Bertemu Lagi Dengan Pria Itu
Siang harinya Adhisti mendapat undangan metting bersama dengan client di sebuah restaurant ternama di Tokyo. Karena ini adalah client penting, maka Adhisti harus sampai terlebih dahulu di sana, sebelum mereka datang.
Hampir satu jam Adhisti menyetir mobil bersama dengan asisten pribadinya, akhinya mereka berdua sampai di area reastaurant yang sangat ramai itu. Adhisti dan Selena segera turun dari mobil. Tak lama kemudian mereka mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam rastaurant tersebut.
Banyak pasang mata menatap kagum kearah Adhisti. Wanita yang sukses menjadi puntan orang lain karena karirnya. Selain ia artis dan model, Adhisti juga seorang desainer ternama di Tokyo, butik yang ia dirikan sudah memiliki tiga anak cabang. Sangat hebat bukan?
Saat ia sudah sampai di dalam restaurant, pandangan Adhisti tertuju pada sosok lelaki yang sangat ia kenal, sedang memasuki lift. Karena ia merasa sangat penasaran, akhirnya Adhisti dengan segera berjalan cepat menyusul lelaki tersebut. Tak lupa juga Selena yang ikut berlari membuntuti atasannya itu.
Ting!
Lift sampai di lantai tiga, Adhisti celingukan mencari keberadaan lelaki yang tengah ia buntut i, beberapa detik kemudian ia menemukan sosoj yang ia cari tengah duduk bersama dengan seorang wanita berpenampilan sangat sexy. Adhisti dan Selena memilih duduk di tempat sedikit jauh dari tempat mereka berdua duduk.
"Kak ini sebenarnya kita ngawasin siapa sih?" Bisik Selena tepat di telinga Adhisti karena ia sejak pertama mengikuti Adhisti tidak tahu sama sekali apa maksut atasannya ini.
Adhsiti menempelkan nari telunjuknya di bibir Selena. Mengintruksi bahwa ia menyuruh Selena untuk diam. "Jangan berisik, nanti mereka dengar!"
Selena pun mengangguk patuh, selang beberapa detik kemudian pandangan Adhisti kembali menatap sosok yang sangat ia incar. Mereka terlihat sangat mesra, seperti layaknya sepasang kekasih. Namun tak lama kemudian, lelaki tersebut berdiri dan menggandeng wanita tersebut berjalan melewati Adhisti dan Selena yang tengah menundukkan wajahnya agar lelaki tersebut tidak mengenalinya.
Dengan segera Adhisti pun mengikuti lelaki tersebut, awalnya Adhsiti mengira bahwa lelaki tersebut akan turun kebawah, namun ternyata dugaan Adhisti salah. Ia justru melihat lelaki tersebu berjalan beriringan dengan wanita tersebut melewati tangga atas yang terhubung dengan hotel. Karena Restaurant disini tingkat, maka mereka membaginya dua lantai atas adalah hotel, sedangkan dua lantai bawah restaurant.
Adhisti berjalan sedikit jauh memantau mereka berdua, ia mulai curiga dengan lelaki tersebut karena gerak-geriknya.
Adhisti membelalakkan matanya ketika melihat lelaki itu mencium bibir wanita yang ia bawa.
"Oh my good!" Ujar Adhisti pelan, sambil menutup matanya. Selena yang melihatnya pun membelalakkan matanya. Adhisti yang melihat keterkejutan Selena pun dengan segera ia menutup mata Selena menggunakan satu tangannya.
"Jangan lihat Selena please! kamu terlalu suci untuk melihat adegan dewasa seperti ini." Ujar Adhisti gugup sendiri. Padahal lelaki itu yang berciuman di tempat umum, namun entah mengapa Adhisti yang merasa sangat malu dan salah tingkah.
"Kak, saya tunggu kakak di lantai dua aja deh! Jiwa jomblo saya meronta-ronta kalau melihat yang beginian!" Ujar Selena masih dalam penutupan mata.
Adhisti pun mengangguk setuju, sangat tidak layak untuk Selena, karena ia yakin bahwa selanjutnya akan ada adegan lagi yang lebih panas dari ini. "Iya kamu buruan kebawah, tapi ingat! kamu pelan-pelan saja, jangan sampai kamu mengganggu aktivitas mereka, sudah buruan turun!" Ujar Adhisti sambil membalikkan badan Selena.
Setelah Selena pergi, Adhisti melanjutkan aktivitasnya sebagai intel. Lelaki yang ada di depannya kini sudah berjalan menaiki lantai kedua sambil terus berciuman dengan wanitanya. Adhisti berjalan menunduk sambil menggigit kukunya, melihat aksi lelaki ini. Bayangan kejadian semalam bersama dengan lelaki ini kembali terngiang-ngiang di dalam kepalanya.
'Astaga Adhisti! kenapa kamu mengingat kejadian yang menjijikan itu? Lupakan Adhisti, lupakan!' Batik Adhisti sambil berkali kali menggelengkan kepalanya.
Tak lama kemudian lelaki tersebut sampai di sebuah lorong kamar hotel, sedangkan Adhisti hanya membuntut i sampai tangga kedua. Ia menunduk di sana menyembunyikan dirinya.
"Mmphh."
Wanita itu melepaskan tautannya dengan lelakinya, kemudian kedua tangannya melingkar sempurna di leher lelaki tersebut.
"Honey! Mau berapa jam kita disini?" Tanya Wanita itu dengan nada sensualnya.
"Sampai aku puas. Untuk masalah uang kamu jangan khawatir, aku akan membayar berapa pun yang kamu minta!" Ujar lelaki itu sambil menyunggar rambutnya kebelakang.
Wanita itu mengangguk sambil menampilkan wajah sumringahnya. Adhisti yakin bahwa wanita tersebut adalah wanita bayaran yang sengaja lelaki itu sewa untuk memuaskan nafsunya. Padahal baru saja semalam ia melakukannya dengan Adhisti, dan sekarang ia menyewa wanita bayaran untuk memuaskannya lagi.
Adhisti menggelengkan kepalanya pelan. "Astaga ini lelaki doyan banget sama yang seger-seger!" Gumam Adhisti pelan.
Namun tak lama kemudian seorang wanita bertubuh sedikit langsing datang dan bergelayut mesra di lengan lelaki itu yang satunya. Gambarannya satu wanita seksi bergelayut mesra di lengan kiri lelaki itu, dan satu wanita langsing bergelayut mesra di lengan lelaki itu sebelah kanan.
Adhisti mengernyitkan dahinya menatap lelaki itu. Mau dia apakan dua wanita cantik di sampingnya, Adhisti berfikir posisitif bahwa dua wanita itu hanya akan menemani lelaki itu minum.
"Baby kamu sudah sampai rupanya," Ujar lelaki itu sambil mencium pipi wanita yang baru datang itu.
kemudian sang wanita pun mencium kembali lelaki itu, namun bedanya wanita itu mencium bibir lelaki itu.
cup.
"Iya honey, kalian sudah lama sampai ya?" Tanya wanita itu kepada mereka.
Dan keduanya mengangguk. Jari jemari wanita yang pertama ia bawa kini sudah nakal, membuka salah satu kancing kemeja yang lelaki itu kenakan.
Tanpa aba-aba wanita yang satunya mencium bibir Lelaki itu dengan ganas, mereka berdua bergerak secara bergantian.
"Honey, mainnya di dalam saja, takut ada yang melihat kita!" Ujar lelaki tersebut menghentikan pergerakan kedua wanita itu.
Mereka semua mengangguk. Setelah itu mereka bertiga masuk kedalam hotel secara bersamaan.
Sementara Adhisti mematung di tempat. Ada perasaan tidak rela setelah melihat lelaki yang menidurinya semalam, membawa dua wanita sekaligus ke kamar hotel. Adhisti mengepalkan kedua tangannya, wajahnya merah padam menahan amarahnya.
"Hih!! Dasar lelaki brengsek! Ngapain sih bawa wanita ke hotel segala, mana dau wanita lagi!" ujarnya sambil marah-marah.
Tak lama kemudian ia tersadar. "Ngapain juga aku sewot kayak gini? Memangnya dia siapa? Astaga Adhisti, sadar, dia tuh lelaki brengsek! Mau dia bawa sepuluh wanita pun, apa urusannya sama kamu sih?" Gumam Adhisti sambil memukul dahinya pelan.
Dreeettt... Dreettt...
Tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan bahwa ada panggilan masuk. Dengan segera Adhisti merogoh ponselnya yang berada di dalam tas.
"Hallo Selena!" Ujar Adhisti menjawab panggilannya. Ternyata Selena lah yang menelfonnya.
Tak lama kemudian Adhisti menepuk pelan dahinya. "Oh iya saya lupa, maafkan saya, saya akan segera kesana!"
Setelah itu panggilan pun Adhisti matikan secara sepihak. Dengan segera ia bergegesa menuruni tangga.
"Gara-gara ngikutin buaya, jadi aku lupa kalau ada metting sama client kan. Huh! dasar buaya!" Gumamnya sambil menuruni tangga secara cepat.
Setelah ia sampai di tangga pertama, dengan segera ia berjalan kearah Lift, ia merasa sangat tidak enak hati jika sampai Client menunggunya lama.
Tak selang lama akhirnya Adhisti pun sampai di lantai dua, ia pun bergegas keluar untuk menemui client yang terlihat sudah ready di tempat duduk bersama dengan Selena.
"Hallo Mrs. Veny, maafkan saya terlambat!" Ujar Adhisti sambil berjabat tangan dengan Mrs. Veny.
Mrs. Veny pun tersenyum manis kepada Adhisti. "It's okay Adhisti. Kita juga baru sampai kok."
Adhisti tersenyum.
"Oh iya Adhisti, perkenalkan ini Nadia, dan ini Lie me. Rekan saya!" Ujar Mrs. Veny mempernalkan.
Adhisti dan Selena tersenyum ramah kepada mereka berdua. "Hallo, kak Nadia, Hallo kak Lie me. Perkenaalkan saya Adhisti," Ujar Adhisti menjabat tangan mereka secara bergantian.
"Hai sis! i'm Nadia."
"Hai sis! i'm Lie me."
Setelah mereka berkenalan, metting pun dengan segera mereka mulai. Mrs. Veny merupakan CEO di perusahaan tekstil terbesar di Tokyo, mereka akan membahas kerja sama mereka berkaitan dengan bisnis Adhisti.