Bab 17 Kembali Memulai Hidup Baru
Bab 17 Kembali Memulai Hidup Baru
Hingga 1 hari masih mengurung diri di kamarnya. Tanpa makan maupun minum sama sekali.ia berdiam diri melamun di atas balkon kamarnya melihat pemandangan yang begitu indah terlihat jelas di kamarnya. Taman bunga tepat di bawah kamarnya membuat harum bunga menyeruak masuk dalam penciuamnya membuat pikirannya perlahan menjadi tenang.
Ia merasakan hembusan angin sore yang menusuk ke tulangnya membuat bulu kuduknya mulai merinding. Udara yang mampu menenangkan pikirannya sejenak dari masalah yang membuatnya benar-benar gila. Soal perjodohan itu sampai sekarang dia tidak berhenti memikirkannya. Dia malu jika nanti menikah di saat usia muda. Apa kata teman-temannya nanti jika mereka tahu.
Merasa pikirannya lumayan damai dan tenang Jeni yang merasa sangat lelah berjalan menuju ke ranjang membaringkan badannya. Hingga hanya butuh beberapa detik saja, dia tertidur pulas di ranjang empuk miliknya.
--0o0--
Harum bunga pagi menyeruak ke penciumannya. semilir angin menembus jendela kamar Jeni yang memang sudah terbuka sedikit. Jeni menatap jam dinding di kamarnya sudah menunjukan pukul 06.00 pagi.
"Haahh... waktunya sekolah lagi" ia beranjak dari ranjangnya dengan langkah sangat berat menuju kamar Mandi.
Tak butuh waktu lama hanya 15 menit untuk mandi dia segera memakai seragam dan cepat turun dari kamarnya. Hari ini pasti pak sopir sudah menunggunya di bawah. Sudah 3 hari gak sekolah entah gimana suasana sekolah nantinya.
"Hari ini pasti bertemu Linda lagi. Enaknya di kasih pelajaran apa tuh wanita pelakor" Gumam Jeni yang masih fokus memakai sepatu.
Jeni hari ini nampak sangat bersemangat pergi ke sekolah. Entah kenapa hari ini adalah hari bahagia baginya.
Ia segera meraih tasnya di meja belajar berlari turun menuju meja makan.
"Pagi ma!" Pungkas Jeni menyapa mamanya yang sudah bersiap untuk ke kantor.
"Tumben hari ini kamu semangat sekali pergi sekolah" Pungkas mama Jeni.
"Entahlah ma.. " Jeni meraih roti yang sudah tersedia untuknya . Ia segera pergi tanpa makan bersama dengan orang tuanya.
"Aku berangkat dulu, hari ini aku naik mobil sendiri. Bye" Jeni belari menuju mobilnya sebelum ayahnya melarang dia untuk naik mobil lagi. Karena ulahnya suka kebut kebutan di jalan.
"Temben amat anak kita seperti itu, kemarin aja gak mau di jodohin marah marah sekarang senyum senyum gitu" gumam papa Jeni.
"Apa dia sudah setuju di jodohin" Papa Jeni melanjutkan ucapanya.
Di sisi lain Jeni masuk ke dalam mobil barunya. Kali ini ia mau nunjukin ke Linda jika dia benar benar sudah bisa seperti dia lebih bergaya sedikig. Ia sudah tak sabar agar cepat sampai ke sekolah.
"Non, maaf biar saya saja yang nyopir" Ucap sopir pribadi Jeni.
"Udah gak usah pak, aku berangkat sendiri" Ucap Jeni mulai menyalakan mesinnya dan melaju perlahan keluar dari halaman rumahnya.
Seperti biasa ia tak tanggung mencoba mengemudi dengan kecepatan tinggi di jalan raya untuk coba mobil baru. Tak usah di tanya dia sudah sangat lihai bermain di jalanan dengan mobil.
"Sepertinya enak juga buwat mobil balap," gumam Jeni sangat lihai memainkan setir mobilnya.
Hanya butuh waktu 15 menit dia sampai di sekolahannya. Ia melaju kencang menuju parkiran.
"Gila itu anak," pungkas seseorang yang hampir Jeni tabrak.
Jeni keluar dari mobilnya lalu menutup pintunya kembali.
"Jeni?" Ucap ke dua temannya kompak berlari menghampirinya.
"Hai Lisa, Via" sambut Jeni dengan senyum cerianya.
"Jeni ini mobil baru kamu" Ucap lisa memegang body mobil Jeni.
Tanpa menjawab Jeni hanya tersenyum.
Tak lama sebuah mobil sport datang dan terparkir tepat di samping mobil Jeni.
"Siapa dia?" Tanya Jeni pada teman temannya.
"Entah.. di sini bukannya gak ada ya yang punya mobil mewah seperti itu" Saut Via.
Tak lama sosok lelaki tampan keluar dari mobil membuat Jeni melotot seketika sekaan matanya mau keluar. Ia terkejut melihat siapa sosok pengemudi mobil itu.
Ia melihat Seseorang yang sangat ia kenal berpakaian anak SMA benar benar menbuat ia kebingungan.
"Vano!" Batin Jeni.
Ia segera berjalan mendekatinya
"OM bukannya udah gak SMA kan kenapa masuk sekolah lagi. Apa om gak kerja?" Bisik Jeni tepat di telinga kanan Vano.
Semua anak memandang ke arah Vano. Bagaimana tidak ia melihat sosok lelaki sangat tampan di depannya. Ya mungkin bisa di kategorokan paking tampan di sekolahannya. Bahkan beberapa wanita datang mendekatinya hanya untuk minta foto seperti seorang artis saja.
"Minggir.. minggir" ucap salah satu wanita mendorong tubuh Jeni menjauh dari Vano.
Jeni berdengus kesal, " sialan banget tu cewek" decak Jeni kesal. Ia menarik ke dua tangan sahabatnya pergi dari parkiran.
"Dia sangat tampan. Bikin jantungku berdetak sangat cepat" ucap Lisa yang masih terkagum kagum pada ketampanan Vano.
"Iya,dia benar benar sangat tampan. Apa dia murid bari?" Tanya Via .
"Apa sih kalian gitu aja lebay. Dia biasa aja tahu" ucap Jeni yang masih nampak kesal. Baru kali ini ia harus di dorong dorong para wanita yang tak sebanding dengannya membuat ia merasa sangat kesal.
"Kamu kenapa cemberut gitu" Ucap Via memegang ke dua pipi Jeni.
"Gak papa!" Jawab Jeni kesal.
"Iya apa kamu kenal dengan cowok tadi Jen. Boleh minta line id nya" pungkas Lisa dengan senyum tipisnya yang memang sengaja di sok maniskan. Membuat Jeni semakin jengkel.
"Apaan sih, kalian" pungkas Jeni menyeka ke dua temannya dengan tangan terlentang membuat temannya mundur ke belakang. Ia berjalan terburu buru menuju ke kelas.
"Kenapa dia. Sepertinya dia cemburu?" Ucap Lisa menutup mulutnya dengan tawa kecil berbisik pada Via.
"Benar-benar membuatku muak. Lagian tu kenapa sih om om ke sekolahan apa mau cari Linda di sini" Gumam Jeni gak jelas. Ia terus menggerutu gak jelas masuk ke dalam kelasnya.
"Hai, Jen, kamu kenapa?" ucap Via duduk di samping jeni. Memang tempat duduknya di samping Jeni. Dan Lisa di sebelah kanan Jeni.
Belum sempat menjawab Seorang guru datang dengan seorang lelaki di sampingnya.
"Pagi murid-murid" sapa guru itu.
"Pagi juga bu," jawab semua murid di kelas Jeni kompak.
"Bu lelaki tampan di samping ibu siapa?" ucap salah satu wanita di kelas Jeni. Dna di sambut antusias oleh para wanita di kelas itu.
"Dia murid baru.. Semoga kalian bisa bantu dia, ya" Jawab guru itu singkat. Sembari melirik ke arah Vano, menberikan kode padanya.
"Apa? " ucap jeni terkejut dengan nada tinggi membuat semua mata tertuju padanya.
Jeni nampak kikuk melihat semua mata tertuju padanya. "Sepertinya aku terlalu terkejut" pungkas Jeni menatap ke arah anak anak di kelasnya. Dengan senyum malunya.
"Ya, sudah sekarang kamu perkenalkan diri" Ucap bu guru di depan pada Vano.
"Baiklah Namaku Vano" ucap dia singkat. Ia memang tak suka menyebut nama panjangnya. Jika tau maka semua anak di sekolahan akan tahu siapa sebenarnya Vano yang sebenarnya adalah anak dari pemilik sekolahan tersebut.
Tanpa basa basi perkenalan lagi ia segera duduk. "Bisa tukar tempat duduk" Ucap Vano pada Via.
"Boleh." Via segera beranjak dari duduknya menuju ke tempat duduk bersebelahan dengan lisa.
"Hai" sapa Vano yang duduk di sebelah Jeni.
Jeni hanya diam menyangga pipinya dengan tangan menyoret nyoret kertas di depannya seolah tak perdulikan Vano di sampongnya.
"Ada apa?" Ucap Jeni cuek tanpa memandang sedikitpun pada Vano.
"Kita bertemu lagi," Bisik Vano.
"Kamu kenapa pura-pura segala menyamar jadi anak sekolahan" Ucap Jeni lirih.
"Suka-suka aku. Karena aku suka seperti ini," Jawab Vano seolah mengeluarkan buku seperti anak anak lainnya.