Tujuh Paku terakhir
"Arrgghtt..!!"
"Liang Chen,"
"Guru Xhuan, delapan puluh satu muridmu telah habis di tanganku. Aku yang membuat mereka ikut bersamamu, biarkan aku juga ikut bersama guru Xhuan dan ayah!" Pintanya dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Kau membuatku kecewa! Seharusnya kau berjuang lebih keras lagi mempertahankan sekte Hongliang Hui, jika kau ikut mati lantas siapa yang akan mewujudkan mimpiku?"
"Maafkan aku guru!" Ucapnya sembari hendak menyentuh, namun beberapa detik kemudian bayangan itu menghilang dari hadapannya.
Air mata seketika menetes membasahi kedua pipi menatap miris meratapi keadaannya. Tubuhnya penuh dengan luka dan ketujuh paku telah melekat sempurna pada tubuhnya, akan hidup bersamanya. Rasa kecewa, marah, dan penyesalan itu terus berputar di benaknya. Kini harapan guru Xhuan telah pupus di genggamannya, ia tidak akan membiarkan balas dendam mendiang ayahnya ikut musnah.
Liang Chen kembali mendatangi kerajaan Thaichung dengan langkah gontai dan pandangan kosong. Ia bersimpuh di hadapan raja Thaichen sembari melepaskan pakaian pemimpin yang dikenakannya, sontak aksi itu membuat sang raja bingung. Namun yang lebih membuatnya terkejut melihat dada bidang yang sudah penuh dengan luka goresan, dengan cepat raja Thaichen bangkit dari tempat duduknya dan menatap Liang Chen tajam.
"Apakah luka itu tidak kunjung membaik?" Tanya raja dengan perasaan khawatir.
Liang Chen menatap datar dan dingin kearah sang raja menahan kekecewaan di dalam diri.
"Luka itu tidak akan pernah sembuh. Raja yang memberikan kekuasaan beserta nyawa, sehingga aku menyerahkan semuanya kepada raja!" Ucapnya dingin.
"Sebenci itu kau kepada kerajaan Thaichung sampai-sampai rela melakukan penyiksaan diri demi terlepas dari pimpinan kerajaan Thaichung?" Tanyanya dengan nada menggebu. "Aku kecewa memilihmu!" Pekiknya lagi.
"Bunuh aku!" Pinta Liang Chen lirih.
Raja yang mendengar itu pun mengangguk sembari menahan amarah yang membara. "Ya! Kau memang pantas untuk mati! Pengkhianat sepertimu tidak layak hidup tenang di dunia ini!"
Shiittt..
Tiba-tiba gerakan pedang itu berhenti dengan ujung runcing menyentuh bekas luka paku pertama di dada bagian kanan. Hal itu membuat Liang Chen menatap raja Thaichen dengan saksama.
"Lanjutkan! Kenapa raja menghentikannya? Aku lebih tenang jika raja yang membuatku mati, sementara hidup hanya tersisa tiga tahun setelah itu aku akan mati dengan tragis!"
Prang...
"Aaarrgghhh..!! Keparat..!!"
"Akulah pimpinan kerajaan Thaichung yang di utus oleh dewa untuk menjaga kerajaan dan keutuhan yang sesungguhnya, kau pengkhianat yang pernah aku temui! Aku benar-benar menyesal telah memilihmu Liang Chen!" Ucapnya menggebu.
"Mulai detik ini Bi pimpinan kerajaan Thaichung! Puas kau Liang Chen? Kita turuti permintaan pengkhianatan ini!" Pekiknya kemudian pergi meninggalkan Liang Chen dan paman Bi yang tengah bersujud di hadapan raja Thaichung.
Selepas kepergian itu Liang Chen pun ikut pergi meninggalkan kerajaan dengan status resmi bukan lagi anggota kerajaan. Ia tahu keputusannya ini membuat semua orang kecewa, tetapi ia sudah menjadi pemuda cacat karena ulahnya sendiri.
Kini masih tersisa tiga tahun lagi untuk bisa tetap hidup melanjutkan misi balas dendam dan melakukan kebaikan selama waktu tersisa. Liang Chen kembali ke desa empat musim bukan untuk singgah melainkan melakukan persiapan untuk keluar dari desa tempatnya tumbuh dan berkembang. Tidak adil jika ia hanya keluar dari kerajaan Thaichung namun masih hidup di desa empat musim, ia akan memulai kehidupan barunya dengan berkelana.
Topeng penyamaran ia kenakan, hanya wajah palsu itu yang menemaninya berjuang kedepannya. Bukan hanya wajah saja, melainkan seluruh pakaian, jubah putih yang menjadi simbol master sekte Hongliang Hui menjunjung tinggi kesucian kini berubah menjadi jubah hijau pekat sebagai lambang kesuburan dan masa lalu.
**
Sring..
Bugh...
Bugh..
"Aarrgghtt..!!"
"Tolong ampuni hamba!"
Tiga pemuda tewas dalam keadaan kedua mata melotot dan mengeluarkan darah segar dari bibirnya karena pukulan dan cekikan dari segerombolan makhluk asing berjubah serba hitam. Setelah melakukan tindakan pembunuhan itu mereka meninggalkan mayat di semak-semak belukar yang sulit di jangkau oleh manusia.
Sepuluh pemuda kembali dengan perasaan bangga. Mereka merupakan pasukan dari segerombolan hantu yang tinggal di persembunyian lembah hantu.
"Hantu kematian, tugasku telah selesai. Berhasil membunuh pasukan dari sekte Thaichung seluruhnya!"
"Hormat ketua lembah hantu!"
Seluruh pasukan hantu berjajar menunduk hormat kepada seorang pemuda berjubah merah yang tengah berdiri di tengah-tengah segerombolan makhluk asing ini.
Shitt..
Bugh..
"Aarrgghtt..!! Ketua, bukankah tugasku telah terlaksana? Lantas mengapa kau menghukumku?" Tanya hantu kematian begitu ketua menarik kerahnya kemudian menggantungnya ke udara dengan kekuatan gaibnya.
Wen Gu ketua lembah hantu menatapnya tajam sembari memberikan senyuman licik dan mengerikan.
"Kau hanya menghabisi pasukannya, tapi tidak dengan ketuanya! Kau pikir aku bodoh?! Selama mereka masih hidup maka kau tidak akan aman!" Tegasnya.
Bugh.
"Aarrgghtt..!! Tapi ketua-"
"Aku ingin kalian tidak hanya menghabisi pasukan kerajaan Thaichung, melainkan sekte Hoangliang Hui di dalamnya!" Tegasnya.
Namun ucapan ketua lembah hantu terhenti kala hantu kedamaian datang secara tiba-tiba untuk menyampaikan informasi penting terkait keadaan lembah hantu yang menjadi tugasnya untuk menjaga kedamaian dan keamanan lembah.
"Ketua ada pencuri di lembah hantu!"
Sontak Wen Gu melayangkan tatapan tajam kearah sosok pemuda yang ada di belakangnya. "Katakan dengan jelas siapa pencuri yang kau maksut?!"
"Seseorang telah membawa lari kunci giok biru dari lembah hantu. Namun sampai detik ini aku masih melakukan penyelidikan terhadap kasus itu dan belum menemukan titik terang,"
Bugh.
Bugh.
Bugh.
"Bodoh! Tidak becus! Kenapa kau selalu tidak becus dalam menjaga keamanan lembah hantu hah?!" Murkanya.
"Ketua hentikan! Aku tahu kau marah tetapi tidak bisakah kau bersikap tenang sejenak supaya kita bisa berpikir dengan tenang, mencari jalan keluarnya," ucap hantu cinta mencoba untuk memberikan pengertian kepada Wen Gu.
"Kerahkan tiga ribu hantu untuk mencari keberadaan pencuri kunci giok itu sekarang juga!"
"Aku bersumpah jika sampai pencuri itu sampai di tanganku, tidak akan ada ampunan untuknya! Harus mati dengan penyiksaanku sendiri!" Pekiknya murka.
Enam kunci giok yang menyebar di berbagai sekte, dimana kunci ini menjadi benda terpenting sepanjang sejarah untuk membuka gudang bela diri. Wen Gu salah satu pemegang kunci giok biru itu dari mendiang ayahnya, selama ini ia terus melakukan pencarian kunci giok selanjutnya agar terkumpul menjadi satu dengan mengusik berbagai sekte. Tidak hanya itu, benda kecil ini juga menjadi rebutan seluruh orang karena ingin menguasai gudang bela diri beserta kekuatan yang terkandung di dalamnya tidak heran jika banyak yang ingin mendapatkan kunci ini termasuk keinginan Wen Gu dalam mewujudkan impian mendiang ayahnya.
"Pecundang! Demi menuruti keinginannya rela menghancurkan kehidupan orang lain. Kekejaman akan terbalaskan dengan kematian!"
Bersambung...