Di Kantor
Dengan cepat, jemari-Jemari itu mulai melakukan tugasnya. Masuk, keluar, masuk, keluar. Mengantarkan pemiliknya mendaki gunung kenikmatan yang mulai meninggi. Lendir kenikmatannya pun mulai membanjir basah, keluar tiada henti seiring kocokan jemari tangannya yang semakin cepat.
"CLOK...CLOK... CLOK..."
Suara tusukan jemari nakal Citra pada vaginanya mulai terdengar nyaring.
"Sodok memek aku Seettt... Ayo sodok... Ooooggghhh.... Terus Setoooo...." Semakin lama kocokan jemari tangannya semakin cepat.
"Terus Neeeng Citra... Kobel terus memek mulusmu Neeeng... "Erang pak Utet sambil membelalakkan matanya, "Puasin dirimu sayang... Ssshhh.... Kobel teruuuusss sampe moncoott... Dasar wanita nakaaalll..." Erang Pak Utet yang juga melakukan hal serupa, membetoti batang penis tuanya yang sudah semakin renta. Berusaha terus mengimbangi kenikmatan semu persetubuhan akibat terlalu lama tak merasakan kenikmatan vagina wanita. "Aku harus bisa mendapatkan kenikmatan tubuhnya... Aku harus bisa memasukkan kontol tuaku kedalam memek sempit itu... Aku harus bisa..." Kata pak Utet dalam hati.
Merasa gelombang orgasmenya mulai datang membuat masturbasi Citra semakin dahsyat. Jilatan lidah ke payudaranya semakin buas dan kocokan jemari lentik di vaginanya juga semakin cepat. "Hooooohhh.... Sssshhhh.. Terus sayaaanng... Sodok terus memek aku dengan titit besarmu... Teruuuss... OOhhh... "
Ditusuk-tusuk sedemikian rupa, membuat vagina Citra terlihat semakin menggoda. Vagina yang semula putih gemuk itu sekarang sudah berwarna kemerahan dan tembem. Cairan kewanitaannya juga mengalir begitu hebat, hingga menetes-netes jatuh keatas kursi tempatnya duduk.
"CLOK... CLOK... CLOK..."
Perlahan tapi pasti, Citra merasakan ada sesuatu akan meledak keluar dari dalam tubuhnya. Desakannya terasa semakin lama semakin kuat, hingga membuat tubuh indahnya meliuk-liuk dan menggeliat tidak karuan. Bibir basahnya terus mendesah menceracau. Nafasnya semakin cepat dan badannya menghangat, seolah terserang demam tinggi. Hingga akhirnya ia merasa ingin ingin pipis.
"Ssshhh.. Aku nggak tahan lagi Set... "
"NENG CITRA...." Mendadak, sesosok pria muncul dari balik tembok dan memutuskan rentetan pra-orgasme Citra. "Lagi ngapain Neng...?" Tanyanya lagi dengan mata yang tak berkedip menatap ke arah Citra.
"Eee.. Eh Pak Utet..." Citra kaget sekaget-kagetnya. Saking kagetnya wajah Citra langsung memucat. Ia tak tahu harus berbuat apa. Buru-buru ia segera jongkok, berusaha menyembunyikan tubuh telanjangnya.
Sambil jongkok Citra buru-buru membetulkan semua pakaiannya yang berantakan. Menutup kancing kemejanya yang terbuka dan menurunkan rok pendeknya yang tersingkap sampai pusar.
"Udah Neng... Nggak usah dibenerin bajunya... Bapak sudah tahu kebiasaanmu kok..." Kata pak Utet lagi sembari mendekat kearah Citra. Mendadak, mata Citra seolah mau copot. Pak Utet mendekat ke arahnya dengan tanpa mengenakan celana sama sekali. Ia mendekat dengan penis yang sudah mengacung tinggi. "Bapak bisa membantumu menuntaskan nafsu birahimu Neng..." Ucap pak Utet dengan tatapan mata penuh nafsu..
Diraihnya lengan mulus Citra, dan diajaknya bangkit dari posisi jongkoknya. " Pak... Jangan Pak.." Pinta Citra seolah tau maksud pak Utet sambil berusaha melepaskan pegangan tangannya.
"Berdiri Neng... Kamu nggak usah takut ya Cah Ayu..." Pinta Pak Utet tegas.
"Aku malu pak.. Jangan..."
Karena nafsu Pak Utet sudah sampai ubun-ubun, ia sama sekali tak menggubris larangan Citra. Dengan nafas mendengus-dengus, lelaki tua itu membalik tubuh Citra dan memeluknya dari belakang. Mulut tebalnya lalu menciumi leher jenjang Citra dan tangannya mulai meremasi payudara Citra dengan buas.
Sadar jika ia terjebak dalam dekapan lelaki tua itu, Citra berusaha menjauh dari. Tapi karena tenaga wanitanya berbeda jauh, semua itu terasa sia-sia. Citra yang bertubuh jauh lebih kecil dari pak Utet merasa terkunci, sama sekali tak dapat melepaskan diri dari dekapan lelaki tua itu.
"To... Tolong ja... Jangan apa-apakan saya pak... Le-lepaskan saya Pak..."
"Nggak apa-apa kok Neng... Kita sama-sama butuh kepuasan... Biarkan bapak membantumu melepaskan beban birahimu..." ujar Pak Utet yang terus meremasi payudara Citra dari belakang, dan mendesak tubuh rampingnya kedepan hingga ke menabrak meja kerjanya.
"Ahhh... Titit Pak Utet tepat di sela-sela pantatku... Dia akan memperkosaku..." Gelisah Citra ketika merasakan tonjolan hangat penis pak Utet yang mulai berdenyut di belahan pantatnya. "Tititnya besar sekali.... "
"Ayolah Neng... Mumpung kantor sepi..." ucap Pak Utet sembari terus meremasi payudaranya dan menciumi tengkuk leher Citra. "Yuk Neng... Sebelum orang-orang kantor pada balik... Bapak bantu muasin nafsu birahimu.... " Tambahnya lagi sambil meremas payudara Citra keras-keras.
"Aduh pak... Sakit..."
"Bapak tahu semuanya kok Neng... Kamu sebenernya merasa kurang mendapatkan kepuasan dari suamimu khan? Mmppphhh...." Kata Pak Utet sambil menciumi tengkuk leher Citra. "Kontol kecil suamimu pasti nggak pernah bisa memberikanmu kenikmatan khan? "
Tak menjawab, Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, mencoba menolak semua doktrin yang diberikan oleh lelaki tua itu.
"Bapak bisa tau Neng... Kontol kecil suamimu pasti tak pernah bisa bermain lama. Kontol suamimu pasti selalu moncrot dikala kamu sedang mencoba menikmatinya... " Bisik Pak Utet, "Ayolah Neng... Terima tawaran bapak... Selama ini kamu pasti sering membayangkan gimana rasanya ngentot dengan kontol yang jauh lebih besar dari kontol suamimu.... Kamu penasaran dengan kontol pria-pria lain... Percuma Neng punya suami tapi tak pernah bisa memberikan kenikmatan duniawi... Kalau dibiarkan, sampai kapan Neng bakal mengobok-obok memekmu terus..? "
Entah kenapa, kalimat-kalimat yang dikatakan oleh Pak Utet begitu mengena di hati Citra.
"Ayo Neng... Buruan... Bapak bisa memberimu kenikmatan, sebelum teman-teman kantormu balik... Hanya 10 menit Neng... Bapak bisa memberimu orgasme... Ayo Neng.. Terima tawaran Bapak.. ".
"Citra... Tak ada salahnya menuruti nasehat lelaki tua itu... " Pikir Citra galau. "Toh Mas Marwan sudah memintamu untuk mencari kontol-kontol pria lain... Jadi terima saja tawaran pak Utet ini..."
Entah karena nafsu birahinya yang sudah terlanjur tinggi atau terkena hipnotis lelaki tua itu, Citra tiba-tiba mengangguk setuju. Iapun lalu melemaskan pertahanan tubuhnya. Citra Agustina menerima tawaran mesum cleaning service itu. Terlebih, pelampiasan masturbasinya beberapa saat tadi perlu penuntasan secara cepat.
"Naaahh... Begitu khan enak Neeeng..." kata Pak Utet yang dengan nafas penuh nafsu terus-terusan menciumi tengkuk Citra sambil meremasi payudara indahnya. "Tetekmu benar-benar gede Neng... Montok... Sayang banget kalo nggak diapa-apain... Cuppp..cuuuppp" kata Pak Utet mesum sambil merabai perut dan vagina Citra dari belakang.
"Pak... Jangan keras-keras ya..."
"Hak... hak... hak.." Tawa Pak Utet keras-keras.
Karena nafsu setan pak Utet sudah begitu besar, ia segera mendekatkan pinggulnya ke pantat Citra dan mulai menempatkan kepala penisnya yang sudah berkedut di lubang vagina Citra.
"Maafkan adek Mas..." Kata Citra dalam hati. "Adek hanya mencari kepuasan birahi semata, cintaku masih tetap hanya untukmu..."
Dengan pasrah Citra segera menundukkan tubuhnya kedepan, dan membuka pahanya lebar-lebar, membiarkan penis lelaki tua itu masuk ke dalam tubuhnya.
"Ooohhh... Susah banget Neng... Kontolku sepertinya kesulitan menjebol memek sempitmu..." Ucap Pak Utet bingung.
Penasaran akan penis Pak Utet, Citra segera menengok ke belakang. Dan, seketika itu pula, Citra langsung tahu penyebab sulitnya penis Pak Utet untuk dapat masuk ke liang senggamanya.
"Pak... Tititmu besar sekali..." Jerit Citra panik. Ia buru-buru menjauh dari gesekan penis lelaki tua itu.
"Titit...? Ini KONTOL Neng... KONTOL... hak hak hak.." Jawab Pak Utet sambil mencoba kembali menusukkan kepala penisnya ke vagina Citra dari belakang.
"Jangan Pak.... Sakit... Pasti sakiiitt..." Jerit Citra lagi. "Paaakkk... jangaaaannn.."
"Sttt.... Udah-udah... Kamu diam dan nikmatin saja ya Neng... " Erang Pak Utet yang kesulitan menusukkan batang penisnya ke liang kenikmatan Citra.
"Sakit paaaakk... Saaakiiitttt..." Jerit Citra begitu merasakan kepala kemaluan Pak Utet mulai memaksa masuk kedalam vaginanya, membuka lebar mulut celah kewanitaannya hingga batas terlebarnya.
"Sabar Neng... Bentar lagi pasti enak kok... Kamu kesakitan gara-gara kontol kecil suamimu tak pernah memberi kenikmatan... Kontol kecil suamimu mah apa enaknya... Enakan KONTOL BESARKU Neng..."
Mendengar Pak Utet menghina suaminya, Citra mendadak merasakan sensasi aneh. Sensasi nikmat antara sakit hati dan rasa gatal akan sodokan penis besar di vagina, membuatnya mulai merasa keenakan. Secara tiba-tiba Citra semakin membuka lebar-lebar pahanya, supaya mempermudah lelaki tua itu membongkar vaginanya.
"Hak hak hak... Benar-benar istri yang pengertian..."
"Ssshh.... Pak... pelan-pelan..." Pinta Citra sambil terus merasakan dorongan kasar penis besar Pak Utet. Ia sadar jika dalam beberapa detik kedepan, vagina sempitnya akan menerima sodokan penis lelaki lain.
"Sesak banget memek aku Pak... Ssssakit..." jerit Citra lemah ketika ia merasakan kepala penis Pak Utet yang berukuran cukup besar itu mulai memasuki gerbang vaginanya. Citra menarik nafas panjang, sodokan penis besar itu membuat Citra ingin menangis. Namun beruntung, lendir yang keluar ketika ia bermastubasi beberapa saat tadi sedikit banyak agak membantu mengurangi peretnya persetubuhan terlarang mereka. Perlahan tapi pasti, penis Pak Utet yang besar itu mulai masuk perlahan ke dalam vagina Citra, dan menggesek semua syaraf kenikmatannya.
Pelan tapi pasti, vagina sempit Citra menelan penis panjang Pak Utet. Sedikit-demi sedikit mulut dan rongga vaginanya melar, berusaha menyesuaikan diri dengan bentuk penis pria lain ini. "Uuuuggghhh... Pak... Sakit... Ssshh... Ampun Paaakkk..." Desah Citra sambil mengigit bibir bawahnya. Antara bingung, takut dan takjub, Citra tak dapat berkata apa-apa. Ia hanya bisa merintih-rintih sambil terus berusaha menikmati batang panjang Pak Utet ketika merasuk kedalam vaginanya. "Sakit paaaakkk...."
PLEK..
Akhirnya, tak beberapa lama kemudian, batang penis Pak Utet berhasil amblas seluruhnya ke dalam liang kenikmatan Citra. "Ooooohhhh.... Aastagaaa... Ppanjang banget titit lelaki tua ini...." kata Citra dalam hati.
Melihat tubuh Citra yang masih tegang karena dimasuki penis besarnya, Pak Utet tak buru-buru langsung menggoyangkannya. Ia membiarkan Citra untuk dapat menikmati kebesaran batang kelaminnya.
" Hak hak hak... Mentok banget Neng..." Tawa Pak Utet puas. "****** sekali suamimu ya Neng... Menyia-nyiakan memek selegit ini... Hak hak hak"
"Ooohhhhmmmm.... " tak menjawab apapun, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa Neng...?"
" Ssaakit Ppaaakk... Terasa penuh banget..."
"Masa sih? Sakit apa enak? Hak hak ha
Tak sadar, Citra mengangguk. Ia mengakui kenikmatan yang sedang ia rasakan memang membuatnya seolah terbang. Meskipun pada awalnya ia tak menyukainya, namun entah kenapa, tiba-tiba ia merasakan kenikmatan yan sangat luar biasa.
"Gimana neng...? Mau diterusin apa nggak...?" Goda Pak Utet sambil perlahan mulai menarik batang penisnya keluar dari vagina Citra.
"Oooohhh... Paaak...." geleng-geleng Citra. Ia menyadari jika penis lelaki tua itu mampu mengalahkan rasa malunya. "Jangan Paaak..."
"Jangannnn...? Bener nih...? Kalo nggak mau, kontolnya bapak cabut loh ya..?"
"Jangan Pak..."
"Looohh.. Kok? Jangan gimana Neng? Bapak nggak ngerti... " tanya Pak Utet pura-pura.
"Jangan dicabut... Pak ... Masukin lagi... "
"Masukin? Masukin gimana Cah Ayuuuu... Masukin apanyaaa..?"
"Masukin tititmu Pak... Sodok memek aku..."
"Titit? Maksud Neng KONTOL? Neng mau bapak nyodokin KONTOL bapak ke memek kamu.... Gitu?"
"Iya Pak... KONTOL... Sodok memek aku dengan KONTOLMU..."
"Naaah Gitu donk... Khan bapak jadi ngerti maksudnya... Hak hak hak.. " Goda Pak Utet puas. "Kamu benar-benar wanita nakal Neng... Ayo sebut... Aku memang wanita nakal..."
"Iya pak... Aku nakal... Oooohh... Aayo Pak... Buruan sodok memek akuuuu..." Jerit Citra yang sudah benar-benar tak mampu menahan gatal birahi di vaginanya.
"Hak hak hak.... Iya Bapak sodok nih... Uhh... Uhhh..Uhhh..." Balas Pak Utet buru-buru memajukan pinggulnya. "Sumpah Neng... Memek kamu peret banget.... Pasti kontol suamimu kecil banget ya? Pasti kamu tak pernah terpuaskan olehnya ya? Hak hak hak..."
"OOoooohhh... Iya Pak.. Iyaaaaaa... KONTOL MAS MARWAN MEMANG TAK PERNAH MEMUASKAN AKU....SODOK TERUS PAK.... TERUUUUSSSS..."Jerit Citra tak tertahankan. Kenikmatan akan persetubuhan terlarang itu membuat dirinya benar-benar lupa daratan.
"HAK HAK HAK.." Tawa Pak Utet puas.
Dengan kekuatan penuh, pak Utet segera menyodokkan penisnya kuat-kuat. Hingga membuat tubuh ramping Citra terdorong-dorong kedepan, menabrak meja. "Oooouuggghhh... Memekmu sempit sekali Neeeeng.. Pantatmu juga semoookk... Bikin bapak pengen nyodok lubang anusmu saja...Oooouuuhhh.. Neeeng ENAAK BANGEEEETTT..." jerit pak Utet.
"iya Paaakk ... oooohhh..." teriak Citra tak mau kalah. Dengan tubuh yang ditunggingkan, Citra membuka pahanya lebar-lebar supaya penis besar pak Utet dapat memompa vaginanya lebih cepat lagi. "Sodok yang keras Pak... Sodok memek aku paaaak.. "
"Neng Citraaaa... Kamu benar-benar istri yang nakal.." Goda Pak Utet."Mirip pelacur murahan.... Hak hak hak.." Tawa pak Utet puas sambil menusuk lubang anus Citra dengan jemari gempalnya.
"Mmmppphhhhh.... Ooouuhh Paakk... Sodok yang kenceng Pak... Aku mau keluar... "
"Kita keluar bareng ya Neeeng...." Tiba-tiba pak Utet mengerang dan menekan tubuh Citra keras-keras. Berkali-kali ia menghentakkan penisnya dalam-dalam hingga membuat Citra mengerang keenakan. Sepertinya, lelaki renta itu sudah tak mampu lagi menahan luapan orgasmenya. "Ooohhhhh.... Neeenng.. ENAAAKKK... "
CROT CROOT CROOOT..
Bertubi-tubi, penis Pak Utet itu menyemburkan sperma panasnya, memenuhi setiap rongga vagina Citra. Denyutan demi denyutan penis tua itu terasa begitu nyata, menghantarkan benih-benih kehidupan ke liang rahim Citra
"Neng ... Makasih ya suguhan memeknya.... Memang, tak ada yang lebih enak selain ngentotin memek istri orang lain... Hak hak hak..."
"Iiiihh Bapak... Kok ngomongnya mesum gitu.. Iya pak... Sama-sama... Hihihi..." jawab Citra spontan, rupanya ia masih tak sadar jika vaginanya baru saja disembur oleh jutaan sperma dari penis lelaki lain. Ia hanya berharap jika sperma panas pak Utep tak berhasil membuahi telur-telur dirahimnya.
"Neng Citra Agustina... Makasih ya Neng sudah memberi kenikmatan buat bapak..." Kata pak Utep sambil menciumi tengkuk leher Citra. "Sekali lagi makasih...."
Tak beberapa lama, pak Utep pun segera mencabut penisnya yang telah lemas, lalu iapun menghilang ke balik tembok. Meninggalkan Citra yang masih terengah-engah keenakan di atas meja kerjanya, telungkup tak berdaya membiarkan sperma lelaki tua itu menetes-netes keluar dari vagina mulusnya.
Termenung, Citra berusaha memikirkan apa yang baru saja menimpa dirinya. Menarik nafas dalam-dalam, Citra mencoba menikmati sisa-sisa denyut orgasmenya.
"Mas Marwan, terima kasih.... Berkat anjuran kalimat-kalimat kotormu tadi pagi, Adek jadi bisa merasakan apa itu namanya kenikmatan dalam persetubuhan... Nikmatnya ketika bercinta... Nikmatnya ketika orgasme... " Kata Citra dalam hati, "Adek sadar kalau Adek memintamu terlalu banyak, menuntutmu terlalu banyak... Oleh karena itu Mas, mulai saat ini, Adek tak akan meminta apapun darimu lagi Mas... Adek sudah menemukan apa yang adek cari... Adek sudah menemukan apa yang mas Marwan inginkan, sesuai anjuranmu tadi pagi..."
Setitik air mata tiba-tiba mengalir keluar dari mata indah Citra. Mengalir tanpa bisa ia bendung lagi. Terisak, wanita cantik itu terisak setelah sadar kenakalan yang telah ia perbuat dengan lelaki yang bukan suaminya. Dalam posisi yang masih belum berubah, Citra menangis tersedu-sedu. Semua perasaan bercampur menjadi satu. Antara menyesal, bingung, takut, dan senang, tak bisa ia gambarkan. Yang jelas, saat itu tubuhnya baru saja merasakan kenikmatan dalam persetubuhan.
Ditengah isak tangisnya, jemari Citra meraba vaginanya yang masih meneteskan sperma lelaki lain, ia masukkan perlahan kedalam vaginanya, lalu itu jilat. "Ini adalah sperma lelaki lain pertama yang tersembur di dalam rahimku... " Ucap Citra lagi dalam hati. "Mas... Adek telah memberikan mahkota kenikatan Adek yang harusnya buat mas semata kepada lelaki lain... Dan Adek ternyata menyukainya... Mungkin ini bukan persetubuhan terakhir Adek dengan lelaki lain Mas... Mungkin ini baru yang pertama...."
Sambil mulai merasakan kembali sisa-sisa kenikmatan orgasme yang masih ia rasakan, tersungging sebuah senyum kepuasan di wajah cantik Citra. "Terima kasih Mas Marwan... Maafkan Adek..."