Chapter 8# TAK AKAN KU LEPASKAN
"Liam!"
Leah berteriak saking kesalnya pada suaminya itu.
Pria itu menghentikan langkahnya tepat di depan pintu keluar. Dia hanya terdiam tanpa mau menoleh pada wanita yang tengah berdiri di bawah tangga.
"Pria bodoh! Aku akan membunuhmu!"
Leah menyambar pisau buah dari meja makan. Dengan penuh emosi, dia berjalan cepat menuju Liam yang masih berdiri mematung.
"Bajingan sialan! Aku akan mencungkil matamu sekarang juga!"
Leah berkata dari arah belakang Liam sambil mencengkeram pisau di tangan.
Liam tersenyum tipis. Pria itu lantas berbalik menatap Leah yang tampak sangat murka padanya.
"Apa katamu? Kau mau mencungkil mataku? Lakukan saja, aku tak akan mau tidur denganmu. Wanita menjijikan!"
Liam berkata tanpa memikirkan akibatnya.
"Dasar pria bodoh! Tidak tahu terima kasih! Harusnya aku biarkan kau dan keluargamu itu menjadi gelandangan saja sekarang!" Leah sudah sangat marah.
"Oh, iya? Aku sama sekali tak membutuhkan bantuanmu. Sudahlah, seseorang sedang menungguku. Aku tak ingin dia kecewa."
Liam hendak melanjutkan langkahnya. Namun, Leah segera menyambar lengan pria itu. Liam dibuat terkejut.
"Aku akan membunuhmu, pria bodoh keparat!"
Leah mencengkeram lengan Liam sambil meghunus pisau buah yang di pegangnya.
Pria itu membulatkan matanya dengan perasaan gugup. Ternyata istrinya itu memang psikopat!
Wanita gila!
Leah sudah siap untuk menyayat lengan Liam. Akan tetapi, dia mengurungkan niatnya.
Dia melepaskan pria itu lantas mengarahkan mata pisau pada lengannya sendiri.
Liam nyaris tidak percaya melihat apa yang dilakukan wanita itu.
Darah segar mulai mengucur deras dari urat nadi yang terpotong. Leah melepaskan pisau itu. Matanya mulai berkunang-kunang. Hingga kemudian dia kehilangan kesabarannya.
"Dasar gila! Apa yang kau lakukan?!"
Liam tampak panik dan segera mengangkat Leah. Dia menggendongnya menuju kamar mereka.
Para pelayan berhamburan dan segera menelepon dokter.
***
"Lukanya cukup dalam. Biarkan dia beristirahat."
Seorang dokter wanita bernama Natalie baru saja mengurus luka sayatan di lengan Leah.
"Terima kasi."
Liam mengantar dokter sampai ke depan pintu kamarnya.
Setelah dokter pergi, ia berdiri di depan pintu. Dipandanginya Leah yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang dengan sorot mata tampak lesu.
Sejenak dia mulai simpati melihatnya. Namun, wanita itu memang sudah gila!
"Hei, apa yang kau lakukan? Ternyata benar, kau memang seorang psikopat!"
Liam berdiri di samping Leah sambil mengumpat. Aksi gila wanita itu sungguh membuatnya muak.
Leah hanya terdiam. Emosinya belum stabil untuk menimpali ucapan Liam.
Pria itu geleng-geleng, lantas dia berjalan menuju sofa. Menyambar jas hitam dan melangkah ingin pergi.
"Tunggu, Liam!"
Suara Leah menghentikan langkahnya. Ia terdiam sejenak tanpa sudi untuk menoleh.
"Aku bukan wanita yang kau dapatkan dari sebuah taruhan atau menikahi mu karena terlibat sebuah utang. Aku Nona Allard Dakosta, putri tunggal Anthony Allard Dakosta. Kau tidak bisa memperlakukanku seburuk ini!"
Leah berkata keras seraya menatap punggung suaminya yang tampak atletis.
"Terserah!"
Liam melanjutkan langkahnya meninggalkan kamar.
"Liam!"
"Pria bodoh!! Keparat!!"
Leah terus berteriak dengan membabi buta, tapi hal itu tak membuat Liam berhenti. Dia tetap pergi.
"Dasar wanita tidak waras. Aku bisa saja menyiksa mu di ranjang malam ini sampai kau tak mampu berdiri esok pagi, tapi aku tak sudi melakukan apapun yang membuatmu senang."
Liam berkata dalam hati sambil menuju Rolls Royce Phantom hitam di pelataran mansion.
***
Waktu menunjukkan pukul satu malam.
Andreas yang baru tiba di rumah Leah langsung menghambur ke kamar Nona Babel.
Ia sudah mendengar tentang insiden yang baru saja terjadi di rumah itu dari para pelayan.
Andreas berjalan cepat menuju kamar Leah di lantai tiga.
Setibanya di depan pintu, dia mengetuknya sambil membawa segelas susu pada sebuah talam berwarna gold.
"Nona! Apa aku boleh masuk?"
Suara Andreas terdengar oleh Leah yang sedang berdiri di depan cermin.
"Masuklah, Adreas!"
Mendengar perintah Leah, pria berusia 35 tahun itu segera memasuki kamar.
"Nona Muda, bukankah Anda sedang sakit? Tapi kenapa Anda seperti akan pergi ke night club?"
Andreas dibuat terkejut saat mendapati Leah yang sudah tampak sehat. Bahkan, wanita itu mengenakan mini dress hitam yang ketat di bagian pinggang.
"Jangan berisik kau, Andreas! Aku harus mencari suamiku yang menyebalkan itu."
Leah hanya menatap bayangan Andreas pada cermin di depannya. Dia tampak sibuk dengan perona pipinya.
"Tapi, Nona Mudy. Anda masih tampak pucat. Bukankah Anda harus beristirahat?" Andreas tampak sangat khawatir.
"Shit! Jangan banyak bicara lagi atau ku cekik lehermu itu!"
Leah segera meraih tas kecil dari meja dengan tangan kanan. Sedang tangan kirinya masih berbalut perban.
"Baiklah, Nona Muda. Jaga dirimu dan pulanglah sebelum pagi." Andreas menyerah sambil meletakan nampan berisi segelas susu tadi di atas meja.
"Aku akan segera pergi. Andreas, ingat. Jangan sampai Daddy mengetahui kebusukan suamiku itu, mengerti?"
Leah berkata seraya menatap pelayan setianya itu dengan tatapan yang tajam.
"Tentu saja, Nona."
Andreas mengangguk lalu mundur.
Dia memang sudah terbiasa menyimpan rahasia Nona Babel sedari Leah masih duduk di bangku SMA.
Saat ia sering melakukan perundungan pada teman sekolahnya dahulu.
***
Leah sedang melajukan mobilnya menyusuri jalan sambil celingukan mencari Liam.
Sial!
Kemana perginya pria bodoh itu?
Dia tampak sangat kesal dan memukul kemudi.
"Dasar pria bodoh! Lihat saja nanti, aku akan mencungkil bola matanya itu saat berhasil menemukannya."
Leah terus melajukan mobilnya dengan penuh emosi. Dia terus mengutuk suaminya itu yang telah mencampakannya di malam pertama mereka.
Beberapa saat kemudian, Leah sudah hampir putus asa karena tak kunjung menemukan Liam.
Dan saat ia memutuskan untuk pulang, dia melihat mobil Rolly Royce Phantom tampak terparkir di depan sebuah restoran mewah.
"Sial! Ternyata pria bodoh itu ada di sini."
Leah segera menepi tepat berselang dua unit mobil dari mobil Liam. Dengan geram ia segera keluar dari mobilnya.
Duk!
Duk!
Duk!!
"Bodoh! Sedang apa kau di sini?!" Leah menendang-nendang mobil William dengan kasar saking kesalnya pada suaminya itu.
Puas menendang mobil yang tak tahu apa-apa itu, dia segera berjalan menuju pintu masuk restoran.
"Silakan Nona Muda Allard Dakosta. Suatu kehormatan Anda duduk di dalam restoran kami! Baiklah, silakan pilih menu makan malam yang Anda inginkan."
Seorang pelayan wanita menghampiri Leah seraya menyodorkan sebuah buku menu padanya dengan sopan.
Leah menyambar buku menu itu dan segera menunjuk makanan yang ingin dipesannya. Menu steak yang paling mahal yang ia pilih.
"Pilihan yang tepat sekali, Nona Muda! Silakan tunggu."
Pelayan segera pergi usai tersenyum padanya.
Leah tidak peduli. Matanya menyapu pandangan dan mencoba menangkap bayangan Liam yang masih belum terlihat olehnya.
"American Steak dengan taburan bunga plum dan saus keju Italia. Semoga Anda menyukainya, Nona. Selamat menikmati."
Pelayan wanita itu meletakkan piring berisi desert di meja dengan sopan.
Leah tidak peduli dengan pelayan wanita itu yang terus mengoceh. Matanya sedang fokus mencari Liam yang belum terlihat batang hidungnya.
Setelah si pelayan pergi, Leah melihat Liam sedang berdiri bersama seorang wanita bertubuh mungil. Dia menyipit heran.
Siapa wanita itu? Seleranya buruk sekali!
Leah berkata dalam hati, mata elangnya terus mengincar Liam yang sepertinya akan segera meninggalkan restoran.
Pria itu mulai berjalan sambil menggandeng wanita mungil yang tak lain adalah Sherlly, kekasihnya.
Leah tampak sangat geram melihat kelakuan suaminya itu. Dia segera mencengkeram pisau steik dari meja.
Setelah meninggalkan beberapa dolar di sana, dia bergegas menyusul Liam.
Pelayan wanita sangat terkejut melihat Nona Babel meninggalkan restoran begitu saja. Ia bergegas menuju meja.
Dilihatnya menu makan malam yang masih utuh. Namun, Nona Babel meninggalkan uang lebih untuknya.
"William!"
Leah meneriaki suaminya yang sedang berjalan menuju mobil.
Liam menoleh. Kemunculan Leah membuatnya amat terkejut.
"Kau? Sedang apa kau di sini? Tanganmu itu, apakah sudah pulih?"
Liam menghentikan langkahnya seraya menatap Leah yang sedang berdiri di depannya sekarang sambil memegang sebilah pisau.
"Kau suami yang sangat buruk! Harusnya aku membunuh mu tadi atau sekarang saja sekaligus dengan pacarmu yang buruk rupa itu!"
Liam tersenyum tipis mendengar ucapan istrinya itu yang memang sangat angkuh. Tapi jujur, dia terlihat sangat memukau malam ini.
"Sayang, sedang apa Leah di sini? Cepat usir dia! Bukankah kau tidak mencintainya sama sekali?"
Sherlly tampak ketakutan melihat Leah yang sedang memainkan pisaunya sambil menatap geram terhadapnya.
Tampaknya, wanita psikopat itu sudah siap untuk mencungkil bola mata mereka sekarang juga.