Tunggu Saja Pembalasanku
Pras terus berupaya agar adik sepupunya itu sadar. Ia ingin Nindya terbuka mata hatinya dan mulai bisa berdamai dengan keadaan.
Andai saja Anggun tahu, Pras sangat yakin, Nindya tidak akan dibiarkan bebas begitu saja. Pras paham betul, bagaimana karakter Anggun yang sesungguhnya saat ia tersakiti.
"Mas cuma ingin mengingatkanmu, Dek. Jangan sampai kamu menyesal, jika Anggun membalasnya dengan cara yang pedih daripada yang kamu lakukan padanya," ungkap Pras.
"Jaga diri kamu baik-baik."
Pras pun memutuskan meninggalkan rumah Nindya itu. Rumah yang ia yakini adalah milik Anggun. Di dalam perjalanan, Pras semakin cemas. Ia takut jika Anggun bisa membunuh Nindya. Sebagai seorang kakak, bagaimanapun ia harus bisa menjaga adik sepupunya itu.
.....................
Anggun masih sibuk dengan pekerjaannya. Ia belum sempat menyentuh ponselnya. Padahal, Mang Karta pun sudah mengirim bukti-bukti perselingkuhan Reno dan Cynthia yang datang ke villa untuk memadu kasih.
Di villa, Mang Karta masih menunggu balasan pesan dari Anggun. Sudah beberapa menit, belum juga pesannya itu terbaca. Ia mulai khawatir. Mang Karta yang sudah menganggap Anggun seperti anaknya sendiri, takut jika wanita itu terus disakiti dan hanya dimanfaatkan oleh Reno.
Menjadi anak tunggal Tuan Rama, pemilik beberapa hotel dan villa dan memiliki kebun teh yang luas, harta keluarga Anggun itu tidak akan habis tujuh turunan. Tidak heran, mau bagaimanapun orang tua Reno memintanya bercerai dari Anggun, ia tetap menolaknya.
"Aku lebih butuh harta Anggun, daripada seorang anak," ucap Reno kala itu saat sang Ibu memintanya bercerai.
Saat Mang Karta sedang berusaha menghubungi Anggun, tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang memukulnya, hingga Mang Karta pun jatuh pingsan
"Untung saja ada barang yang tertinggal, jadi kita tahu kalau dia mau menghubungi Anggun," ucap Reno.
"Ini bisa gawat, Mas. Gimana kalau Anggun tahu. Bisa mati kita semua," cecar Cynthia.
"Udah, kamu tenang. Biar Mang Karta aku bereskan aja," sahut Reno.
Reno pun langsung menyeret tubuh Mang Karta yang pingsan itu ke dalam rumah. Ia sekap pria paruh baya itu di sebuah ruang kosong yang dulu dijadikan gudang oleh Anggun. Kedua tangan Mang Karta pun diikat, begitupun kakinya. Hingga saat pria kepercayaan Anggun itu tersadar, ia tidak bisa berontak apalagi kabur.
"Mas, terus kalau dia mati gimana?" tanya Cynthia panik.
"Aku nggak mau masuk penjara ya," timpal Cynthia.
"Bisa berhenti nggak kamu. Aku ini cuma menyekap dia di sini, dia nggak mungkin mati!" hardik Reno.
Setelah mengambil ponsel milik Mang Karta, Reno dan Cynthia keluar dan mengunci pintu dari luar.
"Coba lihat, Mas, hapus aja semua buktinya biar nggak ketahuan sama Anggun," ucap Cynthia.
"Gawat!"
"Gawat kenapa, Mas?" tanya Cynthia ketakutan.
"Anggun sudah membaca pesan Mang Karta. Kita harus segera pulang ke Jakarta. Ini bisa gawat. Sebaiknya kamu ke mana dulu deh, baru kita pikirkan apa rencana selanjutnya," ujar Reno.
"Terus ini gimana?"
"Ah, udah, biarkan aja dia di sini. Mau mampus kek, gue nggak perduli. Ayo, cepat!" ajak Reno yang langsung membawa mobilnya meluncur dengan cepat.
.................
Anggun pun membuka pesan itu. Pesan Mang Karta yang mengirimkan semua bukti perselingkuhan Reno dan Cynthia. Saat membukanya, ia syok, tak percaya.
"Apa-apaan ini?" gerutu Anggun.
"Jadi mereka mengkhianati aku? Jangan-jangan, kasus KDRT itu hanya drama Cynthia?" pikir Anggun.
"Lihat saja, apa yang aku akan lakukan sama kamu, Reno, Cynthia!" gumam Anggun.
Anggun bukan istri yang mengamuk ketika mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sahabatnya sendiri. Ia punya cara tersendiri untuk membalaskan semua sakit hatinya.
Anggun pun mulai menjalankan aksinya. Anggun yang memiliki segalanya, bisa melakukan segala cara, tanpa harus menyentuh musuhnya.
[Hallo, cek Mang Karta di villa.]
[Baik, Nyonya.]
Setelah menghubungi orang kepercayaannya untuk menolong Mang Karta, ia pun menghidupkan mobilnya dan menuju sebuah lokasi untuk mengajak Pras bertemu.
Satu jam kemudian
Pras pun sudah datang dan menunggu kedatangan Anggun. Ia pun khawatir, karena Anggun tidak mungkin menemuinya jika tidak ada hal penting.
"Pras, apa kamu kenal dengan selingkuhan Mas Reno?" tanya Anggun.
"Maksud kamu?" sahut Pras yang mulai ketakutan. Ia tidak ingin Anggun menyakiti Nindya. Walau ia tahu, adik sepupunya itu memang salah.
Pras menggeleng.
"Aku sedang mencari tahu siapa wanita simpanan Reno itu. Aku sudah tahu namanya, walau aku belum tahu di mana ia tinggal. Tapi, kamu pasti tahu kan? Hanya sekelip mata, aku bisa mendapatkan alamat wanita murahan itu," ancam Anggun. Wajah Pras semakin tegang.
"Gawat. Gimana kalau Anggun tahu soal Nindya yang ...."
"Pras, kenapa wajahmu tegang?" cecar Anggun.
"Aku nggak apa-apa kok. Cuma agak serem aja, kok kamu kayaknya mau ngebunuh orang aja," celetuk Pras mencoba mencairkan suasana hatinya.
"Kamu tahu aku kan, Pras. Aku bisa membunuh siapapun yang mau bermain dengan hatiku. Aku sudah memberikan segalanya untuk Reno.Jika sampai dia mengkhianati aku, aku nggak akan segan-segan membunuh dia dan wanita-wanita itu," pekik Anggun.
"Wanita-wanita? Sebenarnya berapa banyak sih wanita simpanan Reno selain Nindya?" batin Pras yang mulai muak dengan sahabatnya yang playboy itu.
"Yang baru aku tahu, dia Halimah. Wanita berusia 45 tahun dan memiliki 2 orang anak. Dia ditinggal mati suaminya 3 tahun lalu," terang Anggun.
"Gila, wanita ini mudah banget mencari datanya. Jadi keberadaan Nindya belum dia ketahui? Baguslah, aku bisa sedikit bernapas lega. Tapi, gimana kalau Anggun tahu soal Nindya?" batin Pras. Ia takut jika Nindya akan bernasib sama seperti ...."
"Apa mungkin Pras tahu sesuatu?" batin Anggun. Ia mulai mencurigai Pras. Sebagai sahabat dekatnya, tidak mungkin Pras tidak tahu apa yang dilakukan Reno.
"Pras, apa kamu tahu sesuatu?" cecar Anggun.
"Aku nggak tahu apapun. Lalu, apa yang akan kamu lakukan pada wanita itu?" tanya Pras.
"Aku tidak akan membiarkan hidup wanita itu tenang. Jika aku tidak membunuhnya, aku akan mengambil semua yang ia miliki," jawab Anggun dengan tatapan matanya yang bengis.
"Nindya, kamu benar-benar dalam bahaya. Kamu bisa kehilangan anakmu jika Anggun mendapatkan semua informasi tentangmu," batin Pras.
"Anggun, sorry, aku ada meeting. Nanti aku kabarin kamu kalau dapat informasi tentang Reno ya," ucap Pras yang berpamitan. Ia pun langsung pergi.
[Hallo, ikuti Pras sekarang. Dia baru keluar cafe.]
[Baik, bos.]
"Pras, maafin aku. Jika kamu terlibat, aku juga tidak akan membiarkan hidupmu tenang,' batin Anggun.
..........
Pras kini sampai di depan rumah Nindya. Is kembali menemui adik sepupunya itu agar Nindya bisa segera balik ke kampung sementara ini. Sampai kecurigaan Anggun mereda. Ini bisa membahayakan nyawanya jika sampai Anggun menemukan jejaknya sebagai istri siri Reno.
"Nindya, Nindya!" teriak Pras yang menggedor pintu rumah mewah itu.
Tidak lama, Nindya pun membuka pintu. Ia panik saat melihat wajah Pras yang ketakutan.
"Mas, kenapa? Kenapa wajah Mas panik begitu?" tanya Nindya yang juga ikutan panik.
Pras pun menarik Nindya masuk dan mengunci pintu rumahnya setelah melihat sekeliling rumahnya itu aman dari orang suruhan Anggun yang mungkin saja mengikutinya.
Orang suruhan Anggun itu akhirnya menghubungi Anggun dan mengatakan lokasi Pras sekarang.
[Pras sekarang sedang berada di komplek Permata blok C/16-A.]
[ Dia menemui seorang wanita muda yang sedang hamil.]
Saat Anggun membaca pesan yang masuk ke aplikasi hijau miliknya itu, Anggun pun dibuat terkejut.
"Loh, ini kan rumahku. Pras dan wanita itu ngapain di sana? Apa mungkin, Reno ada di rumah itu dan wanita yang hamil itu simpanannya? Awas aja kalian, aku akan habisi semuanya," gumam Anggun.
Anggun pun langsung meluncur menuju rumahnya itu. Rumah yang pernah ia beli untuk seorang adik angkatnya. Sayang, ia memilih pergi dan kembali ke kampungnya berkumpul dengan kedua orang tuanya.
Satu jam kemudian
Anggun pun sudah sampai di sekitar rumahnya itu. Berjarak 50 meter, Anggun memarkirkan mobilnya. Ia pun menemui anak buahnya terlebih dulu.
"Pras masuk ke dalam rumah itu dan sampai sekarang belum keluar dari tadi," terang si anak buah.
"Siapa sebenarnya wanita itu ya? Kenapa Pras masuk lama sekali ke rumahku?" batin Anggun.
Tidak main menerka-nerka, ia langsung bergerak cepat dan mengetuk pintu rumahnya sendiri. Tidak lama, seorang wanita muda yang sedang hamil itu akhirnya membuka pintu.
"Maaf, cari siapa ya?" sapa Nindya saat melihat Anggun berdiri dihadapannya.
Anggun memperhatikan wajah Nindya dari ujung rambut, sampai ujung kaki. Membuat Nindya tidak enak hati.
"Kamu siapa ya? Kenapa melihat saya seperti itu?" pekik Nindya.
"Kamu ingin tahu siapa saya?" bentak Anggun
"Heh! Lu yang datang ke rumah gue, kok lu yang ngamuk? Dasar perempuan sinting!" hardik Nindya menatap bengis Anggun.
Anggun pun meradang, ia mendekati Nindya yang mulai terpancing emosinya. Ia menatap Anggun bengis.
"Mau apa kamu datang ke rumahku membuat keonaran?" bentak Nindya.
"Apa, rumah kamu?" sahut Anggun sinis.
"Ho'o, jadi ini rumah kamu ya?" sindir Anggun tertawa sinis.
"Iya. Ini pemberian suami saya. Eh, kamu ini siapa sih sebenarnya? Mau apa datang ke sini? Kalau nggak ada yang penting, silakan kamu angkat kaki. Saya sibuk dan nggak ada waktu meladeni orang sinting kayak kamu!" hardik Nindya.
Dari dalam rumah, Pras pun bingung karena sejak tadi Nindya membuka pintu tetapi belum juga masuk.
"Siapa sih tamunya? Kok kedengarannya ribut ya?" ucap Pras.
Pras pun langsung menghampiri Nindya ke depan pintu. Namun, ia syok saat melihat Anggun sedang berdebat dengan adik sepupunya itu. Matanya terbelalak. Saat hendak pergi melalui pintu belakang, Anggun terlanjur melihatnya.
"Prasetyo!" teriak Anggun yang langsung mengejarnya ke dalam rumah.
"Loh, Heh! Jangan masuk aja ke rumah gue," hardik Nindya yang juga mengejar Anggun yang masuk begitu saja ke dalam rumahnya.
"Pras, tunggu!" bentak Anggun.
"Pras, siapa dia?" cecar Anggun.
"Mas Pras, dia siapa sih? Mas kenal? Main masuk aja ke rumahku kayak maling," sindir Nindya ketus.
"Pras, jelaskan sama perempuan sampah ini, siapa aku sebenarnya," pekik Anggun.
"Mas, Mas kenal?" tanya Nindya.
"Pras! Jawab atau aku akan membuat karirmu hancur!" hardik Anggun.
"Anggun, aku nggak tahu apapun. Sebaiknya kamu selesaikan saja dengan Reno," sahut Pras.
"Jika kamu nggak tahu siapa dia, ngapain kamu datang ke sini?" cecar Anggun.
"Heh! Kamu siapa sih?"
"Aku Anggun. Istri pertama Reno, pemilik sah rumah ini!" hardik Anggun.
"Ang-gun ....."
bersambung .....