Pria Psikopat 1
Kailash memejamkan matanya meski hanya sejenak. Di bangku penumpang, mantan jaksa yang baru saja melepas masa tugasnya itu ingin berisitirahat sebentar saja.
Selama dua bulan ini, Kailash memang menekan semua egonya dan waktu banyak menyita dirinya. Selain bekerja di kejaksaan, Kailash juga mulai berkecimpung di kantor hukum milik Papanya. Pradabhasu, pria enam puluh tahun lebih itu menekankan kepada putra satu-satunya agar melanjutkan bisnis miliknya.
Dia berangan-angan agar Kai bisa kembali ke rumah dan juga mengambil alih semua yang Prada dan juga Greta miliki. Karena selama ini, Kailash hidup sesuai keinginannya tanpa peduli dengan kedua orang tuanya.
Kegagalan dalam sebuah hubungan, membuat Kailash semakin menjauh dari keluarga. Dia merasa bersalah sudah menambah beban kedua oran tuanya.
Sehingga, demi menutup semua kekecewaan itu, Kailash menggoyahkan masa kariernya di kejaksaan. Bermimpi memiliki karier yang cemerlang dan menapaki posisi tertinggi di komisi yudisial, harus dia kubur sedalam-dalamnya.
Selama dua bulan ini juga, waktu dan tenaganya banyak tercurah pada dua posisi yang saling berseberangan itu. Meski dalam posisi di kantor hukum papanya, Kailash hanya mengatur beberapa kinerja pengacara partner, tetapi tidak meringankan tugasnya.
Dia harus bolak-balik antara dua kantor. Sehingga, sebuah keputusan besar diambil oleh pria tiga puluh tahun lebih itu.
"Satu tugas selesai, Pak Kailash bisa bernapas lega." Leon berhasil menggugah ketidaknyamanan atasannya dengan pujian yang tak sesuai di telinga Kailash.
Pria yang dikenal kurang memiliki nilai empati itu, hanya menarik napas saja dan tidak berniat membalas pujian Leon. Memang cukup berbeda dengan Prada, Kailash memiliki sifat lebih cuek dari mamanya dan memiliki level menyebalkan di atas Papanya. Entah mengapa semua sifat buruk kedua orang tuanya itu diwarisi oleh Kailash.
"Kau diam saja, Leon! jalanan cukup lenggang kah? Hingga kau bisa berleha-leha?"
Leon merupakan salah satu asisten yang bekerja di kantor hukum Prada. Meski posisinya masih sebagai pengacara muda. Namun, sifat rajin dan ulet Leon banyak mendapatkan pujian. Sehingga dirinya terpilih menjadi PA Kailash yang betugas menemani serta menyiapkan berbagai keperluan bos baru di kantornya itu.
"I ... iya, Pak--"
Tanpa diduga dan dinyana. Jalanan yang awalnya lenggang, kini semakin sesak dengan adanya penyempitan akses.
Hingga tanpa dua pria itu sadari, sebuah tumbukan dari arah belakang menyebabkan terganggunya istirahat Kailash.
"Shi iit ... " umpat Kailash dengan mudahnya.
Tidak hanya berakhir dengan umpatan saja, Leon melirik wajah Kailash yang merah padam menahan bara amarah.
Buru-buru pria muda itu keluar guna menyelesaikan kekacauan ini sebelum Kailash semakin bertambah memaki dirinya.
Rupanya rasa simpatik Leon hanyut begitu saja usai melihat seorang wanita berblazer abu yang baru saja keluar dari mobilnya. Dengan wajah tampak menyesal, wanita itu mendekati Leon serta mengucapkan banyak kata maaf serta berjanji akan mengganti kerugian yang ditimbulkan olehnya.
"Maaf, karena aku sibuk! Anda bisa mendatangi alamat di kartu nama ini. Dan staf saya akan mengurusnya." ucap wanita cantik itu dengan nada rendah menyesali perbuatannya.
Kailash terlihat gusar, karena Leon terlalu lama mengurusi kekacauan ini. Niat untuk bersantai hari ini pupus juga karena kecelakaan barusan.
Hingga Kailash melirik ke arah spion mobil guna melihat sejauh mana Leon meng-handle kekacauan itu.
Betapa jantung Kailash serasa berhenti berdetak. Napas mulai berat dan hatinya begitu sesak, "Sandra ... Sandra." panggilnya lirih.
Seperti memiliki mata, kaki Kailash bergerak tanpa keinginan pemiliknya. Kaki itu melangkah keluar dari mobil yang tampak menyedihkan bagian belakangnya.
Namun, alih-alih Kailash bisa menemui si penabrak, justru Leon berjalan menuju ke arahnya dengan wajah ketakutan sehingga menghalangi jalan Kailash.
"Ah sial ... Leon, menyingkir!"
Sungguh sial, Kailash tak mampu menahan kepergian si penabrak. Wanita berblazer abu-abu itu berlalu dan masuk kembali ke mobilnya usai bertanggungjawab sepenuhnya.
"Dia akan mengganti semua kerusakan, Pak. Ini kartu namanya. Haruskah saya mendatangkan alamatnya?" Leon menjelaskan dengan pelan agar Kailash bisa mengerti.
"Pait," Kailash merebut secuil kertas yang bertuliskan informasi si penabrak itu.
Leon membatu di depan Kailash. Sedangkan Kailash buru-buru berpindah ke kursi depan mobil. "Kau kembali sendiri, aku yang akan menuruti mobil ini, Leon."
"Loh, Pak. Bapak tidak perlu repot-repot begini. Maafkan saya, saya akan mengatasi masalah ini."
"Shut ** up! minggat sana."
"Nih orang abis makan apaan? Harta dia gak akan abis meski semua mobilnya dihancurkan. Lagipula kenapa marah-marah berlebihan juga?" Leon mencibir Kailash yang dia nilai berlebihan. Lagi pula wanita tadi akan mengganti semua kerusakan meskipun dia tahu jika mobil pria itu memiliki nilai asuransi yang besar.