Pustaka
Bahasa Indonesia

Oh no, Bos!

62.0K · Tamat
Miraicle Dewi
52
Bab
26.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Skenario apa ini? Tiba-tiba menikah dengan bos? Siena tidak tahu apakah ini disebut keberuntungan atau kesialan. Pasalnya, ketampanannya tidak bisa meluluhkan hati Siena karena pria itu menyebalkan!Bagaimana kisah penyatuan sekertaris tukang kesal dengan bos cerewet dan sok dingin dalam tali pernikahan?

RomansaPresdirBillionaireIstriPengantin PenggantiPernikahanSweetBaper

Bab 1 My Bos

Pulasan make up mempercantik pipi, ditambah gincu warna pink yang ditorehkan di bibir bulatnya.

Siena berdiri, melihat pantulan banyangannya di cermin dengan memakai gaun pengantin warna putih.

"Udah siap?" tanya seorang wanita yang muncul dari balik pintu.

Gadis itu menoleh sembari tersenyum. Tangannya menyambut uluran wanita itu, lalu berjalan bersamanya keluar ruangan.

Di sebuah ruangan, seorang pria tampan yang juga sudah bersiap dengan tuxedo putihnya. Dia tersenyum pada Siena, menerima uluran tangannya, lalu membawanya berdiri di sisinya.

"Udah siap, ya?" seru wanita itu, lalu berkata pada seorang fotografer. "Mulai aja, Mas pemotretannya."

Ini bukan acara pernikahan, hanya PEMOTRETAN. Ya kali, umur baru 25 tahun sudah menikah! Siena memang menjejal profesi model magang di butik sahabatnya untuk mempromosikan semua baju rancangannya di media sosial.

Dan pria ini adalah sahabat mereka, Gibran. Sama halnya dengan Siena, jadi model cuma kalau dibutuhin sama cewek yang namanya Gwen itu.

"Pegal gue," keluh Gibran sambil menggerakkan rahangnya, dan beranjak dari tempatnya. "Udah selesai, 'kan, Gwen?"

"Perfect!" seru Gwen, tersenyum puas setelah melihat hasil foto-fotonya. "Sri! Kasih mereka minum!"

"Gitu dong! Jangan dikasih pas kita sindir aja!" ledek Siena.

"Mana ada!" sahut Gwen, tersinggung. "Oh, iya! Lo udah diterima kerja di perusahaan Marlon Group?"

"Udah dong." Kemudian, Siena menenggak minuman botol berperisa susu dan buah itu.

"Wuih! Keren lo!" timpal Gibran.

"Bran, jangan lo puji terus. Entar hidungnya naik tuh!" Giliran Gwen menimpali.

"Sial lo!"

Siena beranjak dari kursi dan meletakkan botol minuman setengah kosong di meja. Kedua sahabatnya meliriknya dengan heran.

"Mau ke mana? Cepat banget baliknya!" tanya Gibran.

"Ya, lah! Gue mau belanja baju buat hari pertama kerja."

"Nggak usah beli," sahut Gwen. "Pilih deh baju yang lo mau di butik gue."

"Benaran? Lo nggak bakal masukin ke nota utang, 'kan?" seloroh Siena, tergelak, lalu berjalan ke sebuah rak pakaian.

"Ya, enggaklah! Anggap aja sebagai bonus dari gue," kata Gwen. "Mau gue bantuin, nggak, milih baju?"

Gwen menghampiri sebuah rak dress dengan bermacam-macam warna. Ia menarik sebuah peplum dress berwarna salem dari barisan rak.

"Nah, ini baju yang cocok buat lo. Bungkus deh!"

Ini bukan karena gratisan yang buat Siena menerimanya dengan senang hati, tapi karena Siena memang suka dengan dress ini.

"Thanks berat, ya, Nek," katanya.

Gwen cemberut. "Si, bisa nggak lo berhenti panggil gue nenek. Dan lo, Gibran! Senang banget, ya, lo ketawain gue!"

"Panggilannya emang cocok kok. Gue juga mau panggil lo begitu ah!" goda Gibran.

Gwen yang merasa tidak terima, memukul Gibran dengan sebuah majalah yang tidak terlalu tebal. Siena hanya tertawa. Suasana seperti ini memang biasa terjadi di dalam hubungan persahabatan mereka.

-;-;-;-

Siena duduk di depan kaca. Beberapa kali ia menghela napas. Besok, bakal jadi hari yang sangat mendebarkan.

"Takutnya gue salah ngomong di depan bos," gumamnya, berjalan menuju ke ranjangnya. "Ngomong-ngomong, Pak Nathan itu kayak apa ya? Katanya sih ganteng? Tapi, apa sikapnya sebagus tampangnya, ya?"

Kenapa ia harus memikirkan hal itu? Harusnya, ia bergegas tidur karena besok harus bangun pagi.

Jam dindingnya menunjukkan pukul 10 malam. Biasanya, ia belum tidur, masih mantengin drama Korea di laptop.

Kebiasaan seperti itu harus diubah mulai sekarang. Ia langsung tarik selimut, memejamkan mata.

Tapi yang namanya belum mengantuk, mau dipaksakan sebagaimanapun, tetap saja tak mau terlelap.

Siena duduk, melirik laptop yang menggodanya untuk melanjutkan episode Flower Of Evil yang memasuki episode kedua.

Alhasil, ia larut dalam tayangan itu hingga matanya terasa berat. Waktu berlalu hingga tengah malam. Sebelum tidur, Siena menyetel alarm di ponselnya agar besok tidak terlambat.

Akan tetapi, alarm itu tidak mampu membuatnya beranjak dari ranjang. Saat alarm berbunyi, Siena mematikan ponselnya, lalu tidur lagi.

Sekitar setengah jam, pintu kamarnya diketuk disertai oleh seruan.

"Siena! Siena! Bangun! Kamu tidak ke kantor?"

Siena menyingkap selimutnya. Sinar matahari yang menembus dari celah gorden, mengalihkan pandangannya.

Siena tersentak. Sudah siang! Gawat! Ia langsung melompat dari ranjang, mengambil handuk, berlari ke kamar mandi.

Karena sudah terlambat, Siena mandi dengan terburu-buru, berdandan dengan asal-asalan, dan rambutnya hanya di sisir tidak rapi.

Mama sudah menunggu di meja makan sambil menyantap sebungkus nasi uduk. Siena mengejutkannya karena tiba-tiba duduk.

Siena memakan sarapannya secepat mungkin, membuat mama heran dan berkata dengan heran:

"Pelan-pelan dong makannya."

"Udah telat, Ma," jawab Siena.

"Lagian kamu terlambat bangun."

Siena meneguk segelas air putih tanpa jeda. Lalu, ia bangkit, meraih tangan mamanya dan menciumnya.

"Siena berangkat dulu, ya, Ma. Dah!"

"Hati-ha...." Mama terdiam karena Siena telah lenyap dari balik pintu rumah. Lalu, kembali menghabiskan sarapannya.

Siena berlari secepat mungkin ke halte bis. Yah, karena motornya masuk bengkel, terpaksa naik angkutan umum.

Keringat mengucur. Alhasil, make up-nya lunturnya. Itu sih bukan masalah besar, nanti juga bisa touch up di kantor.

Akan tetapi, sakit perut mengerecoki hari sempurnanya. Gara-gara langsung berlari habis makan sih, makanya jadi seperti itu.

Beruntungnya, bis masih menunggunya di bis. Ia langsung melompat masuk ke dalam bis. Namun, ia melongo begitu melihat padatnya bis pagi ini. Terpaksa ia berdiri sambil menahan sakit di perutnya.

Kamar mandi, hal terpikirkan sejak kakinya melangkah masuk ke dalam kantor. Ia berlari, bertanya pada salah satu karyawan di mana letak toilet.

Siena yang ceroboh dan tergesa-gesa membuat kesalahan. Pada saat ia berjalan menuju toilet, ia berpapasan dengan seorang pria. Namun, ia menabrak dada bidang pria itu. Dan dari ekspresinya, sepertinya pria itu tampak tidak senang.

Siena sedikit membungkuk sembari berkata, "Maaf, Pak."

Permintaan tulus itu malah diabaikan. Pria itu melewatinya begitu saja, yang diikuti oleh seorang pria kurus berkacamata yang suka menunduk.

Pandangan Siena mengikuti arah gerakan pria itu sembari mencibir. Wajah tampannya yang jutek itu sama sekali tidak menarik, malah bikin kesal.

"Ih ... Sok banget! Mudah-mudahan dia bukan atasan aku."

-;-;-;-

"Nah, ini baru rapi," gumam Siena, setelah merapikan rambutnya dengan diikat kuncir kuda agak tinggi.

Dikibas-kibaskan pakaiannya yang agak kusut. Semua alat-alat make up disusun kembali ke dalam dompet khusus warna toska.

Hidungnya mengendus sebuah aroma. Yap, bau minyak kayu putih. Ia membaluri perutnya dengan minyak kayu putih, setelah menuntaskan sakit perutnya.

Aroma minyak itu cukup menyengat. Takutnya, si bos tidak suka dengan aroma itu. Maka, ia menyemprotkan parfum ke pakaiannya.

Sekarang, waktunya menghadap si bos. Setelah melakukan konfirmasi ke bagian HRD, ia di arahkan ke sebuah ruangan di mana meja kerjanya berada.

Ia tersenyum girang, lalu duduk di kursinya. "Saatnya bekerja," gumamnya. Tapi, belum ada satu pun tugas yang diberikan untuknya.

Seorang wanita mendatanginya dan berkata, "Bos mau ketemu sama kamu."

"Oh, oke," sahut Siena, tersenyum, sambil beranjak dari kursi.

Kantor atasannya tak jauh dari meja kerjanya. Tangannya meraih gagang pintu, tapi tidak langsung ditekannya karena rasa gugup kembali menyerang.

Ia menegak, menarik napas lalu dihembuskan perlahan. "Tenang, Siena. Tenang. Hadapi dia kayak lo lagi menghadapi orang biasa. Lo pasti bisa! Jangan bikin hari pertama lo rusak, oke?"

Ia kembali meraih gagang pintu. Tapi baru akan menarik pintunya, tiba-tiba pintu terbuka oleh seseorang dari dalam ruangan.

Siena terkejut, spontan mundur karena takut terantuk oleh pintu. Lalu, seseorang muncul dari baliknya. Seorang pria, yang membuat Siena tercengang lalu wajahnya memucat.

"Itu, 'kan cowok tadi? Jangan-jangan cowok es ini bos gue?!"[]