Mediasi Berhasil
Jabat tangan di antara mereka, menandakan jika masing-masing pihak tidak akan mundur hingga titik darah penghabisan.
**
Usai melakukan proses mediasi, Sandra berjalan keluar dari ruangan tersebut tanpa kakak sepupunya. Rupanya kakak sepupu Sandra masih terlibat dalam pertengkaran dengan istrinya.
Dari arah belakang, Sandra mendengar langkah kaki jenjang dan sebuah suara bariton, "Butuh tumpangan?"
Tak ingin terlalu banyak memikirkan hal lain, membuat Sandra berbalik dalam jeda dua detik kemudian. "Maaf, tidak perlu."
"Bukankah mobilmu masih di bengkel?"
"Dari mana pria itu mengetahui tentang mobilku? Jangan-jangan dia mengintaiku hingga menyerobot kasus kakak,"
Kailash mengeluarkan slip asuransi dari mobilnya, "Bukankah kau yang menabrak mobilku, Sandra?"
"Sial ... itu mobilnya? Jika tahu itu mobil be debah itu, aku akan menghancurkan hingga berkeping-keping."
Namun, Sandra bisa langsung menguasai suasana, "Oh, Ya Tuhan ... aku menyesal, sungguh maafkan aku, Pak."
Ada yang hancur, tapi bukan lapisan es. Perasaan Kailash sulit untuk diungkapkan. Pria itu tidak menyangka jika kini, Sandra sudah menganggapnya seperti orang asing.
Aku yang enggan bertanya. Dan kamu yang enggan menjelaskan. Sampai kapankah kita mampu bertahan? Sebelum setiap rasa yang tak terucap membawa kita semakin jauh. Lalu akhirnya yang tersisa di antara kita hanya kesunyian.
Sempat terbesit di benak Sandra jika Kailash telah berubah. Namun, ternyata semua itu hanya angan semata. Wanita itu pernah berharap, tetapi harapan itu semakin meredup digerus oleh kenyataan.
Dengan sisa-sisa rasa takut menghadapi kenyataan, Sandra enggan untuk kembali menoleh ke masa lalu seperti dulu. Dia terus berjalan ke depan meski Kailash masih mencoba mengejarnya.
"Hold on, Sandra."
Tetapi, Sandra tetap saja mengabaikan permintaan pria yang sempat mengisi hari-harinya. Sandra terus berjalan meninggalkan Kailash.
"Aku tidak tahu apa tujuannya, yang jelas aku sudah tidak ingin lagi berkompromi dengan apapun yang berbau namanya. Jika langit terus mempertemukan kami, maka aku akan terus melangkah pergi menjauh darinya."
Berhasil ... Kailash berhasil menahan langkah Sandra dengan sikapnya. Pria itu menggenggam tangan Sandra dan berniat untuk mengajak mantan pacarnya itu untuk berbicara.
"Firma hukumku butuh pengacara bermental sepertimu, kau tahu sendiri kini aku bukan lagi pegawai negeri. Aku baru saja melanjutkan bisnis orang tuaku."
"Then? Apa hubungannya dengan aku? Tak ada soal entah itu bisnis, kek atau apalah."
"Tunggu ... dengar dulu penjelasanku. Aku akan menawarkan profit besar untukmu."
Sandra mengepal, tatapan matanya tajam melirik ke arah Kailash, "Kailash ... " Tak tanggung-tanggung, Sandra berteriak menyebut nama Kailash dengan mudahnya.
"Aku tidak peduli dengammu, jangan temui aku lagi." Bersamaan dengan kalimat tersebut, Sandra menghempaskan genggaman tangan Kailash dan terus berjalan menuju tepi jalan raya guna mencari taksi yang lewat.
"Kau tahu penghasilan dari pegawai negeri berapa, sih? Tolong paham sedikit, Sandra. Setidaknya aku hanya ingin berusaha menjadi suami." Namun, kata-kata Kailash tadi tak sampai di telinga Sandra. Jangankan memahami, mendengarnya saja tidak.
Wanita itu sudah keburu masuk ke dalam taksi yang dia hentikan. Terlihat dari gelagat Sandra. Kailash menduga jika wanita itu sedang terburu-buru ke suatu tempat.
Sempat tadi Sandra membuka suara tentang rumah sakit, "Siapa yang sakit?" gumam Kailash.
Dengan dalih ingin memberi Sandra waktu, Kailash tidak terus menekan wanita itu. Untuk hari ini, mantan jaksa yang kini beralih profesi itu ikhlas membiarkan Sandra lolos begitu saja. "Jika suatu hari nanti, jangan harap."
**
Usai menemani klien menjalani proses mediasi, Kailash kembali ke kantor guna membicarakan beberapa kasus yang belum teratasi.
Usai memberi sedikit saran untuk mengatasi permasalah yang masuk ke meja kerja firma hukumnya, Kailash bisa beristirahat di ruangannya.
Meskipun profesinya kini sungguh berbeda dengan jaksa penyidik. Tetapi, Kai harus memutar otak untuk menjalankan bisnis keluarga.
Pekerjaan menjadi seorang pengacara yang selama ini dipandang sebelah mata oleh Kailash, nayatanya kini dia lakoni. Bahkan Praba, papanya mengancam tidak akan memberinya sepeserpun aset jika pria itu tidak mau mengelola bisnis rintisan Pradabhasu ini.
Prada memang sudah secara sepenuhnya melepaskan pekerjaan di bidang advokasi dan lebih memilih menjauh dari keramaian atas keinginan Greta. Keduanya kini berdomisili di kota kecil yang jauh dari hiruk-pikuk ibukota.
Dengan ancaman ini pula, Prada bisa mengawasi Kailash agar tidak bertindak semena-mena. "Apa kau bisa menghidupi keluargamu nanti dengan pekerjaan sebagai seorang jaksa?"
Prada mengkhawatirkan tingkat ekonomi sang putra. Terlebih lagi, dia tahu di zaman seperti saat ini, pendapatan dari seorang pegawai negeri yang tidak seberapa pasti tidak cukup bagi Kailash dan keluarganya kelak.
"Jika aku bisa membesarkan firma hukum ini bersama Sandra, pasti keuntungannya akan berkali-kali lipat. Apalagi, wanita itu sudah memiliki nama di bidang litigasi. Sudah pasti banyak pesohor yang ingin bercerai dengan bantuannya." Kailash berangan-angan jika dia berhasil membujuk Sandra untuk bergabung dengan firma hukum papanya ini.
Namun, lagi-lagi kendala terbesar yang harus ditaklukkan oleh Kailash adalah kesediaan Sandra untuk bergabung. Jangankan bersedia, Sandra bahkan berkata, "Dasar sinting!"
Kailash harus memeras otak guna mencari cara agar wanita itu bertekuk lutut padanya. Salah satu cara adalah dengan menekan kakak sepupu Sandra.
**
Kai menggunakan segala macam cara agar kakak ipar Sandra bisa selangkah lebih benar di mata pengadilan agama. Pria itu berhasil mendapatkan gambar dari video rekaman kamera pengawas di tempat nongkrong sepupu Sandra.
Pria itu sering keluar malam bersama teman-temannya, dan kesempatan itu dipergunakan oleh pihak kontra untuk menjatuhkan sepupu Sandra.
Bahkan kakak ipar Sandra juga mengajukan nominal tuntutan yang fantastis atas desakan Kailash.
Hal itu membuat Sandra naik pitam, dia meremas surat tuntutan yang nantinya akan dibawa ke pengadilan. "Bede bah itu tidak main-main, Kakak lihatlah! kenapa kau bisa kecolongan seperti ini?"
"Aku hanya sesekali saja, Sandra. Istriku memanfaatkan hal ini untuk mencari keuntungan. Bantu aku, ya!"
"Pantas saja Kakak ipar berambisi menghabisimu, kau keterlaluan. Tidak pria itu, tidak juga kau sama saja. Sama-sama ba jing an." maki Sandra.
Namun, meski begitu, Sandra masih tetap akan mengusahakan untuk membantu kakaknya. Karena dia sudah berjanji kepada bibinya yang kini masih terbaring di rumah sakit.
"Aku bersumpah, aku ini suami dan papa yang bertanggungjawab."
"Penjara penuh jika maling seperti kalian mengaku,"
****************