Rumah baru
Dari kejauhan, Olivia bisa melihat jejeran orang memakai setelan jas formal yang sudah siap menyambut kedatangan Nicholas
Jantungnya bergemuruh saat melihat dua orang yang amat dia benci berada di sana. Mereka berpenampilan mewah dan elegan. Olivia menarik napas dalam sebelum memutuskan untuk turun dari mobil.
Wanita itu membuka pintu mobil dan mempersilahkan Tuannya turun. Nicholas turun dari mobil dan melangkah menuju pintu utama perusahaan tersebut.
Dua orang berpenampilan elegan, Kenzo dan Angel. Pasangan yang berhasil merebut perusahaan Olivia dengan cara licik itu menatap kedatangan tamunya dengan mata membulat.
Mereka tidak percaya wanita yang mereka buang dengan hina saat ini berani menampakkan diri di hadapannya.
"Selamat datang Tuan Nichlas," ucap Kenzo mengulukan tangannya. Namun tidak dengan sorot mata yang tertuju pada seorang wanita di belakang.
Nicholas mengabaikan penyambutan Kenzo. Seperti yang di isukan, Dirinya tidak suka basa-basi dan manusia yang memiliki banyak topeng.
Sudah jadi rahasia umum kalau perusahaan ini menyimpan banyak kejanggalan. Mulai dari hilangnya pewaris asli dan kurang transparannya masalah keuangan
Namun ada sesuatu yang membuat Nicholas tertark menjadi donatur perusahaan ini.
Pandangan Angel masih tertuju pada wanita yang berdiri di belakang Nicholas. Bisa-bisanya dia kenal dengan orang seperti Nicholas.
Tidak mau membangun kedekatan, Nicholas mengayunkan kakinya tanpa mempeduikan tangan Kenzo yang masih menanti jabatan Nicholas.
Olivia mengkuti langkah sang atasan, baru kali ini dia merasa satu server dengan makhluk tempramen tersebut. Terukir senyum kemenenagna di wajah cantknya.
"Aku mengawasimu! Aku tidak akan tinggal diam sat kau memberi celah padanya," ucap Angel menatap tajam ke arah Kenzo.
"Pikirkan bagaimana cara untuk meluluhkan pria arogan itu, setelahnya kau bisa mengoceh semaumu," sahut Kenzo mengeratkan giginya.
Satu persatu karyawan meninggalakan pintu utama dan menuju ruang rapat. Melihat wajah atasan yang merah padam membuat nyali mereka menciut.
Kenzo melangkah menyusul para karyawan ke ruang rapat. Namun langkahnya terhenti saat Angel menghadang.
"Aku serius dengn ucapanku!"
Tangan Kenzo mengepal. Bagaimana bisa wanita di hadapannya begitu bodoh. Jangankan memikirkan untuk kembali, melihatnya saja membuat dirinya terancam.
Kenzo melangkah mendekati wanita yang di penuhi rasa cemburu itu.
"Semua tergantung siapa yang membuatku aman mengerti!" ucap Kenzo lirih dan berlalu menuju ruang rapat.
Jauh di depan, Olivia menatap setiap sudut perusahaan yang pernah dia kelolah. Semua tetap sama, hanya sebagian besar karyawan telah di ganti.
Nicholas berhenti sejenak saat melewati sebuah tempat yang terdapat banyak karyawan yang sibuk dengan komputer masing-masing. Mereka hanya di batasi dengan sebuah skat.
"Teman-teman, bisa minta perhatiannya sebentar!" ucap salah satu kepala staf.
Semua karyawan. Reaksi mereka sama seperti Kenzo dan Angeltadi. Terkejut, orang yang mereka nanti akhirnya tiba. Mereka seolah melihat air di tengah keringnya gurun pasir.
Namun ...
"Dia adalah Tuan Nicholas dan Sekertarisnya Nona Olivia," ucap Kepala Staff.
'Sekertaris!?'
Nicholas berlalu saat para karyawan itu memberi hormat. Sedangkan di belakang, Olivia melempar senyum hangat pada semua karyawan.
Terdengar bisikan dari para karyawan. Sebenarnya mereka tau apa yang terjadi sesungguhnya. Hanya saja mereka tidak mau bernasib sama seperti para karyawan sebelumnya.
Mereka di pecat tanpa pesangon saat membuka fakta kantor ini. Perpindahan kepemilikan yang begitu cepat dan perginya sang pewaris utama.
Beberapa teman sudah mencari keberadaan Olivia sebelumnya, tapi tidak ada yang berhasil menemukannya. Dan sekarang ... mereka bersyukur karena dia telah kembali, meski bukan untuk jadi atasan.
Nicholas dan Olivia sampai di ruang rapat. Terdapat meja kaca yang cukup panjang. Beberapa kursi terdapat di sisi meja, sedangkan di ujungnya terdapat layar putih.
Keduanya duduk di kursi paling depan. Olivia memilih duduk di samping Nicholas. Sedangkan di hadapan mereka ada Kenzo dan Angel.
Entah kenapa lintah ini selalu menempel pada Kenzo. Padahal dia tidak memiliki kemampuan sedikitpun, bahkan Olivia yakin kalau dia tidak bisa memahami isi rapat yang akan di laksanakan.
Lampu di matikan, layar putih mulai berubah menampakkan sebuah diagram dan beberapa gambar lewat proyektor. Nicholas dan Olivia menyimak dengan teliti seorang wanita yang sedang melakukan presentasi.
Semua ini hanya sampah, begitulah yang ada di pikiran Olivia. Dia sudah susah payah membangun semua ini, tapi apa yang Kenzo buat ? Dia sama sekali tidah membuat kemajuan.
Saat perwakilan dari Kenzo selesai presentasi, kini giliran Olivia mengeluarkan pendapatnya. Dia menjelaskan dengan detail alasan mengapa Aditama Grup tidak bisa membangun kerjasama dengan Soetedjo Grup.
Olivia menjelaskan dengan elegan sehingga beberapa orang di sana begitu terkesima, sama halnya dengan pria tempramen yang duduk di samping wanita tersebut.
Matanya lekat menatap dalam wanita yang sedang mengoceh itu. Dia tidak menyangka wanita itu begitu cerdas. Harusnya wanita ini memiliki banyak tempat untuk berkarir, menyapa harus datang padanya dan memilih untuk menjadi budak ranjang?
Lampu di nyalakan bertanda kalau rapat telah selesai. Dada Kenzo kembang karena menerima penolakan dari Aditama Grup. Dia sudah merogoh kocek cukup dalam untuk proyeknya ini, dengan mudahnya mereka menolak.
Nicholas dan Olivia beranjak dari kursinya. Namun Kenzo segera menghalangi mereka.
"Tuan Nicholas, mungkin sekertaris saya kurang detail menjelaskan proyek ini. Mall ini akan berdiri di pusat kota, akan banyak pengunjung. Kita juga akan menyiapkan beberapa wahan bermain di dalamnya, jadi Tuan tidak perlu khawatir kedepannya," ucap Kenzo meyakinkan.
Nicholas tersenyum kecil. Dia melempar pandangan ke arah Olivia sejenak dan melangkah mendekati Kenzo.
"Bukankah Sekertarisku sudah menjelaskan semuanya, ide ini pasaran tidak ada nilai jual sedikitpun! Jadi seperti kau harus mencari donatur lain," ucap Nicholas berlalu begitu saja.
Olivia sangat bahagia melihat ini semua. Ingin sekali dia meloncat kegirangan sekarang. Dirinya tidak menyangka bisa melihat kehancuran Kenzo secepat ini.
Wajah yang tadinya muram kini cerah seketika. Mood buruk yang di ciptakan Nicholas tadi pagi menghilang cepat.
Mereka kembali masuk ke mobil dan meninggalkan Soetedjo Grup. Di sepanjang senyum kemenangan menghiasi wajah cantik Olivia.
"Tuan mau makan siang dimana?" tanya Olivia cerah.
Nicholas tidak langsung menjawab. Dia menarik pinggul Olivia mendekat. Kedua pasang mata saling bertatapan sejenak. Aroma parfum Nicholas semerbak memasuki rongga hidung Olivia.
"Sepertinya moodmu baik kali ini." Nicholas menggapit janggut Olivia dengan jemarinya.
"Ti-dak Tuan, saya hanya merasa senang karena tidak gugup saat presentasi," jawab Olivia.
"Baik, aku tidak mau makan siang. Aku hanya ingin memakanmu siang ini, bagaimana?" ucap Nicholas semakin mendekatkan wajahnya.
Melihat dua love bird di belakang semakin intim, sang supir segera menutup tirai. Memberi ruang privat bagi mereka.
"Jadi bagaimana?" bisik Nicholas
Hembusan napas hangat Nicholas mulai membuat bulu kuduk Olivia berdiri.
"Astaga kenapa otak pria ini tidak jauh dari lubang surga!"