Pustaka
Bahasa Indonesia

Pada Hari Dia Absen Di Pernikahan Kami, Ibuku Meninggal

5.0K · Tamat
Zalindra Aryani
10
Bab
110
View
9.0
Rating

Ringkasan

Ibuku mengidap kanker hati stadium lanjut, keinginan terbesarnya sebelum meninggal adalah melihat aku menikah dengan Royce Tanamal. Aku memohon kepada Royce untuk waktu yang lama, akhirnya dia setuju untuk menikah denganku. Namun, pada hari pernikahan, dia tiba-tiba menghilang. Pada malam itu pun ibuku meninggal dengan penuh penyesalan. Keesokan harinya, teman masa kecilnya memposting foto mereka berdua di Instagram, "Kamu tidak bisa bahagia dengan memaksakan, akulah satu-satunya orang di dalam hatinya."

RomansaPerselingkuhanPengkhianatanMenyedihkan

Bab 1 Kita Putus

Kerabat dan teman-teman sedang menghiburku.

Aku menyeka air mata sambil menuliskan komentar, "Kalian berdua sangat serasi."

Aku diam-diam menangani pemakaman ibuku dan menanggung semuanya sendirian.

Fakta bahwa Royce Tanamal meninggalkanku karena Cecilia Kodinata tidak membuatku terkejut.

Kami telah bersama selama enam tahun. Hanya dengan satu panggilan telepon, Cecilia bisa membuat Royce pergi menemuinya, bahkan jika acara pernikahan dipertaruhkan.

Tentang apa yang terjadi kali ini, aku tidak mau repot-repot memikirkannya.

Setelah pemakaman, aku kembali ke rumah.

Royce tidak ada di rumah dan kebetulan aku juga tidak ingin bertemu dengannya.

Aku mengemasi barang-barangku dan hendak meninggalkan rumah. Ketika membuka pintu, aku melihat Cecilia di depan pintu, tengah menggandeng lengan Royce.

Cecilia bersikap layaknya dia adalah nyonya rumah dan terlihat sedikit terkejut saat melihatku. "Nicole, kamu sudah kembali?"

Royce melihat koper di tanganku dan mengerutkan kening tanpa sadar. "Nicole, apa lagi yang kamu lakukan?"

Nada bicaranya seolah-olah aku selalu membuat masalah.

Cecilia menatapku dengan sedih, sambil memeluk erat lengan Royce seolah menyatakan bahwa dia miliknya. "Kak Nicole, aku benar-benar minta maaf. Hari itu tanganku terluka dan Royce datang untuk merawatku. Aku tidak tahu kalau hari itu adalah hari pernikahan kalian, aku tidak sengaja."

"Kamu jangan pergi."

Dia berkata seperti itu, tetapi cahaya kepuasan terlihat jelas di matanya.

Aku meliriknya, ada plester kecil di jari telunjuk kanannya.

Jadi, itu sebabnya Royce meninggalkanku dan bahkan tidak datang ke pesta pernikahan?

Tiba-tiba aku merasa konyol.

Aku tidak percaya bahwa di hatinya, aku dan ibuku tidak lebih berharga dibandingkan satu jari Cecilia.

"Royce, kita putus saja."

Semua perasaanku kepadanya telah lenyap sejak ibuku meninggal dalam pelukanku.

Royce malah mengira aku sedang membuat masalah karena cemburu. "Nicole, bisakah berhenti bersikap kekanak-kanakan? Pernikahan bisa dilakukan kapan saja, tapi Cecilia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Dia terluka, aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja."

Bisakah berhenti bersikap kekanak-kanakan?

Itu adalah hal yang paling sering Royce katakan kepadaku.

Lalu, apa yang dia maksud dengan dewasa?

Royce selalu menganggap Cecilia sebagai adik perempuannya. Cecilia tidak memiliki orang tua dan harus dijaga. Karena itulah aku menoleransi adanya pihak ketiga dalam hubungan kami.

Aku menoleransi bahwa dia selalu siap untuk menjaga Cecilia, bahwa dia tidak ragu-ragu untuk lari ke wanita lain ketika aku sangat membutuhkannya dan bahwa Cecilia telah mengisi separuh hati Royce.

Ternyata, yang aku dapat sebagai balasan atas toleransiku adalah rasa sakit hati yang sangat luar biasa dari keduanya. Aku tidak bisa menerima kehidupan seperti ini lagi.

Aku menatap Royce dengan dingin. "Mulai sekarang, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Itu tidak ada hubungannya lagi denganku."

Setelah mengatakan itu, aku menyeret koperku dan berjalan melewatinya.

Royce akhirnya menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku. Dia menarikku. "Apa karena ibumu keberatan aku tidak datang ke pesta pernikahan? Aku bisa menjelaskan padanya."

Tiba-tiba aku merasa lucu.

"Menjelaskan apa? Menjelaskan kalau kamu tidak datang ke pesta pernikahan karena luka kecil di jari Cecilia?"

Sungguh, lucu sekali.

Setelah sekian lama, bukannya menunjukkan perhatian atau kepedulian sekecil apa pun, dia malah mengatakan hal bodoh seperti ini.

Aku menepis tangannya. "Tidak perlu!"

Dulu, di depan Royce, aku selalu berhati-hati, lembut dan menyenangkan. Aku tidak pernah bersikap sedingin sekarang.

Royce menatap kepergianku. Untuk pertama kalinya, kebingungan muncul di matanya.

Ketika dia kembali sadar, dia berniat untuk mengejar, tetapi dihentikan oleh Cecilia.

"Royce, ini bukan salahmu. Jika ibunya tidak pura-pura sakit, mana mungkin kamu akan dipaksa menikahinya?"

Otakku langsung berdengung.

Saat aku kembali tersadar, aku sudah melayangkan sebuah tamparan di wajah Cecilia.