Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7. Harus Bertahan Hidup.

"Enak!" Ya Fei manggut-manggut menikmati merpati yang dibakar satu dupa lalu.

"Sayangnya ukuran ini terlalu kecil." Kemudian Ya Fei mengelap sudut bibirnya dengan ujung lengan.

Jin Fan tertunduk bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya ada di hadapannya ini?

"Dengar!"

Kepala Jin Fan terangkat. Semakin dilihat, dia semakin merasa gadis cantik dan muda di hadapannya bukanlah nona kedua Lin yang dia kenal.

"Aku melihat beberapa tanaman liar di sekitar sini bisa dimakan, asal kamu bisa membawa mereka padaku, aku akan membuat sup untuk makan siang nanti," ucap Ya Fei, sukses menyipitkan mata Jin Fan.

Setahu Jin Fan, nona kedua Lin tidak bisa membedakan mana tanaman mana sayuran. Namun, untuk soal memasak dia terbiasa melakukannya.

"Itu... bagaimana Nona bisa mengenali tanaman itu bisa dimakan? Bagaimana kalau beracun?" pancing Jin Fan.

Sejauh ini, Ya Fei baru ingat sekarang dirinya adalah nona kedua Lin yang terkenal bodoh dan payah. Setelah Jin Fan menyaksikan semua hal sebelumnya, Ya Fei yakin pria itu mulai menaruh kecurigaan.

Ya Fei tidak mau identitas aslinya terbongkar, dia mau tak mau berbohong. "Hidup di keliling orang yang tak pernah menyukai kita bukan hal mudah."

Jin Fan mengerutkan kening.

Ya Fei memandang ke depan, matanya tampak menerawang jauh. "Sebenarnya aku selalu belajar secara diam-diam, mencari banyak informasi tanpa seorangpun tahu, karena jika mereka menyadari aku tidak bodoh dan dungu, mungkin sekarang tidak ada hari ini."

Jin Fan tertegun.

Ingatan pemilik tubuh Lin Ya Fei secara bersamaan muncul, seluruhnya hanya badegan menyedihkan, yang tanpa sadar membuat sudut mata Ya Fei basah.

Jin Fan segera mengeluarkan sapu tangan, sekaligus menyodorkannya pada Ya Fei.

Bukannya menerima sapu tangan itu, Ya Fei malah terkekeh seraya menyapu air matanya. "Maaf, aku jadi teringat hari-hari buruk di rumah."

Jin Fan menyaksikan sendiri bagaimana Ya Fei diperlakukan oleh keluarga Lin. Jujur saja dia merasa kasihan. Namun, saat itu tak bisa berbuat apapun untuk membantunya.

"Sekarang Nona sudah jauh dari mereka," ujar Jin Fan, "meski tempat ini juga bukan rumah yang nyaman, setidaknya di sini Nona bisa menggunakan keahlian yang Nona pelajari."

Ya Fei tertawa hambar. "Ha ha ha, makanya kamu harus mengambil tanaman liar yang ku maksud supaya kita tidak mati kelaparan."

Jin Fan mengangguk setuju. "Hamba akan melakukannya! Nona Lin gambar dan jelaskan saja seperti apa tanaman itu."

Berikutnya Ya Fei bergegas memasuki aula. Di meja baca ada tumpukan kertas bambu, juga sepaket kuas baru.

Bermodalkan tinta yang harus diberi sedikit air dulu, Ya Fei menggambar beberapa tanaman liar serta ciri-ciri detailnya.

Selesai dibuat, Ya Fei menyerahkan kertas tersebut pada Jin Fan.

Lagi lagi Jin Fan dibuat tertegun!

Nona kedua Lin yang terkenal tak pandai menulis, ternyata memiliki seni menggambar yang apik, bahkan tulisannya pun rapi dan ramping.

"Pergilah!" perintah Ya Fei.

Jian Fan mengerjap sebelum akhirnya sedikit membungkuk lalu pergi.

***

Gu Ji secara tidak sengaja melihat Jin Fan berkeliaran di taman tak jauh dari aula Yun.

Gu Ji menaruh kecurigaan padanya, jadi sengaja diam-diam memantau pria itu dari kejauhan.

Seiring berjalannya waktu, Gu Ji tak menemukan tindakan aneh, selain Jin Fan yang memungut beberapa rumput sambil membaca sesuatu di lembaran kertas.

Tak sampai satu shichen, Jin Fan juga sudah kembali ke arah aula Yun.

Sementara Gu Ji beberapa saat di tempat. Lalu, secepatnya melapor pada Han Se.

Mendengar laporan Gu Ji, kening Han Se langsung berkerut halus. Dia mencoba menebak apa yang terjadi, hingga tiba-tiba sudut bibirnya terangkat perlahan.

"Bagus! Dia tahu cara bertahan hidup!" ucap Han Se terdengar seperti pujian.

Gu Ji bertanya, "Apa maksud Kakak?"

Han Se lanjut mengaduk tinta sebelum lanjut melukis. "Nona kedua Lin itu sengaja tidak kuberi makan, mari kita lihat seberapa jauh gadis itu dan pengawalnya bertahan."

Sudut bibir Gu Ji terangkat satu sisi, sebuah ide mendadak muncul dalam benaknya.

Di sisi lain.

Jin Fan memperlihatkan semua tanaman yang berhasil dia kumpulkan dari taman kediaman.

Ternyata jumlahnya lebih banyak dari yang Ya Fei butuhkan!

"Kamu mengambil semuanya," lirih Ya Fei.

"Tidak, masih ada lagi tapi keranjangnya tidak muat," balas Jin Fan.

Ya Fei tersenyum kecut. "Kalau bisa ambil semuanya, lagi pula setelah ini kita tidak akan bisa mendapatkan tanaman ini lagi."

Jin Fan selalu tak paham.

Ya Fei memisahkan satu demi satu tanaman, membaginya menjadi beberapa ikat berdasarkan kesamaan jenis mereka.

Gadis itu tidak memberi penjelasan apapun, Jin Fan juga tak punya keberanian banyak bertanya.

Setelah Jin Fan meninggalkan kawasan aula Yun untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa dimakan, barulah dia mengerti maksud perkataan Ya Fei karena menemukan sekelompok pelayan tengah mencabut tanaman liar; dibawah perintah Gu Ji.

Jin Fan merenung. "Daya pikir Nona kedua mencakup jauh!"

***

Ya Fei tidak kehabisan akal!

Banyaknya tanaman liar yang berhasil Jin Fan kumpulkan tidak seluruhnya gadis itu masak.

Ya Fei hanya membuat semangkuk sup untuk makan siang dua orang, dan menyiapkan semangkuk sayur tumis untuk makan malam nanti.

Kemudian sisa tanaman liarnya ada yang sengaja gadis itu letakan di pinggiran sumur, karena udara di sana dingin seperti lemari es di masa depan. Lalu, sebagian besar lagi, Ya Fei keringkan dengan metode pengasapan untuk disimpan.

Jin Fan memperhatikan setiap tindakan Ya Fei, dia kagum sekaligus menatap tak percaya secara bersamaan.

Di lain sisi, Gu Ji berhasil mengambil seluruh tanaman liar yang menurut Han Se bisa dikonsumsi.

Senyum pria itu melebar. Dia yakin, Ya Fei beserta pengawal pribadinya itu hanya akan bertahan hidup kurang dari tiga hari mulai dari sekarang.

"Biasanya kamu hanya bergerak mengikuti perintah Yang Mulia," singgung Miao Feng.

Gu Ji menimpali, "Di hari pertama gadis itu datang, dia berhasil mempermainkan ku! Meski Kakak Han tidak memberiku perintah, aku punya hak memberinya pelajaran!"

Miao Feng tertunduk terkekeh. "Kamu benar juga, dia pun mengolok-olok ku di depan pengawalnya, tindakanmu sekarang secara otomatis menginspirasiku melakukan hal serupa."

"Lakukan saja yang kamu bisa!" dorong Gu Ji secara tak langsung.

Miao Feng sedang berpikir, mencari pelajaran apa yang bisa membuat Ya Fei kapok.

Sementara Miao Feng memikirkan cara membalas Ya Fei... tanpa dia ketahui gadis itu baru saja berhasil membidik salah satu merpati yang kembali dari luar kediaman.

Gulungan surat tersemat di kakinya!

Ya Fei membaca sambil terkekeh-kekeh. Kemudian sengaja menyimpan surat itu di balik baju, dilanjut menyembelih merpati dengan belati kecil di tangannya.

"Jin Fan! Malam ini kita tidak akan makan tumis sayur liar saja!"

Ya Fei memperlihatkan merpati berlumuran darah, membuat Jin Fan membulatkan mata secara sempurna.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel