BAB. 3 Terjadi Kecelakaan
Para pemuda itu pun
masuk ke dalam mobil. Ronand segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Namun mobil Edward tidak juga kelihatan.
"Sial! Edward ke mana! Kenapa mobilnya tidak kelihatan?" seru Ronand panik.
Bahkan semua orang yang berada di dalam mobil itu juga ikut-ikutan panik.
"Bukannya tadi Edward meneriaki nama Rian?" tukas Bobby.
"Pasti Tuan Edward sedang menuju ke apartemen Tuan Rian," sahut Aksa.
"Nand, segera meluncur ke sana!" seru Jemy kepada sepupunya.
"Beres! Gue putar balik dulu," sergah Ronand.
Dengan cepat pria itu memutar balik arah mobil menuju ke apartemen
Rian.
Benar saja tebakan mereka. Edward memang sedang melajukan mobilnya menuju ke apartemen pria itu.
Namun karena di bawah pengaruh minuman keras Edward terlihat ugal-ugalan membawa mobil.
Hatinya sangat sakit saat ini, harus menerima kenyataan jika Ranti, gadis yang sangat dirinya cintai telah berani berselingkuh dibelakangnya. Sepertinya Edward mulai percaya jika Ranti memang tidak pernah
mencintainya.
Selama ini Edward berharap penuh kepada gadis itu. Bahkan dia telah merancang untuk menikahi gadis itu tahun ini. Sang pria sedang memesan cincin couple untuk mereka berdua. Namun semuanya hanya kesia-siaan belaka.
Ranti telah mengkhianati cintanya. Gadis itu telah menghancurkan harapan terbesarnya. Tak terasa air mata Edward mengalir di kedua pipinya. Sepertinya pria itu sangat patah hati sekarang.
Tiba-tiba saja Edward hilang keseimbangan saat menyetir mobil. Kejadiannya sangat
cepat terjadi. Mobil yang dikendarai olehnya menabrak pembatas jalan dengan sangat kuat.
Pria itu tak sadarkan diri akibat benturan yang kuat. Untung saja air bag mobil langsung berkembang
sehingga melindungi kepala Edward dari benturan yang keras.
Sementara mobil Ronand terus saja mencari
keberadaan mobil Edward, sang sepupu.
Bobby yang duduk di samping Ronand, dari kejauhan dapat melihat sebuah mobil yang telah menabrak pembatas jalan. Asap mulai mengepul dari mobil tersebut.
Sang sepupu ingat betul jika plat mobil tersebut adalah milik Edward, sepupunya. Dia pun segera berkata,
"Guys! Bukannya itu mobil Edward?" teriak Bobby.
"Shit! Edward apa yang sedang merasuki Lo!" kesal Jemy kepadanya.
"Nand! Lebih cepat Lo menyetirnya!" Lalu dengan sigap Ronand mempercepat laju mobilnya.
Sedangkan Aksa segera menelepon ambulans untuk menolong Edward.
Waktu yang telah menunjukkan dini hari, membuat jalanan sangat sepi dan lengang.
Para pemuda itu, segera turun dari mobil. Mereka pun menghampiri mobil Edward yang telah rusak parah. Keempatnya lalu mencoba memecahkan kaca mobil dan membuka pintunya dari dalam, untuk dapat mengeluarkan tubuh Edward dari dalam mobil.
Ronand segera memeriksa saluran pernapasan Edward. Pria itu sangat bersyukur karena sepupunya hanya pingsan.
Lalu Bobby angkat bicara,
"Guys, jujur gue takut memindahkan tubuh Edward!" ungkapnya gusar.
Ternyata para pemuda itu ragu untuk mengeluarkan tubuh Edward dari dalam mobil.
"Kita tunggu petugas kesehatan saja, untuk mengeluarkannya. Takutnya jika kita salah mengangkat tubuhnya, malah dapat memperparah keadaan," tukas Jemy.
"Ide bagus!" sahut Ronand.
Aksa mengeraskan rahangnya karena ambulans belum tiba juga. Pria itu kembali menelepon pihak rumah sakit.
Akhirnya ambulans pun tiba bersamaan dengan datangnya mobil petugas pemadam kebakaran. Tubuh Edward yang telah pingsan segera dievakuasi dengan cepat.
Petugas pemadam kebakaran juga segera menangani mobil Edward sehingga tidak
sempat menimbulkan ledakan dan kebakaran.
Sedangkan Edward sendiri segera dilarikan ke rumah sakit. Aksa dan Jemy ikut masuk ke dalam ambulans untuk mendampinginya.
Sementara Ronand kembali menyetir mobilnya menuju ke rumah sakit, mengikuti ambulans yang sedang melaju sangat kencang saat ini.
Bobby yang berada di samping Ronand yang sedang menyetir, mulai sibuk menghubungi keluarga terutama Aunty Ayu, ibunda Edward.
Tidak lupa juga Bobby menghubungi Opa Bram, kakek mereka.
Tangisan Tante Ayu memenuhi ruang tunggu pasien. Opa Bram juga turun bersedih hati melihat keadaan salah satu cucunya saat ini.
Sang opa pun bertanya kepada Ronand, apa yang terjadi sebenarnya kepada Edward.
Sang cucu lalu menceritakan semuanya kepada Opa Bram tentang hubungan Edward dan Ranti yang terjalin selama ini. Akan tetapi penuh dengan kepalsuan.
Sang opa terlihat sangat
geram mendengar semuanya. Dia pun mempunyai tekad yang bulat untuk menyelamatkan kondisi mental cucunya tersebut.
"Jadi Edward masih saja berhubungan dengan gadis itu?" selidik sang kakek.
"Ya ... begitulah kenyataanya, Opa." seru Ronand menimpali.
"Opa pernah menegur Edward agar tidak bergaul lagi dengan wanita itu. Tapi dia keras kepala rupanya," tutur sang opa.
Ternyata Opa Bram pernah menegur Edward namun dia memilih untuk tidak mendengar perkataan kakeknya.
"Edward terlalu naif memandang cinta. Sifatnya sangat berbeda dengan kalian bertiga," ucap Opa Bram kepada Ronand, Jemy, dan Bobby.
Ketiganya mengangguk tanda setuju. Mereka berpikiran yang sama dengan Opa Bram.
Lalu sang kakek berkata lagi,
"Opa memiliki rencana jitu agar Edward bisa melupakan gadis itu. Akan tetapi, kalian harus membantu Opa untuk menyukseskannya."
"Tentu saja kami mau, Opa!" ucap Bobby.
"Demi kesembuhan Edward. Aku juga akan ikut membantu," tukas Jemy.
"Jangan tanya aku, Opa. Tentu saja aku juga turut bersedia melakukan apa pun, agar Edward lebih cepat pulih," sahut Ronand dari kesungguhan hatinya.
"Baiklah, kalau begitu. Opa akan menghubungi kalian nantinya jika semua telah berjalan sesuai rencana Opa." tutur Opa Bram kepada para cucunya.
Sudah hampir seminggu lamanya Edward telah di pindahkan di sebuah rumah sakit yang berada di Kota London.
Bunda Ayu dan Ronand ikut mendampingi pengobatan Edward di sana.
Sedangkan Jemy dan Bobby bertugas untuk mengelola perusahaan yang ada di Jakarta.
Hasil pemeriksaan para dokter menyatakan, jika Edward mengalami beberapa retak tulang dan butuh recovery yanv sangat intensif selama beberapa bulan ke depan.
Nyonya Rahayu terus saja menangis melihat kondisi putranya yang masih lemah. Seperti tidak memiliki semangat untuk hidup lagi.
"Aunty Ayu, jangan menangis terus dong. Aunty harus yakin jika Edward akan cepat pulihnya," ucap Ronand menghibur sang tante.
"Bagaimana Aunty tidak semakin sedih, Nand. Sepupumu semakin hari kok malah semakin lemah?" isak Aunty Ayu.
"Aunty ... kita harus yakin, Edward bisa melewati semuanya dengan baik. Kita juga patut bersyukur karena kondisi Edward tetap stabil sejauh ini. Tante harus jaga kesehatan, agar tetap sehat dan tidak drop selama mendampingi pemulihan Edward.
Sementara di dalam ruang rawatan. Tubuh lemah Edward sedang terbaring lemah. Pria itu sedang menatap langit-langit rumah sakit. Hatinya terasa hampa saat ini. Entah kenapa kerinduan mendalam kepada Ranti mulai merasukinya saat ini.
Namun tiba-tiba Edward mengingat perlakuan gadis itu kepadanya. Rasa sakit tersebut terasa menusuk-menusuk sampai ke ulu hatinya.
"Ranti! Kamu kenapa sangat tega melakukan semuanya kepadaku?" Air mata Edward mulai keluar membasahi pipinya. Sungguh begitu rapuhnya dia saat ini.