Bab 6 Rencana Busuk Sinta
"Kenapa begitu kejam semesta ini padaku Tuhan? Apa yang paling penting di dunia ini hanya harta dan status sosial saja? Apa orang miskin seperti ku tidak berhak merasakan bahagia?" Teriak Zuriel dalam batin.
Tidak bisa dipungkiri, berpisah dengan istri merupakan bukan hal yang mudah bagi Zuriel. Rasa sakit itu semakin menusuk relung batinnya karena mereka dipaksa berpisah banya berdasarkan perbedaan status sosial dan kekayaan saja.
Malam itu menjadi hari pertama yang begitu berat bagi Zuriel, bagaimana tidak selama ini Zaira selalu setia menemaninya di setiap kondisi. Namun, mulai dari sekarang ia harus belajar untuk menjalani semua ini sendiri tanpa adanya dukungan dari siapapun.
"Tunggulah aku Zaira, aku akan berjuang untuk membalikkan dunia dan datang menjemputmu dengan penuh hormat. Disaat itu bukan lagi hinaan yang aku dapat, melainkan pujian dari keluargamu" Tekad Zuriel.
***
Keesokan paginya, Zuriel bangun pagi-pagi sekali. la mulai aktivitas paginya ini dengan menunaikan kewajibannya sebagai muslim yakni menjalankan shalat subuh. Setelah itu pemuda tampan itu memasak nasi dan menggoreng telur untuk sarapan.
Setelah semua rutinitas paginya selesai, Zuriel bergegas pergi dengan berdandan rapi memakai kemeja dan celana kain. Tidak lupa juga, ia juga mengenakan sepatu serta membawa sebuah tas. Kali ini penampilan Zuriel berbeda dengan hari-hari biasa.
Sengaja hari ini Zuiel tidak keliling menjual kerupuknya, karena pagi ini la ingin menemui beberapa kepala toko dan minimarket. Ia berniat untuk mengembangkan usahanya dengan mencoba memasukan produknya ke beberapa toko besar.
"Maaf permisi, perkenalkan nama saya Zriel. Apakah saya bisa bertemu dengan kepala atau pimpinan minimarket ini?" Tanya Zuriel kepada karyawan toko.
"Maaf pak, apakah Anda sudah membuat janji temu?" Karyawan toko balik bertanya.
"Maaf, saya belum membuat janji. Tapi apakah saya bisa membuat janji temu?" Tanya Zuriel lagi.
"Mohon ditunggu ya pak, coba saya tanyakan dulu kepada kepala toko" Ucap karyawan toko.
Kurang lebih sepuluh menit menunggu, akhirnya karyawan toko tersebut kembali menemui Zuriel.
"Maaf pak Zuriel, kebetulan hari ini kepala toko sedang ada tamu. Jika bapak ingin bertemu silahkan membuat janji besok siang" Ucap karyawan toko.
Sejujurnya Zuiel sempat kecewa, namun dengan segera ia kembali membangkitkan motivasi dirinya.“Baiklah, apakah yang perlu saya lakukan untuk membuat janji temu?" Tanyanya.
Karyawan toko menyodorkan sebuah buku pada Zuriel. “Silahkan diisi ini pak" Ujarnya. Setelah selesai membuat janji temu, Zuriel kembali melanjutkan petualangannya ke toko kedua.
Kali ini dia bisa langsung bertemu dengan kepala toko. Zuriel memberikan sampel kerupuknya untuk dicoba oleh kepala toko.
"Jadi kerupuk ini dibuat dari bahan alami dan tanpa pengawet pak. Rasa dan kualitasnya bisa dijamin, soal harga saya jamin ini cukup terjangkau" Zuriel menjelaskan sekilas mengenai keunggulan produknya.
"Enak, gurih dan juga renyah. Saya pribadi suka, baiklah saya terima produk anda di toko saya. Mulai besok anda sudah bisa menitipkan kerupuk Babang Tampan disini" Ucap kepala toko yang kini masih sibuk mengunyah kerupuk.
Zuiel tersenyum bahagia. "Terima kasih pak" Ucapnya sembari menyalimi tangan kepala toko.
Tidak hanya berhenti disitu, Zuriel terus
melanjutkan perjalanannya ke beberapa minimarket.
Sayangnya, tidak semua minimarket mau menerima produknya. Namun, Zuriel tak patah semangat. Ia terus mencoba dan mencoba, Zuriel berusaha membiasakan diri dengan berbagai bentuk penolakan.
Ketika hari sudah sore, Zuriel bergegas pulang dan menyiapkan produk yang akan dikirim ke beberapa toko besok. Saat tengah sibuk mengemas tiba-tiba ponselnya berdering dan muncul nomor tanpa nama di layar.
"Assalamualaikum, mohon maaf ini dengan siapa?" Sapa Zuriel.
"Apa kamu tidak menyimpan nomorku, ganteng" Jawab seorang wanita di ujung telepon dengan nada menggoda.
"Mohon maaf, saya tidak kenal anda. Jika memang tidak ada keperluan penting saya tutup telfonnya karena saya sedang sibuk" Ucap Zuriel.
Wanita itu tertawa. "Kenapa kamu jutek sekali, baru juga kemarin kita ketemu masak sudah lupa?" Tanya wanita tersebut.
"Sintia? Apa dia Sintia?" Batin Zuriel.
"Kenapa diam ganteng? Aku dengar istrimu sudah kembali ke rumah orang tuanya, apa kamu tidak merasa kesepian?" Tanya wanita tersebut dengan nada dibuat selembut mungkin.
"Jika kamu kesepian, aku bisa menemanimu kok" Imbuh wanita tersebut.
"Kamu cantik, tapi sayang gak punya harga diri" Sindir Zuriel.
Lagi dan lagi, Sintia malah tertawa. "Ternyata mulutmu pedas juga ya, okey satu kali kamu boleh menolakku, tapi tidak untuk kedua kalinya. Jika kamu tidak ingin usahamu hancur tak bersisa" Ancamnya.
Zriel langsung memutuskan sambungan telepon tersebut. la berpikir percuma dan bakalan membuang-buang tenaga meladeni perempuan seperti itu.
Berbeda dengan Zuriel, i tempat lain kini Sintia tampak emosi karena sambungan telponnya diputus begitu saja. Harga dirinya seolah hancur, selama ini Sinta menjadi seorang ratu yang selalu dikejar-kejar lelaki, kini ia harus merasakan penolakan.
Wanita itu segera memerintahkan sopir untuk mengantarkannya ke rumah Zuriel. Tak membutuhkan banyak waktu, kini wanita cantik dengan pakaian seksi sudah berdiri di depan gubuk reyot.
Tok tok tok...
"Iya, tunggu sebentar" Sahut Zuriel dari dalam rumah.
Pemuda berparas tampan itu tampak terkejut melihat kedatangan Sintia. Tanpa dipersilahkan oleh sang pemilik rumah, dengan seenak jidatnya Sinta langsung saja menerobos masuk.
"Miris sekali hidupmu Zuriel, harus hidup di gubuk reyot seperti ini. Ini mah gak cocok buat ditinggali manusia, lebih cocok buat kandang ayam" Ucap Sintia dengan nada menghina sembari menyapukan pandangan ke setiap sudut ruangan.
"Jika kedatangan anda kesini hanya untuk menghina silabkan pulang saja" Tegas Zuiel.
Sintia tersenyum meremehkan. “Kamu
mengusirku, begitu sombongnya dirimu Zuriel" Balasnya.
"Saya pikir kamu wanita pintar dan berpendidikan, nyatanya salah besar.Bahkan kamu tidak tahu bagaimana etika bertamu ke rumah orang" Sindir Zuriel menohok.
Mengabailkan perkataan Zuriel, kini Sintia malah berjalan mendekat ke arah pemuda tampan itu. "Kamu yakin menolakku?" Tanyanya menggoda.
Zuriel berusaba menghindar dan menjaga jarak dengan melangkah mundur. Namun, semua itu sia-sia karena semakin ia mundur maka Sintia semakin bergerak maju.
"Apa kamu sudah gila? Saya minta silahkan tinggalkan rumah ini, sebelum saya mengusir anda" Tegas Zuriel.
"Kenapa? Apa kamu takut jika ada orang yang melihat kita bersama? Kamu takut terjadi fitnah sehingga nama baik usahamu hancur dan Zaira akan meninggalkanmu?" Tanya Sintia lagi dengan semakin bergerak mendekati Zuriel.
"Itulah konsekuensi jika kamu menolakku, Zuriel" Ujar Sintia.
Wanita itu lantas merobek bajunya di bagian lengan, kemudian memeluk pemuda tampan itu. Zuiel tampak terkejut, ia berusaha melepaskan pelukan Sintia. Tanpa disadari ada seseorang yang memotret adegan tersebut. Setelah berusaha keras, akhirnya Zuriel berhasil melepaskan pelukan wanita penggoda itu. Ia menarik tangan Zuriel dan mengusirnya keluar rumah.
"Kamu akan menyesal Zuriel telah memperlakukanku seperti ini" Ancam Sintia yang tak dihiraukan oleh Zuriel, pemuda itu lantas masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan keras.
***
Keesokan paginya Zuriel bangun kesiangan, pasalnya semalam dia begitu kelelahan karena harus bekerja keras sendiri mulai dari membuat adonan, mengepak dan menyiapkan pesanan sendirian.
Saat hendak berangkat mengantar barang ke minimarket tiba-tiba ponsel Zuriel berdering. Dalam layar tersebut nampak nama salah seorang kepala minimarket yang kemarin ia temui.
"Assalamualaikum, selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu" Sapa Zuriel dengan ramah.
Entah apa yang diucapkan oleh seseorang diujung telepon hingga saat ini Zuriel tampak beringsut lemas.
"Tapi kenapa bisa begitu pak? Apa salah saya?" Tanya Zuriel pada seseorang diujung telepon.
Zuriel mengusap wajahnya dengan kasar. "Kenapa bisa seperti ini. Apa yang terjadi" Pikirannya bertanya-tanya.
Tak lama kemudian ponsel Zuriel kembali berdering, nampaknya ada pesan masuk. Lagi dan lagi, pemuda tampan itu harus menerima kabar buruk.
Wajah pemuda itu tampak langsung pucat dan frustasi. Beberapa saat Zuriel terdiam, ia berusaha mencerna kondisi dan memutar otak untuk mencari titik permasalahnnya.
"Gak, gue gak boleh nyerah seperti ini. Gue gak mau usaha yang susah payah gue bangun hancur begitu aja. Gue harus cari tau sumber masalahnya dan mencari jalan keluarnya" Ujarnya menyemangati dirinya sendiri.
Pemuda itu lantas membuka media sosial, matanya langsung terbelalak melibat sebuah gambar yang tidak senonoh. "Siapa yang melakukan ini semua?" Pikirannya bertanya-tanya.
Zuriel berusaha mencerna keadaan yang ada. Ia berpikir keras mencari cara untuk mengatasi masalah yang mencemarkan nama baiknya ini. Pemuda itu tampak mengambil ponsel dan mengubungi seseorang.
"Aku ingin bertemu sekarang" Ucap Zriel pada seseorang diujung sambungan telepon. Siapakah orang yang sedang di telfon Zuriel?