Chapter 4 : Ransomware
Playlist:
BulletProof - The Score
•••••
Suasana gedung kongres Florida gelap, sekarang pukul dua subuh dan terlihat sebuah cahaya dari senter kecil yang terpantul pada pintu besi bercode khusus.
"Keluarkan lakban bening!"pinta Laura membuat Maxent langsung melepas ransel nya dan mengeluarkan benda tersebut
"Keluarkan lakban bening!"pinta Laura membuat Maxent langsung melepas ransel nya dan mengeluarkan benda tersebut.
Laura menarik ujung nya, menggigit sedikit lakban tersebut dan menempelkan pada touchscreen digital lockdoor yang ada di hadapannya hingga penuh.
"Apa yang sedang kau lakukan?"pikir Maxent memerhatikan sekitar ruangan yang tampak aman.
"Apa yang aku minta selalu memiliki fungsinya Maxent!"balas Laura sembari tersenyum tipis, lantas membuka kembali lakban yang menempel tersebut dan meneliti nya dengan cahaya sejenak.
"Laura! Kau tidak bisa menekannya sembarang. Alarm akan berbunyi!"cegah Maxent sembari menarik tangan gadis tersebut.
"Arghh!! Ayolah, harusnya kau biarkan aku sendiri untuk menyusup masuk ke dalam!"balas Laura sembari menarik tangan nya dan menekan touchscreen tersebut. Tentunya, ia menggunakan pelindung tangan. Minimal, Laura memanipulasi kan sidik jarinya.
Ctakk!!
Pintu terbuka, membuat Maxent mengalihkan pandangan ke arah lainnya.
Ia salah sangka. "Lakban itu mencetak sidik jari. Sepertinya seseorang baru saja keluar dari ruangan ini."ucap Laura dengan suaranya yang pelan.
"Kau yakin?tanya pria tersebut sembari melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan inti dari gedung kongres tersebut. Mereka mengemudi hampir tujuh jam untuk sampai ke kota Tallahassee.
"Hm! Masih berminyak!"balas Laura membuat Maxent cukup kagum. Gadis itu cerdas.
"Okay! Aku akan melakukan bagian ku!"balas Maxent sembari mendekati sebuah meja kerja yang tampak tertata rapi.
"Kau sepertinya kurang mempercayai ku, Maxent!"tukas Laura sembari menelan ludah.
"Bukan. Aku ingin berinteraksi lebih dengan mu,"balas Maxent spontan sembari menghidupkan komputer yang terpasang utuh di sudut meja besar tersebut. Sungguh, kalimatnya barusan membuat Laura besar kepala. Ia mengusap keningnya, berpikir banyak sekarang.
"Sebenarnya, apa rencanamu Maxent?"tanya Laura mulai penasaran dengan pria tersebut. Sejak tadi, tidak ada satupun pembahasan soal hal tersebut. Ia penasaran.
"Hanya ingin bermain,"ucap Maxent santai, mulai fokus pada pekerjaan yang tengah ia lakukan.
"Maxent aku-"
"Dapat! Wah! Karyawannya ini tampaknya tidak tidur,"potong Maxent tampak mengeluarkan ekspresinya. Ia tersenyum simpul, memerhatikan komputer tersebut membuat Laura segera melangkah cepat. Ia ingin mengetahui apa yang sedang di lakukan Maxent saat ini.
"Kau mengirim Ransomware?"
Tap!!
Mendadak, suasana semakin gelap, Laura memutar pandangannya ke jendela besar yang terbuka lebar. Setengah kota lumpuh di tangan Maxent. Gelap sebagian, terutama situs-situs penting negara.
"Maxent, kita tidak perlu jauh-jauh ke sini hanya untuk menanam ransomware, Ya Tuhan, aku pikir akan ada sesuatu yang lebih menegangkan atau-"
"Kau akan tahu besok!"potong Maxent sembari menarik tangan gadis tersebut untuk segera keluar dari ruangan tersebut.
"Hey!! Siapa di sana!"mendadak sebuah suara terdengar lantang, membuat Maxent ataupun Laura berhenti melangkah, mereka memalingkan pandangan saat sebuah cahaya kilat mengarah tepat.
"Lewat sini!"tandas Laura sembari menarik jaket hoodie Maxent sekuatnya dan langsung melebarkan langkah bersamaan.
"Hey! Berhenti!"pihak pengawal tersebut kembali berteriak, lantas ikut mengejar keduanya.
"Aku akan membunuhnya!"
"Laura, No!"Maxent menekan handgun yang sudah berada di tangan gadis tersebut. Menariknya kuat dan mengambil alih benda tersebut secepat kilat.
"Maxent!'
"Berhentilah melakukan hal yang bertentangan dengan hatimu!"balas pria tersebut, walaupun terhalang sebuah topeng, mereka cukup tahu bahwa sekarang kedua mata mereka beradu. Bertemu dalam sekian detik.
"Sudah kau temukan?"ucap seseorang tampak mengumpulkan teman-temannya. Ia mengerahkan seluruh penjaga gedung.
"Maxent ini tidak mudah!"bisik Laura pelan.
"Kau bisa! Kau lebih hebat tanpa ini!"balas Maxent menyimpan senjata tersebut di balik pakaiannya.
"Cari sampai dapat!"lagi, suara seseorang yang terdengar seperti ancaman sedikit membuat keduanya ragu. Namun, mereka harus keluar dengan selamat.
"Lift nya di sana, kita akan turun. Okay!"
Laura mengangguk, ia merasakan Maxent meremas tangannya kuat. Seperti seseorang yang takut kehilangan, Maxent adalah pria pertama yang mempercayainya seperti ini.
"Laura ayo!"
Mereka langsung melebarkan langkah, berlari kuat menuju lift yang berada sekitar tiga meter ke depan.
"Hey!! Berhenti atau aku akan menembak!"ancam seseorang mendadak keluar dari sebuah ruangan. Mereka berhenti melangkah dan langsung memutar haluan tubuh.
"Tersangka di temukan, berkumpul di lift A8."lapor pria tersebut sembari mengarahkan sebuah senjata api ke arah keduanya.
"Jatuhkan semua barang-barang kalian!"perintah pria tersebut tanpa mengalihkan pandangannya sedetikpun.
"Kau! Lepaskan ransel mu!"ucapnya lagi sembari menatap lugas ke arah Maxent yang tengah memerhatikan beberapa penjaga gedung mulai berkumpul.
"Aku akan memancing mereka,"bisik Maxent pada Laura yang tidak mengeluarkan suara.
"Isinya tidak penting,"peringat Maxent santai sembari memegang dan menggoncang ransel tersebut.
"Aku bilang jatuhkan!"teriak pria tersebut penuh ancaman dengan suara yang lebih keras.
"Baiklah, baiklah,"balas Maxent sembari menarik tangan nya ke atas. Ia mengeluh sejenak lalu melempar tas tersebut ke pria bersenjata yang ada di depannya. Laura sigap, ia menendang salah satu kawanan tersebut dan merebut besi multifungsi untuk ia jadikan senjata.
"Panggil polisi!"sergah seseorang di balik pertempuran tersebut. Laura mendengar, ia mendekati seseorang dan merebut ponselnya secepat kilat memukul kepala petugas keamanan tersebut dengan besi hingga pingsan.
Maxent tidak kalah, ia melumpuhkan satu persatu orang yang ada di hadapannya sekuat tenaga. Pria tersebut terlatih, Alexander membuat kedua anaknya tahu caranya untuk membela diri.
Tinggal sedikit, mereka harus melumpuhkan sisanya secepat kilat. Yakin, seseorang pasti sudah melaporkan kejadian tersebut. Maxent melirik sejenak ke arah Laura, baiklah, gadis itu tangguh, mungkin ia tidak akan menang melawannya. Serangan Laura lebih cepat dari yang ia bayangkan, terbukti dari jumlah yang di kumpulan gadis itu lebih banyak darinya.
"Max!"
Mendadak, suara Laura terdengar lantang. Ia berlari cepat dan menendang seseorang yang tengah mengarahkan Senjata api ke arah Maxent.
Dorrr!!!
Suara tembakan meletus, membuat jantung gadis tersebut berdebar hebat. Beruntung ia berhasil menahan penjaga tersebut dan mengarahkan tangannya ke atas.
"Lepas!"teriak penjaga tersebut membuat Laura mengikuti gerakan pria tersebut hingga tubuh mereka terbentur tembok.
"La-"suara Maxent berhenti saat gadis tersebut memutar tubuh penjaga itu dan membantingnya ke lantai, lantas, menendang senjata apinya menjauh.
"Ayo keluar!"tandas Laura sembari memungut ransel nya dan menarik kerah hoodie Maxent. Mereka menuju lift dan meninggalkan orang-orang yang tampak kalah tersebut.
"Apa yang kau pikirkan?"tanya Laura parau sembari melempar tubuh Maxent masuk ke dalam lift.
"Laura aku hanya-"
"Sialan kau membuatku gila,"potong Laura sembari meremas ransel yang ada di tangannya lalu melempar benda tersebut ke arah pria tersebut. Maxent diam, memerhatikan Laura yang memalingkan pandangan sembari membelakanginya.
Perlahan pria tersebut mendekat, mendadak memeluk gadis tersebut dari belakang erat. "Kau khawatir, Laura?"tanya Maxent merasakan tubuh itu sedikit bergetar.
"Minggir!"Laura mendorongnya saat pintu lift terbuka, lantas segera berlari untuk meninggalkan gedung sejauh mungkin.
"Laura!"tegur Maxent dengan nada suaranya yang tinggi, sembari menangkap lengan gadis tersebut, hingga keduanya saling melepaskan penutup wajah.
"Laura please, aku lengah!"
"Maxent, Golden Vogos adalah musuh terbesar The Prinsphone. Sekarang aku bersamamu, ketua Golden Vogos! Parahnya, kau hampir tertembak. Jika itu terjadi, kau pikir itu baik untukku? Ha?"sentak Laura merasa begitu marah dengan apa yang hampir ia hadapkan. Sungguh, jika Maxent tertembak. Bukan hanya Alexander yang mengincarnya, tapi Golden vogos. Sejarah serangan hacker yang pernah terjadi pada The Prinsphone akan terulang.
Laura menatap pria tersebut lama, tidak ada satu reaksi pun yang di tunjukkan Maxent. Ia salah, karena membawa gadis itu pada hal yang ia anggap hanya sebatas permainan.
"Laura.. Sorry.. Aku-"
"Maxent!"tukas Laura memotong ucapan pria tersebut segera. Ia bergerak maju, melangkah mendekat hingga kedua pandangan mata mereka bertemu dan Laura menciumnya, melumat bibir pria tersebut cukup agresif.
Tidak menunggu lama, Maxent membalasnya, mereka saling merapatkan diri, mencicipi satu sama lain hingga beberapa menit yang berlalu cepat.
"Aku hanya peduli dengan mu,"ucap Laura lirih, ia menjauhkan bibir mereka sedikit lalu melangkah mundur sembari mengedarkan pandangan matanya.
Tap!!
Seketika, mata Laura menangkap seseorang yang tengah memerhatikan nya dari jarak yang cukup dekat. Ia terkejut, lantas menelan ludahnya.
"Steven!"ucap Laura dengan bisikan pelan, lantas menerima bentuk kekecewaan yang tersirat jelas dari wajah kekasihnya itu.
Seketika, Steven langsung memutar haluan tubuhnya, malas untuk melakukan apapun di hadapan orang lain.
"Stev!! Steven! Stev!!"
"Laura!"
"Maxent lepas! Hutang ku lunas dan jangan pernah menghubungi ku lagi!"tandas Laura sembari menarik dirinya untuk meninggalkan pria tersebut, tanpa memikirkan apapun lagi.
Sejak hari itu, Maxent tidak pernah berhasil mendapatkan kabar dari Laura. Gadis tersebut mem-block semua aksesnya sebisa mungkin. Lebih tepatnya, menghindar. Namun, satu hal yang berhasil di lakukan Maxent untuk Laura, pria tersebut membenarkan Ransomware buatannya dengan identitas The prinsphone, hingga mereka mendapatkan pengakuan khusus sebagai penyelamat kota Tallahassee. Sayangnya, gadis tersebut tetap menyembunyikan diri. Menjauh dari semua aktivitas yang tidak ia inginkan. Laura cukup sadar, apa yang sedang di lakukan Maxent termasuk langkah nya untuk mendekatkan nya pada clan Blindberg.
________________
Info
Ransomware adalah jenis malware tertentu yang menuntut tebusan finansial dari korban dengan cara mengancam akan mempublikasikan, menghapus, atau menahan akses ke data pribadi yang penting.
Follow IG shineamanda9
for more Info