Bab 3 Melawan
Degh !!
Jantung Zuiel terasa berhenti berdetak, dada pemuda itu rasanya sangat sesalk hingga sulit untuk bernafas. Setelah ditimpa masalah yang bertubi-tubi, nyatanya penderitaan pemuda tampan itu belum
berakhir.
Di tengah kesulitannya untuk bertahan hidup,bkini dirinya dipaksa untuk menceraikan wanita yangbdicintai. Jika hanya menerima hinaan mngkin pemuda itu akan tahan, tapi tidak jika ia harus dipisahkan dengan wanitanya.
Zaira adalah satu-satunya penopang hidupnya saat ini. Ucapan sang ipar membuat emosi Zuriel tertrigger, tampaknya pemuda itu masih berusaba keras menahan agar amarahnya tidak meledak.
Pemuda tampan itu, berdiri dengan tatapan dingin sembari mengepalkan tangannya erat hingga buku-buku jarinya terlihat memutih.
"Meskipun saya miskin, tapi saya akan adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Saya akan berusaha bsekuat tenaga, meskipun kaki harus menjadi kepala dan kepala menjadi kaki, demi memberi kehidupan yang layak untuk Zaira" Ucap Zuriel dengan suarabberatnya.
Zain mendecih. "Cih, sampah seperti mu tak akan mampu melakukan apapun. aku tidak perduli apapun yang akan kamu lakukan, yang jelas aku tidak akan membiarkan adikku dibina banyak orang karena hidup bersama bedebah seperti mu" Desisnya.
Zuriel menarik nafas panjang, seolah berusaha mengontrol emosinya. "Maaf, jika sudah tidak ada urusan lain, saya permisi dulu" Pamitnya, karena ia merasa percuma terus berada di tempat itu, karena yang ia terima hanyalah penghinaan.
"Tunggu bedebah, seenaknya saja pergi. Aku belum selesa bicara" Teriak Zain dengan raut kesal. Zuiel pergi begitu saja tanpa memperdulikan bocehan kakak iparnya tersebut.
"Apa aku segitu buruknya hingga orang- orang selalu menghinaku? Apa salah jika aku miskin? Apa salahnya dengan orang miskin? Apa orang miskin itu penjahat hingga harus selalu dihina?" Pikirnya.
Selama dalam perjalanan, pikiran Zuriel
dipenuhi dengan pertanyaan- pertanyaan tersebut. Namun, ia tak kunjung menemukan jawabannya.
***
Saat waktunya makan malam, Zuriel mengeluarkan dua bungkus nasi padang dari kantong plastik yang ia bawa. Ya, sebelum sampai rumah tadi ia sempatkan untuk membeli nasi padang kesukaan istrinya.
"Wah, Mas Zuriel dapat nasi padang dari mana? Ini enak banget tau mas" Ucap Zaira gembira.
Zuriel tersenyum melihat istrinya tampak bahagia. "Tadi pas pulang, mas liat ada warung nasi padang yang rame banget, mas jadi inget kamu suka makanan itu, makanya mas beliin" Paparnya.
"Zaira, emm..." Zuriel tidak menuntaskan ucapannya.
"Kenapa mas?" Tanya Zaira penasaran. Zuriel menaruh sendok dan menghentikan makannya.
"Em, kalau kamu punya suami yang jadi pedagang keliling malu apa gak?" Tanyanya ragu.
Zaira menatap suaminya. “Kenapa harus malu? Apa yang salah dari pedagang keliling?" Wanita itu balik bertanya.
"Memang tidak ada yang salah, Cuma mas takut kalau kamu malu jika mas jadi pedagang keling" Ucap Zriel ragu.
"Sebenenya mas berniat untuk membuka usaha jualan kerupuk, kebetulan dulu mas pernah belajarbbikin kerupuk" Imbuhnya.
Diluar dugaan, Zuriel mengira istrinya tidak akan bsetuju dan akan malu jika dirinya jadi pedagang keliling.
Dibalik semua kesusahan yang menimpa dirinya, ternyata Tuban masih baik. Zuriel diberikan istri yang cukup mengerti dirinya dan mau menerima kekrangannya.
"Ide yang bagus itu mas, aku akan selalu mendukungmu. Lalu, kapan kita akan mulai bikinnkerupuk? Nanti biar aku bantu jualinnya, ya meskipun begini aku dulu kan pernah kuliah dibidang bisnis marketing" Ucap Zaira penuh semangat.
"Besok. Besok pagi mas akan ke pasar belanja bahan-bahannya, setelah itu baru kita buat dan pasarkan" Jawab Zuriel lega.
Siapa sangka keberanian Zuriel untuk memulai usahanya ini menjadi salah satu titik balk dari kehidupannya. Tapi, bukan berarti kehidupannya setelah ini akan berjalan mulus tanpa ada hambatan, karena sesungguhnya tidak ada satupun bisnis yang selalu lancar.
Sesuai perkataan Zuiel semalam, pagi-pagi sekali penmuda tampan itu pergi ke pasar dan membeli bahan- bahan untuk membuat kerupuk. Sengaja ia pergi ke pasar, karena harga bahan-bahan disana jauh lebih mrah dibanding di toko perancangan dekat rumah.
Setelah semua bahan yang dibutuhkan terbeli, ia segera pulang ke rumah dan mengolah adonan btersebut dibantu oleh istrinya. Mulai dari membuat adonan, mencetaknya kemudian menjemurnya.
Beruntungnya siang itu cuaca cukup terik, jadi cukup sehari saja dijemur kerupuk tersebut sudah kering dan siap untuk dikemas, barulah bisa dijual.
Keesokan paginya, Zuriel sudah mulai menata kerupuk dalam keranjang yang akan ia pikul. Setelah semua siap, ia pergi dengan memikul dua keranjang besar dengan penuh semangat.
"Kerupuk.. kerupuk... kerupuk enak, murah dan lezat" Teriak Zuriel memasarkan dagangannya. Kali ini dewi fortuna berpihak pada dirinya. Karena paras rupawan yang dimilikinya, membuat banyak para wanita khususnya kaum ibu-ibu tertarik untuk membeli barang dagangannya.
Awalnya mereka membeli karena penjualnya tampan, tapi setelah merasakan kerupuknya ternyata rasanya sangat enak. Oleh sebab itu, tidak heran jika usaha kerupuk Zuriel berkembang cukup pesat hanya dalam beberapa hari saja.
Malam itu Zaira sedang membantu suaminya mengemas kerupuk untuk persiapan jualan besok. Saat itu tiba-tiba terbesit sebuah ide dalam pikiran Zaira.
"Eh, mas gimana kalau kita buat logo kemasan, biar lebih mempermudah proses branding produc" Usul Zaira.
Zuriel senang mendengar saran dari
istrinya. "Tapi, mas gak tau gimana caranya bikin logo branding itu seperti apa?" Ucapnya.
"Tenang aja, mas lupa kalo aku ini lulusan marketing bisnis dengan gelar cumlaude" Ujarnya Zaira bangga.
Zuriel mengusap puncak kepala istrinya. "Hehe iya mas gak lupa kok. Mas sih nurut aja apa kata neng" Ucapnya.
"Okey, pertama-tama kita harus kasih nama dulu ke produk kita ini. Kita kasih nama apa ya?" Ucap Zaira yang kini tampak berpikir keras.
"Aku tau, aku tau serunya penuh semangat. Gimana kalau kita kasih nama, kerupuk Babang Tampan" Usul Zaira.
Zuriel mengutkan dahinya. “Kenapa harus Babang Tampan?" Tanyanya.
"Ya kan, pembeli langganan kerupuk kita ini sering manggil mas Zuriel Babang Tampan, jadi customer kan lebih gampang inget sama produk kita" Papar Zaira.
"Boleh juga, ya Mas sih setuju aja. Istri mas ini memang pinter, udah gitu cantikpula" Puji Zuiel.
"Okey fix kita pake nama Babang Tampan, sekarang mas ganti baju terus dandan yang ganteng" Perintah Zaira.
"Kenapa mas harus ganti baju terus dandan. Emang kita mau kemana malem-malem gini?" Tanya Zuriel.
"Bukan mau pergi mas, tapi aku mau ambil foto mas buat dijadiin logonya. Nanti aku juga akan bikin beberapa konten buat promosi di media sosial, dengan begitu produk kerupuk kita akan semakin dikenal banyak orang" Ujar Zaira.
"Udah sana cepatan, keburu malem tau" Imbuh Zaira sembari mendorong tubuh suaminya untuk masuk kamar.
Untung saja dulu Zaira pernah membelikan beberapa kemeja serta jas untuk suaminya. Jadi, sekarang ia bisa menggunakan itu untuk acara photoshoot.
Sembari menunggu Zuriel selesai ganti baju, Zaira mengambil sebuah kain yang biasa dijadikan gorden dan memakunya di dinding supaya terlihat ala-ala background photoshoot di studio. Berbekal kemampuan otodidaknya, malam itu Zaira berperan layaknya fotografer profesional.
***
Beberapa minggu kemudian tanpa diduga, usaha kerupuk Babang Tampan' semakin berkembang pesat. Produk makanan tersebut laku keras, bahkan dalam hitungan minggu penjualannya bisa menempus 1500
bungkus. Zaira dan Zuriel membagi tugas, Zaira bertugas untuk memasarkan secara online, sedangkan Zuriel tetap berjualan keliling.
Sampai suatu saat, tepatnya ketika Zriel
berkeliling memasarkan dagangannya tidak sengaja berpapasan dengan Tinah.
"Zuiel panggil Tinah.
"Sekarang kamu jadi pedagang keliling" ucap Tinah dengan tampang menghina. Zuriel tampak biasa saja, karena bagi dirinya mendapatkan hinaan itu adaah hal yang biasa.
“Iya,bik" Jawabnya singkat.
"Haha.. oalah riel, Zuriel. Kamu ini loh hi dup kok gak ada perkembangannya. Jualan kerupuk keliling kapan bisa kaya" Lagi-lagi Tinah menghinanya.
Zuriel menarik salah satu ujung bibirnya. "Tidak masalah bagi saya hidup kayak atau miskin, kalopun harus hidup miskin saya tidak malu. Saya akan lebih malu jika hidup bergaya sok kaya dari hasil merebut hak orang lain" Sindirnya.
Bukan Zuriel yang emosi karena dihina, kini malah sebaliknya. Tinah justru terpancing emosinya, perempuan paruh baya itu tidak menyangka jika keponakannya itu berani menyindirnya.
"Apa maksud kamu bicara seperti itu sama bibimu, Zuriel. Dasar tidak punya akhlak. Oya, saya lupa kamu kan gak punya orang tua, jadi wajar kalo kamu jadi orang yang gak tau sopan santun" Ketus Tinah.
Zuiel tersenyum sinis dengan sorot mata dingin. "Lebih mending saya tidak punya orang tua yang bisa mengajari sopan santun, dari pada Anda yang sebagai orang tua malah tidak bisa mencontohkan bagaimana harusnya bersikap sopan kepada orang lain. Bahkan parahnya, dengan bangga anda menghina dan merendahkan orang lain" Balasnya.
"Apa Anda lupa, karena jasa siapa Anda bisa hidup berkecukupan seperti sekarang ini" Imbuhnya lantas berlalu pergi begitu saja.
"Zuriel... Dasar bocah tak tau sopan santun" Teriak Tinah dengan penuh kekesalan.
Kini Zuriel tampak tersenyum puas. Iya, selama27 tahun selalu dihina, ini adalah kali pertama ia berani membalas orang yang berani menghina dirinya.
Bukan karena dendam, melainkan pemuda tampan itu ingin memberi pelajaran agar orang lain tidak bertidak sesuka hati.
Di lain sisi, Tinah yang merasa kesal berniat untuk balas dendam. Perempuan itu sedang merencanakan sesuatu untulk membuat hidup keponakannya semakin sengsara.
"Awas saja kau, brengsek ! Aku tidak akan tinggal diam atas penghinaan ini" Gumam Tinah.