Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bahagia tapi Terluka

"Kamu cantik, Nak." Suara mama yang terus saja memuji bagaimana penampilanku saat ini.

Iya, hari ini adalah salah satu hari spesial dalam hidupku. Karena pada hari inilah, satu langkah akan segera terpenuhi sebelum aku melepas masa lajang yang selama ini kutanggung. Di pundak inilah, semua masa depan keluarga kuhaturkan.

Bahagia? Tentu saja. Tak ada lagi kata yang mampu mengungkapkan semua yang kurasakan. Ingin kuukir indahnya hari ini dengan pahatan emas yang nantinya akan kukisahkan kepada anak-anak kami kelak.

Aku Sandra Tunggadewi, wanita yang akan melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi dari sebuah hubungan kasih antar dua hati.

Di kamar lantai dua inilah, tangan-tangan terampil yang telah disiapkan oleh mama mulai mengubahku menjadi sosok ratu pada malam ini.

Sesuai rencana kami semua, malam ini kekasihku akan datang bersama kedua orang tua untuk meminta kesediaan Papa dan Mama untuk mempersunting anak mereka.

Kailash, pria yang sudah kukenal lebih dari lima tahun itu akan menjadikan aku satu-satunya cinta dalam hidupnya. Pria yang kukenal sejak kami berdua sama-sama mengukir sejarah dalam fakultas ilmu hukum di universitas yang sama.

Meski tidak memiliki kesabaran setebal dompetnya. Namun, aku percaya jika Kailash mampu mencintaiku dengan segenap hati pria itu. Betapa bahagianya hidupku nanti, pria yang kugadang-gadang menjadi sosok pelindung, akan segera memeluk dan mempersunting diriku dengan cintanya.

Sejak tadi aku sibuk dengan persiapan lamaran hingga mengabaikan Kailash-ku. Sehingga, akupun lupa memikirkan pria itu. Tak ingin membuat dia lama menunggu, segera ku ambil gambar diri ini yang sibuk didandani oleh dua dayang-dayang yang dipesan oleh Mama.

Kucoba memberitahu Kailash bahwa calon istrinya telah siap menyambut kedatangan pria itu. Usai mengirim gambar diri, aku seperti seorang remaja bau kencur yang jantungnya berdetak karena menunggu kabar dari kesayanganku.

Lima menit, tidak sekarang sudah sepuluh menit dari jarak Kailash membuka pesan berisi fotoku. Dan tak kunjung ada jawaban darinya.

Apa pria itu juga merasakan hal yang sama denganku? Apa jantung pria itu juga berdegup kencang membayangkan masa depan yang akan kami jalani nantinya.

Tapi, ini bukan seperti Kailash yang kukenal. Kailash adalah pria tanpa tedheng aling-aling (Penutup). Butuh waktu berapa lama untuknya agar membalas pesan dariku?

Hampir setengah jam dari jarak pesan yang kukirim, terlihat nama kontak Kailash mencoba mengetik pesan balasan untukku. Hatiku berjingkrak riang karena akhir pria yang kucinta akan segera membalas pap foto dariku.

Cukup lama, hingga akhirnya sebuah pesan masuk ke akun perpesanan milikku, sekonyong-konyongnya dengan cepat kubuka pesan itu agar segera kubalas ulang dengan mengatakan jika aku sudah menunggu kedatangannya di rumahku.

"Maaf, Sandra. Aku belum siap. Aku belum siap untuk menikah." Dan pesan itu kuterima tepat sebelum proses lamaran dimulai.

Amazing? Ah mungkin Kai sedang mengajakku untuk bergurau. Tidak mungkin priaku mengatakan hal seperti ini, bukan?

Hingga tanpa menunggu aba-aba lagi, segera kutekan gambar telepon berwarna hijau untuk menghubungi dirinya guna menayangkan perihal pesan yang dia kirim padaku.

"Maaf, Sandra. Aku tidak bisa menikah denganmu." ucapnya seperti cambukan petir di siang bolong.

Kumembisu, air mataku menetes tak lagi bisa terbendung. Nyatanya, semua ini kenyataan yang harus kuhadapi saat ini.

"Oh, jadi begitu." jawabku singkat.

Tentu saja, aku tidak bisa memaksa orang lain untuk hidup denganku. Bagaimana bisa aku memiliki keegoisan seperti itu? Karena bukan perkara mudah untuk hidup bersama dengan orang yang tidak menginginkan kita, bukan?

"Tapi, aku tidak ingin berpisah denganmu, Sandra. Aku hanya belum siap menikah."

"Terima kasih, terima kasih sudah jujur padaku. Aku berharap kamu selalu bahagia meski tanpa aku. Terima kasih sudah mengisi lima tahun terakhir ini dengan kenangan indah, Kai. Dan maaf, aku tidak bisa memaksamu untuk tetap bersama dengammu. Kita jalani hidup masing-masing dengan indah. Selamat tinggal."

Aku menyerah. Namun, aku tidak kalah. Setidaknya ini adalah akhir yang baik untuk kami berdua. Tidak mudah bagi aku dan Kailash untuk mengambil keputusan seperti ini. Aku yakin dia memiliki alasan yang kuat untuk membatalkan lamaran ini. Dan akupun juga memiliki alasan yang kuat untuk mengakhiri hubungan ini.

Biarkanlah hujan yang akan menghapus luka seperti ia membasuh bumi ini. Kebahagiaan itu bagaikan hujan.

Dulu, saat semburat merah jingga nan elok. Saat gumpalan kapas gelap bersanding bersama cakrawala. Tetes kehidupan jatuh serentak

Membombardir ribuan kilometer lahan.

Impresi menguap di atas tanah. Larut bersama wewangian hujan. Di bawah rintik-rintik nikmat Tuhan. Tersemat manis indahnya janji masa depan

Penuai kebahagiaan semu berselimut basah. Yang kini tak kudapatkan.

Kini aku harus beradu dengan nestapa. Menatap seruan hina yang menyayat jiwa. Menusuk hingga rindu menyeruak keluar. Dengan satu tarikan napas gusar.

****************

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel