Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab. 8 Si Kembar Wei

Li Meng sedang dirawat oleh tabib di dalam kamar. Sedangkan, Qin Yu menunggu di luar. Dia terlihat sedang makan seolah tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Padahal dia sudah membuat anak 10 tahun patah tulang kaki dan tangan. Untung saja Li Meng tidak terbunuh.

Qin Yu menyandarkan punggungnya ke kursi. Dia mengingat kejadian sebelumnya. Dia sangat yakin kalau ada aura yang mirip seperti gurunya. Membayangkan itu, perasaan Qin Yu bergejolak.

"Kalau tadi benar adalah salah satu murid dari guru, maka dia sangat kuat. Hanya pendekar kuat yang bisa menyembunyikan hawa keberadaannya sampai benar-benar menghilang."

Qin Yu memegang pedang miliknya dan meletakkan pedang itu di atas meja. Dia tidak pernah membuka sarung pedang miliknya. Dia dilarang oleh gurunya melakukan itu kecuali memang dalam keadaan terdesak misal dia akan mati. Saat tidak ada pilihan lain, Qin Yu boleh menggunakan pedang miliknya.

"Pedang adalah hukuman surga."

Itu adalah perkataan guru Qin Yu. Qin Yu selalu mengingat itu. Dia sudah berjanji tidak akan membuka sarung pedangnya. Selain memang pedang itu berbahaya, pemiliknya yaitu Qin Yu juga sangat berbahaya. Saat dia sudah serius, dia akan terlihat seperti Iblis yang turun dari neraka.

***

Setelah cukup lama. Akhirny Qin Yu boleh masuk karena tabib sudah selesai mengobati Li Meng, tetapi dia tetap harus menjalani perawatan beberapa kali lagi. Dia juga tidak boleh terlalu banyak bergerak sampai keadaannya mulai membaik.

"Kau dengar atau tidak?" keluh Li Meng.

"Aku mendengarnya." Qin Yu berjalan ke arah meja di samping kasur Li Meng. "Ini apa?" tanya Qin Yu.

Li Meng dibuat menggeleng oleh tingkah Qin Yu. Bukannya cemas dengan keadaan dirinya yang patah, tetapi Qin Yu malah lebih tertarik dengan buah persik yang ada di atas meja. Dia memegang buah pesik dengan tatapan seperti kagum akan sesuatu yang luar biasa. Padahal itu hanya satu buah persik.

"Ambil saja kalau kau mau."

Qin Yu langsung mengambil itu. Dia langsung memakan buah persik itu. Saat dia melakukan satu gigitan, mata Qin Yu berbinar. Dia terlihat sangat bahagaia. Dia menyukai buah persik. Hanya dalam beberapa detik, dia langsung menghabiskan buah persik itu. Li Meng tersenyum.

"Sepertinya kau sangat menyukainya."

Qin Yu langsung melihat ke arah Li Meng. "Kau punya satu lagi?" Dia melihat Li Meng dengan tatapan penuh harapan. Mata Qin Yu berbinar.

"Harganya cukup mahal, tetapi kau bisa membelinya di pasar."

Qin Yu menyilangkan tangannya di dadanya. Dia sedang memikirkan keputusan apa yang akan dia ambil. Setelah dua menit, dia langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku rasa lebih baik aku membeli daging dan arak. Lupakan buah tadi."

Qin Yu pun duduk di kursi. Dia melihat Li Meng dari atas hingga bawah. Dia mengangguk beberapa kali seolah dia paham akan sesuatu. Li Meng terlihat risih, dia mengerutkan keningnya.

"Apa yang kau lihat?" keluh Li Meng.

"Kau punya bakat menjadi seorang pendekar."

Mata Li Meng membesar. Dia menjadi tertarik, kalau dia bisa bertarung, maka dia bisa melindungi dirinya sendiri. Apalagi dia akan menjadi pemilik Paviliun Awan Ungu. Dia akan mendapatkan banyak musuh baik musuh secara nyata dan musuh dibalik selimut. Apapun itu, dia harus bisa melindungi dirinya sendiri.

"Apa kau bisa mengajariku?" tanya Li Meng.

Qin Yu bangun dan malah dia berjalan ke arah pintu keluar. "Jangan keluar kamar. Apapun yang terjadi, kau tidak boleh membuka kamarmu."

Li Meng baru ingin bertanya, tetapi Qin Yu sudah menutup pintu kamar. Dia mengunci kamar Li Meng dari luar. Wajah Qin Yu sangat serius, ini membuat Li Meng merasa cemas. Dia merasa ada sesuatu yang berbahaya sedang terjadi. Tentu saja ini berhubungan dengan dirinya.

"Apa ada pembunuh bayaran lagi?" batin Li Meng.

***

Dua orang sedang berada di atas penginapan. Mereka adalah pendekar kembar dari kota Feicuigang. Sekarang mereka sudah bergabung dengan organisasi pembunuh yang sangat besar dan ditakuti yaitu Langit Berdarah. Organisasi yang menjadi saingan dari organisasi Malam Sunyi.

"Ayo," ajak Wei Liu.

Wei Chen menganguk. Mereka baru ingin menerobos masuk ke kamar Li Meng dan membunuhnya atas perintah pemimpin mereka, tetapi seseorang naik ke atas. Keduanya menyadari itu dan langsung mundur karena merasakan aura yang kuat dari orang itu.

"Siapa kau?" tanya Wei Liu.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Siapa kalian dan apa tujuan kalian ke sini?" Qin Yu balik bertanya.

Wei Liu dan Wei Chen sadar kalau pemuda di depannya adalah musuh. Keduanya mengangguk dan langsung menarik senjata mereka. Keduanya menggunakan belati sebegai senjata. Sesaat kemudian si kembar itu berlari ke dua arah yang berbeda.

Mereka menyerang Qin Yu dari dua arah yang berbeda. Mereka ingin mengecoh fokus Qin Yu. Dengan cepat Qin Yu mengeluarkan pedangnya. Dia pun mulai memasang kuda-kuda dan saat dua serangan beruntut datang kepada dirinya. Dia langsung menepis semua itu.

Si kembar Wei itu tidak berhenti di sana. Mereka terus menyerang Qin Yu. Keduanya mengandalkan kecepatan mereka untuk mengalahkan lawannya, tetapi Qin Yu bisa mengimbangi itu. Dia berhasil menghindari dua tusukan belati itu. Qin Yu memutar tubuhnya dan melakukan pukulan ke bawah dengan pedangnya.

Wei Chen terkena pukulan itu. Dia pun terjatuh. Wei Liu kaget, dia maju kembali dan mulai menyerang. Dia berhasil mengecoh Qin Yu. Wei Liu pun melakukan tusukan ke punggung Qin Yu.

"Apa-apaan ini?"

Wei Liu terkena pukulan dengan tangan bagian belakang Qin Yu. Dia terpental cukup jauh, tetapi dia masih bisa bertarung. Si kembar Wei bangun kembali. Kali ini mereka lebih serius, mereka pun mulai menggunakan jurus Tarian Dua Belatih. Salah satu jurus terkuat mereka. Jurus yang memiliki banyak tipuan.

"Kau akan kalah."

Keduanya pun mulai melakukan serangan.

***

Li Meng ketakutan. Matanya tidak bisa berhenti bergerak, waspada. Li Meng bisa mendengar ada suara orang bertarung di atas atap. Dia tahu kalau salah satu dari orang itu adalah Qin Yu. Seperti apa yang Qin Yu katakan, dia tidak boleh keluar. Pintu kamar bukan hanya dikunci dari luar, tetapi dikunci dari dalam juga.

"Ayah, aku takut."

Li Meng hanyalah anak 10 tahun. Situasi hidup dan mati seperti ini membuat dirinya kesulitan berpikir jernih. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Tanpa sadar Li Meng mulai meneteskan air mata saking ketakutannya. Dia tidak ingin mati.

Beberapa saat kemudian seseorang mengetuk pintu. Li Meng diam, mematung. Ini seperti apa yang Qin Yu katakan.

"Ini aku. Buka pintunya!" pinta orang dibalik pintu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel