidak sadarkan diri?

Namun yang paling membuat Kiara kesal; kenapa dirinya tidak sadar dan malah terus tidur saat semua orang melakukan hal keji padanya?!

Ini tidak bisa dibiarkan!

"Apa kata Anda tadi? Menikah? Ahh, pasti Anda sedang bercanda, ya?" Tentu saja, pikir Kiara. Mana mungkin dia menikah secepat ini? Sama Raskal lagi? Bahkan dia tidak tahu siapa Raskal itu.

Farah mengerutkan kening. "Kamu pasti terkejut," desahnya dengan wajah menyesal. "Maafkan sikap Raskal, dia memang sedikit pemaksa dan dingin, tapi percayalah Raskal sangat baik, apalagi dia melepaskan Keyra demi bisa menikahimu."

Ekspresi Kiara sungguh kacau saat ini, dia melongo mendengar penjelasan Farah yang mengatakan bahwa Raskal lebih memilihnya daripada Keyra. Tunggu, Raskal? Pemaksa? Dingin? Keyra? Kiara baru sadar sekarang, apa jangan-jangan Raskal yang dimaksud Farah adalah lelaki sinting yang menculiknya tadi siang?

"Tapi ini-"

Tiba-tiba saja Farah memeluk Kiara dengan penuh haru, bahkan Kiara mendengar ibu kandung Raskal itu terisak pelan. "Bunda senang sekali akhirnya Raskal menikah denganmu, dan Bunda senang sekali karena Raskal mau berjuang untuk dirinya."

Kiara benar-benar tidak mengerti, bukankah seharusnya Raskal menikah dengan Keyra-perempuan yang mempunyai wajah sangat mirip dengannya-tapi sekarang kenapa malah Kiara yang menikah dengan Raskal?

"Tadi Raskal buat keputusan mendadak, katanya dia tidak mau nikah dengan Keyra karena dia sudah mempunyai perempuan yang dia cintai. Meski awalnya Bunda ragu, tapi setelah melihatmu, Bunda percaya kalau kamu memang pantas menjadi istri Raskal."

Kiara masih tidak merespon, kesal dengan alasan Raskal yang terlihat seolah-olah tergila-gila padanya sampai rela membatalkan pernikahan dengan Keyra. Padahal kenyataannya, Raskal tidak bisa menikah dengan Keyra karena dia kabur bersama lelaki yang kemungkinan besar adalah pacarnya.

Tapi kenapa Raskal malah membawa Kiara ke dalam permasalahan ini. Kenapa tidak orang lain saja? Dan juga, kenapa wajah Kiara harus sama percis seperti Keyra? Semua ini benar-benar membuatnya pusing.

"Tapi, saya tidak kenal sama Raskal. Kami bahkan baru bertemu satu kali."

"Benar yang dikatakan Raskal."

"Apa?" Kiara tidak mengerti.

Farah mengusap rambut Kiara yang sudah ditata dengan rapi. "Raskal juga bilang kalau kamu pasti menolak, makanya pernikahannya dipercepat karena takut kamu akan kabur. Jangan malu, kamu sangat pantas menjadi istri Raskal, tidak akan ada satu pun orang yang akan menghinamu. Bunda sama Raskal berjanji akan selalu melindungimu."

Alasan apa lagi yang dikatakan Raskal pada Farah? "Saya benar-benar tidak ngerti."

"Memang sulit memahami Raskal," kata Farah menggenggam tangan Kiara lembut. "Tapi, Kiara Sayang. Percayalah, Raskal adalah lelaki yang baik. Dia pasti akan menjagamu, dan Bunda mohon. Tetaplah bersama Raskal apa pun yang terjadi."

Tapi aku sama sekali tidak kenal sama Raskal, desah Kiara frustrasi. Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kedatangannya ke bandara untuk memenuhi permintaan abangnya bukan diculik oleh lelaki sinting bernama Raskal dan menikahinya tanpa meminta persetujuan dari Kiara terlebih dahulu, dan sekarang, bahkan Raskal mengarang cerita aneh pada Farah sehingga Kiara tidak bisa berkutik sama sekali.

Ya ampunn!

Kiara sangat ingin bilang bahwa dia sama sekali tidak mengenal Raskal, lelaki itu hanya orang sinting yang menculiknya secara tiba-tiba. Dan menikah? Bahkan hal itu tidak pernah Kiara pikirkan selama ini. Baginya menikah itu komitmen yang sangat tinggi. Dia tidak mau main-main dalam pernikahan. Meski demikian, impian Kiara tentang pernikahan adalah bahwa dirinya ingin menikah dengan lelaki-yang setidaknya disukai-disayangi oleh Kiara. Bukan dengan lelaki sinting yang tega menculiknya dan menikahinya seperti ini.

"Kiara!" tegur Farah menyadarkan Kiara dari lamunannya. "Ayo turun ke bawah, Raskal dan yang lain pasti sudah menunggumu."

"Tapi, tapi, saya-"

"Kenapa?"

Haruskah Kiara bilang kalau dia dijebak atau diculik oleh Raskal bahkan dipaksa untuk menikah. Namun niatnya langsung menciut ketika menatap binar di mata Farah, yang seolah-olah sangat senang Raskal menikah dengan dirinya. Farah pasti sangat kecewa saat tahu yang sebenarnya.

Tanpa banyak kata lagi, Farah menuntun Kiara keluar hotel menuju ballroom tempat resepsi berlangsung.

Jantung Kiara berdegup kencang, tangannya dingin, dia benar-benar gugup sekaligus takut. Kiara merasa, setiap kali dia melangkah maka dia merasa seperti berjalan menuju neraka dengan api di sekeliling. Dan ketika pintu terbuka, langkah Kiara begitu berat untuk masuk, apalagi saat melihat orang-orang di dalam.

Bagaimana ini? Kiara bergumam dalam hati. Kepalanya menunduk, menghindari tatapan orang-orang. Kiara mulai memikirkan cara terbaik untuk kabur dari sini.

Kiara melihat pintu di ujung ruangan, kemungkinan besar mengarah ke dapur. Dan itulah jalan satu-satunya untuk bisa kabur dari sini. Sekilas dia melirik Farah yang berjalan di sampingnya. Kiara akan menjauh dari Farah secara perlahan kemudian kabur dari ruangan ini. Kiara tidak peduli jika orang-orang akan marah atau keluarga Raskal akan menanggung malu karena kelakuannya yang menyebalkan. Untuk saat ini dia harus menyelamatkan dirinya agar tidak terjerumus ke dalam permasalahan yang lebih rumit lagi.

Kiara melangkah ke tempat yang tidak semestinya, meski tidak tahu niat Kiara yang sebenarnya, Farah malah menarik tangan Kiara dan menuntunnya ke depan. Perempuan itu mendesah kesal, kembali memikirkan cara kabur yang tepat.

Tidak jauh darinya, Kiara melihat ada pintu kecil. Apa pintu itu menuju ke ruangan lain? Mendadak wajahnya berseri, dia bisa lari saat ini juga. Namun sayang, saat Kiara hendak kabur lagi, dia baru sadar kalau dia sudah sampai di hadapan Raskal yang kini berdiri dengan tatapan tajam menatap dirinya. Seolah-olah dia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh perempuan itu saat ini.

"Eh," kata Kiara terkejut, dia melihat Farah yang tersenyum kemudian pergi ke belakang meninggalkan Kiara sendirian bersama lelaki sinting yang paling dibenci oleh Kiara.

Kemudian Pak Anton-selaku penghulu-mempersilakan Kiara dan Raskal untuk menandatangi buku nikah. Sontak saja Kiara terkejut, buku pernikahan? Tapi bagaimana bisa? Dia langsung menatap Raskal tajam, apa jangan-jangan lelaki itu mengambil kartu identitasnya saat dia tidak sadarkan diri?

Keterlaluan!

"Kamu pikir aku mau!" Kiara mendesis kesal, enggan untuk menandatangani buku kecil tersebut. Jika dia melakukan hal tersebut, maka bisa dipastikan kalau hidupnya akan sangat, sangat menderita kalau harus hidup dengan Raskal dalam waktu lama.

Raskal tersenyum kecil, dia mengangkat bahu tidak peduli. "Kenapa? Oh, haruskah saya bilang ke semua orang yang ada di sini, bahwa kamu sedang mengandung anak saya."

Kiara melongo, apa katanya tadi? Ingin rasanya Kiara menjambak rambut Raskal dan melemparnya ke sungai ciliwung. Mengandung? Astaga, lelaki ini benar-benar sinting tingkat tinggi.

"Kamu-" Kiara enggan menandatangi buku tersebut.

"Jika saya mengatakan hal itu, bukankah semua orang akan langsung percaya. Terlebih saya menikahimu secara mendadak seperti ini."

Kiara tambah tidak percaya lagi.

"Tentu saja saya tidak akan menanggung malu. Semua orang akan menilaimu sebagai perempuan tidak baik-baik."

Wajah Kiara memerah, dia bisa membayangkan tatapan orang-orang terhadapnya jika Raskal benar-benar melakukan hal itu. Pasti mereka akan menilai buruk dirinya.

No, itu tidak boleh. Tanpa berpikir panjang lagi, Kiara membubuhkan tanda tangannya secepat mungkin. Meski dia terjebak dengan Raskal, setidaknya Kiara harus menjaga nama baiknya.

Jangan biarkan Kiara menghancurkan namanya lagi.

Raskal tersenyum miring yang langsung dibalas pelototan oleh Kiara. Lelaki itu menarik tangan Kiara kemudian memakaikan cincin, Kiara enggan mencium tangan Raskal namun melihat tatapan orang-orang membuat Kiara terpaksa melakukannya.

"Cium! Cium! Cium!" seru seseorang.

Kiara langsung melotot kesal, lebih kesal lagi melihat Raskal yang malah tersenyum kecil. Jangan-jangan mereka sahabat Raskal yang hendak mengerjai Kiara. Awas saja!

"Awas saja kalau kamu melakukannya!!" desis Kiara.

Namun tanpa disangka-sangka, Raskal malah tersenyum menarik kepala Kiara kemudian mencium keningnya dengan lembut.

Tubuh Kiara langsung kaku, jantungnya berdegup kencang. Dia melihat Raskal yang juga sedang menatapnya dalam, kenapa tiba-tiba Kiara berpikir kalau Raskal itu tampan? Sepertinya otak Kiara rusak seteleh dicium Raskal.

"Ecieee!"

Kiara kembali tersadar saat mendengar teriakan teman-teman Raskal. Buru-buru dia mundur, sama sekali tidak berani menatap Raskal.

"Apa yang kamu lakukan?" Akhirnya Kiara bertanya setelah detak jantungnya kembali normal.

"Menciummu," sahut Raskal dengan wajah datar.

Kiara menggertakkan gigi, benar-benar kesal pada Raskal. Setelah menculik, memaksanya menikah, dan sekarang menciumnya? Ya ampuun, setelah resepsi ini berakhir, dia harus melempar Raskal ke suangai amazon biar dimakan sama buaya.

"Kamu benar-benar gila."

Raskal mengangkat bahu tidak peduli. "Saya memang seperti itu."

Saat semua orang mengalihkan perhatian, Kiara langsung menendang kaki Raskal sampai lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Rasain!" Kiara berbisik dan tersenyum manis.

"Akhirnya kamu nikah juga, Kal," kata seseorang menepuk bahu Raskal, dia menatap Kiara dan tersenyum. "Hai, saya Sendi, temennya Raskal."

Kiara tersenyum kaku, membalas uluran tangan Sendi. "Kiara."

"Kiara, nama yang cantik. Secantik orangnya." Sendi tertawa namun segera berhenti saat melihat tatapan tajam Raskal. "Tatapannya itu lho, Kal, dikondisikan. Tenang aku tidak akan godain istri kamu, aku masih mau hidup."

Raskal hanya melengos sedangkan Kiara sama sekali tidak mengerti maksud Sendi.

"Pokoknya, selamat untuk kalian berdua. aku doain supaya langgeng terus dan tidak pergi-pergi lagi, ya."

Setelah itu Sendi turun dan membiarkan orang lain menyalami Kiara dengan raut wajah penasaran. Bagaimana mereka tidak bingung, seharusnya perempuan yang menikah dengan Raskal itu Keyra bukan Kiara.

"Maksud Sendi tadi apa?" tanya Kiara. "Emang Keyra selalu kabur-kaburan, ya saking tidak sukanya sama kamu." Terdengar sedikit mengejek, tapi Kiara tidak peduli.

Raskal hendak menjawab sebelum seorang lelaki paruh baya datang, Kiara bisa merasakan perubahan sikap Raskal yang dingin lebih dingin lagi. Kiara melihat lelaki paruh baya itu. Apa dia ayah Raskal? Melihat wajahnya yang mirip dengan Raskal sepertinya benar. Tapi sepertinya hubungan mereka tidak baik, pikir Kiara.

"Kamu memilih wanita ini daripada Keyra?" Zaki berbicara sinis. "Apa yang sudah kamu lakukan pada Raskal? Kamu bahkan melakukan operasi plastik agar wajahmu sama seperti Keyra."

Kiara menaikan sebelas alis, apa kata Zaki tadi? Operasi plastik? Kiara menggelengkan kepala tidak percaya. Sepertinya benar Zaki ini ayahnya Raskal. Bahkan kesinisan mereka pun sama.

"Operasi plastik? Memangnya saya ini tipe orang yang suka mengubah ciptaan Tuhan?" Kiara tidak peduli jika Zaki menganggap dirinya buruk, enak saja memfitnahnya sekejam itu. "Saya sangat bersyukur dengan apa yang saya punya, termasuk wajah saya. tidak pernah sekali pun saya melakukan operasi plastik seperti yang Anda katakan. Wajah saya seperti ini sejak lahir."

"Kamu punya selera yang buruk dalam memilih pendamping."

Kiara mulai geram, harinya sudah buruk dan sekarang dia mendapat hinaan dari orang yang bahkan tidak mengenalinya. Ya ampuun, apa yang sedang direncanakan Tuhan padanya?

"tidak baik menilai seseorang yang bahkan tidak Anda kenal. Saya memang bukan orang baik-baik, saya juga bukan perempuan yang sempurna, tapi bisa dipastikan saya akan menjadi istri yang baik untuk putera Anda."

Zaki kehilangan kata-kata, dia hanya menatap Raskal dan Kiara bergantian kemudian beranjak pergi dengan wajah menahan amarah.

"Enak aja hina aku," kata Kiara kesal. "Kenapa ketawa!" bentaknya saat melihat senyum di wajah Raskal.

"Kamu lucu."

"Emang aku seperti badut, hah!" Kiara mendengus kesal, sekesal-kesalnya.

Di ujung ballroom, seorang lelaki tengah berdiri menatap Kiara dan Raskal dengan sebelah alis terangkat. Jika dia berdiri di tengah ruangan maka dia pasti akan menjadi pusat perhatian dengan jins, kaus, hoodi, dan topi yang dia kenakan, sama sekali bukan pakaian yang seharusnya dipakai di resepsi pernikahan. Sesaat dia mendesah panjang.

"Jadi mereka targetku berikutnya? Haruskah aku mengambil tugas ini?" dia bertanya-tanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel