Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

THREE

Pagi ini Clara memulai penyamarannya, kemarin Clara sudah memotong rambutnya menjadi sebahu dengan poni ala korean style.Clara menggunakan kacamata non minus dengan frame kekinian, rok hitam dengan panjang lima sentimeter di bawah lutut, dipadukan dengan baju lengan pendek berwarna putih yang tidak bermerek, totebag berwarna hitam sederhana, dan sneakers berwarna putih.

Sebenarnya, kalau Clara berkuliah di universitas lain, penampilan Clara pasti sudah di puja, karena dengan penampilan yang sesederhana itu Clara terlihat sangat cantik. Tapi di Vism mahasiswa tanpa barang branded akan sedikit di pandang sebelah mata.

Clara berjalan menuruni tangga menuju ruang makan keluarga, disana sudah ada Daddy, Mommy, dan Percy yang sudah menunggu Clara. Sampai di tangga terakhir, Clara membuka suara. "Good morning, kesayangan." sapa Clara. Semua orang yang ada di ruang makan menatap Clara dengan tatapan tak percaya dan terkejut.

"Ra, are you really kidding me?" ucap percy sambil membuka besar mulutnya tak percaya.

"Enggak tuh, Bang. Emang kenapa?" tanya Clara santai, lalu duduk di tempat kosong samping Percy.

"Kemaren kan kamu liat, Ra. Gimana Jena ngebully orang yang gak pake barang branded kayak kamu sekarang, gini." kata Percy dengan nada khawatir.

"Baju kamu itu banyak, ngapain sih pake baju kaya gini? Ganti penampilan kamu Ra! Daddy gak mau kamu kenapa-kenapa," ucap Daddy dengan nada khawatir layaknya Percy.

"No, Dad. Biar aku selesain dengan cara aku sendiri," yakin Clara.

"Ra, Abang mohon. Ganti penampilan kamu ya, Ra." pinta Percy.

"Maaf, Bang. Keputusan aku udah bulat," ucap Clara lalu berdiri.

"Oke, kamu boleh berpenampilan kaya gitu. Tapi, kamu harus berangkat dan pulang sama Abang," titah Percy.

"Bang, please lah a-" protes Clara terpotong.

"Gak terima penolakan Ra. Sama, kaya kamu. Keputusan Abang juga udah bulat," titah Percy lalu menarik tangan Clara menuju keluar mansion dan memasuki mobil miliknya.

- - -

Sesampainya di parkiran kampus, Percy dan Clara menjadi sorotan. Beberapa pasang mata menyorot mereka dengan tatapan iri, benci, dan tak percaya.

"Liat, Ra. Ini yang Abang khawatirkan," bisik Percy lirih.

"Bang Percy. Ayo, lah." Clara berusaha meyakinkan Percy dan menggenggam tangan Percy erat. Hal itu membuat Percy menghela kasar nafasnya.

Clara dan Percy berjalan menuju kantin untuk menemui kedua sahabat Percy. Sesampainya di kantin ada pria yang melambaikan tangannya di atas kepala ke arah Percy dan Clara. Clara dan Percy berjalan menghampiri keduanya.

"Eh, siapa nih, Per?" tanya salah satu teman Percy.

"Dia A ... awhh" ucap Percy terpotong diselingi ringisan, karena Clara menginjak kakinya.

"Saya, Anak maid di rumah tuan Percy," ucap Clara. Gabrielo hanya ber 'O' ria, Percy terbelalak, sementara Arlo hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Jangan terlalu formal. Gue, Gabrielo." ucap Gabrielo.

"Ah-h , iya. Clara," kata Clara santun seraya tersenyum.

"Arlo," ucap Arlo datar.

"Mohon maap nih. Ini orang? apa pembalut cooling fresh? Dingin bener," batin Clara.

"Clara," ujar Clara.

"Oh iya, lo pada udah tau berita yang dari kemaren jadi tranding topik? Itu yang C.G Company pindahin pusat perusahaan jadi ke Indo?" tanya Elo memcahkan kesunyian.

"Tau, kenapa emang?" tanya Percy santai sambil memainkan ponsel nya.

"Gila ya, tuh orang. Kaga ada cukupnya nomor satu di dunia, sekarang mau nomor satu di Indo juga," keluh Elo sambil menggelengkan kepalanya.

"Terserah gue lah, mau buka di negara mana kek. Emang gue nyuruh lo angkat gedung perusahaan gue yang di Jerman ke sini?" batin Clara sewot.

"Ya, enggak gila lah. Namanya juga bisnis," sahut Arlo datar.

"Ya, tapi kan. Se-" protes Gio terpotong.

"Udah, elah. Tebir amat lu." heran Percy. Lalu Percy beranjak dari duduknya diikuti Gio dan Arlo di belakangnya.

"Oke. Bang Per dalam mode marah sekarang, habis kau Rara," ringis Clara dalam batinnya.

- - -

Setelah berpisah dengan Percy dkk, Clara berjalan menuju kelas karena tiga puluh menit lagi mata kuliah di mulai. Di perjalanan menuju kelasnya, Clara memilih untuk membaca buku yang berhubungna dengan mata kuliahnya hari ini.

Sesampainya di kelas, Clara mengikuti mata kuliah itu dengan baik sampai selesai. Bebrapa orang di sana memandang takjub Clara karena mampu menjawab pertanyaan dosen dengan detail namun mudah di mengerti. Ya semua takjub, kecuali Jena and the geng.

Tak ingin ambil pusing, setelah mata kuliahnya selesai Clara segera beranjak dari duduknya. Saat hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja tangan Clara di cekal oleh Jena dengan cukup kencang.

"Oh, jadi ini. Anak maid keluarga Alexander?" tanya Jena dengan nada mengejek.

"I-iya, kenapa ya?" tanya Clara dengan nada ketakutan yang di buat-buat.

"Baik nih gue, mau akting biar dukung peran lo," seringai Clara dalam hatinya.

"Tau diri lo itu Cuma anak maid, gausah deket-deket sama pacar gue, Percy. Majikan lo," tegas Jena lalu pergi meninggalkan Clara diikuti dayang-dayangnya.

"Yailah, bocahnya. Bapak lo aja budak gue kalo lo mau tau," batin Clara bangga seraya menggelengkan kepalanya dan berjalan keluar kelas.

- - -

Clara berjalan menuju tempat dimana mobil Percy terparkir. Dari kejauhan, Clara dapat melihat ratu cabe Jena sedang bergelayut manja di tangan kanan Percy.

"Salah apa abang Percy, tuhan? Kenapa bisa dia di gelendotin makhluk astral gitu," batin Clara sambil bergidik ngeri.

Clara berjalan mendekati Percy. Percy yang menyadari kehadiran Clara pun langsung menghampiri Clara dan merangkul bahu gadis itu untuk masuk kedalam kursi penumpang. Setelah Clara duduk, Percy menutup pintu mobilnya, lalu duduk di kursi kemudi.

Percy menyalakan mobilnya. Dari duduknya, Clara dapat melihat muka Jena yang merah padam menahan amarahnya. Lalu Percy melajukan mobilnya, meninggalkan Jena yang masih mematung.

Di dalam mobil hanya ada keheningan. Clara tahu, Percy pasti masih marah karena tadi dirinya memperkenalkan diri sebagai anak maid. Percy sangat menyayangi Clara, dia paling benci saat adiknya di rendahkan dan di sakiti.

Clara berdehem untuk memecah kesunyian. "Bang, Bang Percy. Abang masih marah sama Rara?" tanya Clara lembut.

"...." tak ada jawaban apapun dari Percy.

"Bang, jangan marah dong. Maafin Rara Bang. Hiks ... hiks ...." bujuk Clara dengan diiringi isakan.

Percy benci melihat Adiknya menangis, karena dia merasa gagal menjadi seorang kakak bila adiknya menangis, Percy memilih menepikan mobilnya. Percy menghela napas kasar, dadanya terlihat naik turun utnuk menetralkan emosinya.

"Kamu tau Ra, Abang paling benci sama orang lain yang ngerendahin kamu. Tapi didepan mata kepala Abang, kamu rendahin diri kamu sendiri Ra," jelas Percy dengan suara yang sedikit meninggi. Bahkan saat berbicarapun, pandangan Percy tetap fokus kedepan, dan tangannya mencengkram erat stir mobil.

"Maafin Rara, Bang," pinta Clara lalu memeluk tubuh Percy erat dari samping. Mendapati hal itu, hati Percy menghangat. Percy membalas pelukan sang Adik dan mencium lembut puncak kepala Clara.

"Abang enggak bisa marah sama kamu, Ra. Jangan di ulangin lagi, ya." putus Percy yang diangguki oleh Clara.

- - -

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel