BAB. 9 Ternyata Nina
Wanita itu mengangguk lemah. Terbit senyum nakal dari sudut bibir Axel.
"Kamu harus jadi milikku!" bisiknya ke telinga gadis itu.
Ewan tidak tau kelanjutannya bagaimana, karena permainan poker yang memperebutkan wanita misterius itu berlangsung tertutup. Yang tidak berkepentingan dilarang berada di ruangan itu.
Ewan dan Dani terpaksa keluar dari situ.
Ewan bertekad untuk memberitahukan semua informasi yang ia dapatkan ini kepada tuan Greg keesokan harinya.
Sementara itu, Axel yang tiba-tiba memiliki keinginan untuk mendapatkan wanita misterius itu, berjuang mati-matian di meja poker. Akhirnya ia mengalahkan satu per satu lawannya sehingga ia yang menjadi pemenangnya.
Namun siapa sangka, kedua wanita yang tadi bersama Axel terlihat tidak senang karena Axel lebih memilih wanita itu. Mereka pun berencana untuk membuat Axel teler dengan mencekokinya minuman yang dicampur dengan obat tidur.
Salah satu dari wanita itu memberi Axel segelas wine. Namun siapa sangka, wine tersebut diberikan Axel kepada wanita misterius itu yang matanya masih ditutupi topeng.
"Maaf tuan saya tidak minum wine." Lirihnya.
Axel meletakkan wine itu di atas meja. Lalu berkata, "saya beri duit 10 juta bagi siapa yang mau minum wine ini!" sebenarnya, Axel tau rencana para gadis-gadis itu, karena pub ini milik sahabat Axel.
Ia langsung melempar segepok uang 10 juta di atas meja, lalu membawa gadis misteius itu pergi. Tak disangka kedua wanita tadi berebut untuk meminum wine tadi. Namun dengan cepat salah satu karyawan di pub itu langsung meminumnya dan ia pingsan seketika.
"Kalian berdua saya pecat!" hardiknya kepada keduanya.
"Kalian pikir saya tidak tau akal bulus kalian untuk menjebak tuan Axel? seret mereka keluar dari tempat ini!" ujar sahabat Axel pemilik pub itu.
Axel sampai di rumahnya. Ia menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
Ia mendudukkan gadis itu di sofa. Tanpa aba-aba, Axel mengecup bibir gadis itu melepas dahaganya selama ini karena tidak pernah mencicipi bibir kekasihnya Chesa.
Perlahan, ia membuka topeng yang menutupi wajah gadis itu. Axel terkejut setengah mati saat mengetahui siapa gadis di balik topeng itu.
"Ni..na.., ka..mu..," ternyata gadis itu adalah sahabat Chesa.
"Axel..," lirihnya manja.
"Kamu kan temannya Chesa!" kesalnya.
"Maafkan aku.., sebenarnya sudah sejak lama aku menyukaimu Axel! tapi kamu tidak pernah melihatku. Matamu terus tertuju kepada Chesa! apa kurangnya aku dibanding Chesa?" isaknya.
"Tapi aku mencintai Chesa!" hardiknya.
Axel memegang kepalanya, ia merasakan pusing. Hawa panas mulai melingkupi tubuhnya. Ia melihat ke arah Nina yang memakai pakaian yang sangat mini menunjukkan lekuk tubuhnya.
"Apakah benar kamu mencintainya? apakah benar kamu tidak tergoda dengan tubuhku yang sudah kamu dapatkan sebagai hasil kemenanganmu tadi di meja poker?" dengan berani, Nina mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu.
Axel terbelalak melihat aksi nekat Nina. Hawa panas semakin membara dari dalam tubuhnya. Sepertinya ada yang tidak beres dengan minuman yang diberikan sahabatnya pemilik pub tadi.
Axel sudah tidak tahan lagi, ia segera menghampiri Nina dan menggendongnya masuk ke dalam kamarnya. Ia mencampakkan tubuh Nina di atas ranjang dan mulai menindihnya.
Ia mengecap setiap lekuk tubuh Nina, ia bagai harimau buas yang baru keluar dari kandangnya. Saat alat tempurnya memasuki inti tubuh Nina terdengar teriakan dari mulut gadis itu.
"Akh..!" seiring dengan itu darah keluar dari inti tubuhnya membasahi seprei. Menandakan jika benar Nina masih perawan dan sudah menyerahkan mahkotanya kepada kekasih sahabatnya itu.
Nina mencoba menahan sakit, karena Axel terus menggempurnya sampai pagi menjelang.
Nina, adalah sahabat dekat Chesa sejak di bangku SMA. Ia adalah saksi hidup perjalanan cinta Axel dan Chesa. Nina sudah jatuh cinta kepada Axel disaat pertama kali mereka bertemu, saat masa orientasi sekolah. Nina yang lebih dulu mengenal Axel. Namun setelah itu Nina yang bersahabat dengan Chesa memperkenalkan Axel kepadanya. Tetapi siapa sangka ternyata Axel malah menaruh hati kepada Chesa dan berjuang mati-matian untuk mendapatkan cinta Chesa.
Tempo hari saat Axel berkunjung ke rumah Chesa. Nia yang menyetir mobil saat itu sengaja melewati jalur padat, sehingga mereka terjebak macet dan Chesa terlambat sampai di rumah. Namun apa daya rencananya itu tidak berhasil.
Dini hari pun tiba, Axel tergeletak tak berdaya setelah berulang kali menggempur tubuh Nina. Sementara Nina masih mendapatkan kesadarannya. Ia mencoba bangkit dari ranjang dan berjalan tertatih menuju dapur untuk minum.
Ia merasakan tubuhnya sangat sakit namun ia tersenyum puas. Akhirnya rencananya untuk menjebak Axel menjadi berhasil.
"Kamu akan menjadi milikku Axel! aku akan memberikan segalanya yang tidak dapat diberikan Chesa kepadamu!" ujarnya dalam hati meyakinkan dirinya sendiri.
Pagi hari pun tiba, Nina yang memang pintar memasak terlihat sedang berkutat di dapur memasak sarapan untuk mereka berdua. Setelah semua selesai ia pun kembali ke dalam kamar dan berniat untuk mandi.
Axel terbangun dan mendapati dirinya tidur hanya ditutupi oleh selimut. Ia melihat sekelilingnya dan mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia masih mengingat apa yang terjadi tadi malam. Terlebih masih ada bukti noda darah yang mulai kering di atas kasur.
Ia mendengar pintu kamar mandi di buka dan dengan jelas, melihat Nina yang kekuar dari kamar mandi dan hanya berbalut handuk di atas lutut.
Tiba-tiba alat tempurnya kembali tegak.
"Sialan! berani-beraninya ia menggodaku!" mulai timbul keinginan untuk kembali mencicipi tubuh Nina.
"Axel.., kamu sudah bangun..," ujarnya tersenyum lalu menghampiri ranjang.
Dengan cepat, Axel menarik tubuh Nina ke dalam pelukannya.
"Aku menginginkanmu pagi ini Nina!" Namun suara dering ponselnya saat ini menghentikannya.
Ia lalu mengangkat ponselnya karena tau jika yang menghubunginya saat ini adalah Chesa.
"Dari siapa Xel?" tanya Nina penasaran.
"Sssstt, kamu jangan ngomong dulu!" ia mewanti-wanti Nina untuk tidak berbicara lalu mulai mengangkat panggilan dari Chesa.
"Halo sayang..," ujarnya kepada Sang Kekasih.
"Axel! aku kangen kamu..! kamu kok baru angkat ponselmu sih?" seru Chesa kesal.
"Maaf sayang, aku masih sibuk disini. Iya sayang.., aku pasti ingat kok. Besok jam 10 pagi kan? Ia chesaku.., paketnya sudah sampai. Ia sayang.., aku sudah coba kok semuanya pas di tubuhku. Pasti sayang! i love you..," Mendengar percakapan Axel dan chesa yang terlihat mesra, Nina beranjak menjauh dari tempat tidur dan kembali menggunakan bajunya.
Axel tidak setuju dengan itu. Ia lalu buru-buru menyudahi panggilan telpon itu.
"Sayang.., sudah dulu ya, aku dipanggil.nyokap nih untuk persiapan besok.., dah.., sayang..!"
Ia lalu buru-buru mengikuti langkah Nina yang keluar dari kamar. Ia melihat Axel menyusulnya, hatinya senang seketika karena Axel mulai tergoda dengan tubuhnya.
Untuk kesekian kalinya. Axel menelan ludahnya karena pakaian Nina yang super seksi.