Ruang Olahraga 3
Akhirnya Erin tersadar setelah sejam pingsan. Dan aku yakin bahwa Erin sudah melihat masa lalu hantu ini. Setelah kesadarannya sudah stabil, dia langsung menceritakan semuanya kepada kami.
"Jadi begitu rupanya. Pantas saja, hantu itu terus saja berada di belakang ring basket itu. Dan bagaimana kita memecahkan misteri ini.?" tanya Sindy dengan posisi yang duduk disebelah kanan Erin.
"Kita lanjutkan ini besok saja. Ini sudah sore. Nanti ibuku khawatir. Kita pulang saja dulu." ucapku seraya berdiri dari dudukku yang bersebelahan dengan Erin tepatnya di sebelah kirinya.
Akhirnya mereka pun setuju dengan tawaranku. Dan pulang ke rumah masing-masing.
Hari ini melelahkan sekali.
.
.
.
.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah
.
.
.
.
"Apa rencana kita hari ini?" tanya Sindy yang sibuk memasukkan bukunya kedalam tas.
"Pertama, kita ke ruang informasi untuk mencari alamat hantu itu. Kemudian kita temui ibunya. Sisanya kita pikirkan nanti." jelas ku pada mereka.
Kami berjalan ke ruang informasi. Saat kami berjalan di koridor, aku merasa seperti ada yang sedang membuntuti kami dari belakang. Tapi aku berusaha untuk tetap fokus pada kasus ini. Setelah kami sampai di ruang informasi, kami langsung masuk dan menjelaskan tujuan kami. Mungkin karena kasus Nani dulu, petugas ruang informasi ini sangat memudahkan kami dan langsung memberi kami alamat yang kami minta tadi.
Kami keluar sekolah untuk menaiki taksi dan menuju ke alamat itu. Sesampainya kami disana, kami melihat seorang wanita yang sedang menyirami bunga dihalaman rumahnya. Wanita ini mungkin adalah ibunya Chandra.
"Permisi, apa benar ini alamat rumah Chandra?" tanya Erin pada ibu ini. Ibu ini meletakkan alat penyiram tanamannya dan menghampiri kami yang masih berdiri di depan pagar rumahnya.
"Benar, tapi Chandra sudah meninggal. Ada perlu apa yah?" tanya ibu ini heran.
"Kami tahu bahwa Chandra sudah meninggal. Kami ingin memberitahu anda sesuatu yang berkaitan dengan Chandra." jelasku.
Ibu Chandra mempersilahkan kami untuk masuk dan duduk di ruang tamu.
"Apa yang ingin kamu sampaikan?" tanyanya.
Kami pun menceritakan semuanya kepada ibu Chandra. Bukan kami tapi Erin karena dia lah yang melihat kejadian itu.
"Benarkah begitu kejadiannya? Aku tidak menyangka bahwa Sella melakukan hal itu. Padahal dia anak yang baik. Dia sering main kesini setelah Chandra meninggal." jelasnya.
"Mungkin karena pikiran Sella sedang kacau saat itu, makanya dia melakukan hal itu." ucap Sindy.
"Bisakah kau mengantar kami ke rumah Sella?" tanya Erin lagi.
"Tentu saja, tapi bagaimana kalau kita menemui Michael dulu?" tawar ibu Chandra. Kami langsung menggangguk sebagai jawaban.
Lalu ibu Chandra bangkit dari duduknya dan pergi ke sebuah kamar. Dan dia keluar sambil membawa tas dan menggunakan sepatu. Kami pun keluar rumah dan menahan sebuah taksi yang cukup untuk kami tumpangi. Tak lama selang 25 menit, kami pun tiba di sebuah rumah yang menurut ku ini mewah.
Kami turun dari mobil dan berjalan menuju pintu dengan ibu Chandra di depan memandu kami. Kemudian dia mengetuk pintu berwarna hitam yang lumayan besar itu. Keluarlah seorang wanita dengan pakaian yang seadanya. Mungkin wanita ini adalah asisten rumah tangga Michael.
"Selamat sore, bisa bertemu dengan Michael?" tanya ibu Chandra dengan sangat sopan.
"Ada, silahkan masuk. Saya panggilkan dulu." tawar wanita itu.
Kami menunggu Michael di ruang tamu. Beberapa saat kemudian, muncullah seorang pria dengan setelan kaos putih yang membuatnya terlihat tampan.
"Oh, ibunya Chandra. Ada apa kemari?" ucap pria ini.
Tanpa tunggu lama, ibu Chandra mempersilahkan Erin untuk menjelaskan pada pria yang bernama Michael ini.
Setelah mendengar penjelasan dari Erin, Michael terlihat sedih. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Michael pada kami.
"Kita harus menemui Sella dahulu, kemudian mengajaknya untuk menemui Chandra juga." ucapku.
"Sella?" tanya Michael seraya mengingat sesuatu.
"Oh iya, Sella sekarang sedang sakit. Dia mengalami gangguan kejiwaan. Mungkin hal ini ada hubungannya dengan apa yang kau jelaskan tadi." ucap Michael.
"Lalu sekarang kita harus bagaimana? Sella sudah gila mungkin karena memikirkan kesalahannya." ucap Sindy diikuti oleh anggukan dari Erin.
"Karena ini sudah hampir malam, mungkin rumah sakit tidak akan membiarkan kita membawa Sella keluar rumah sakit. Bagaimana kalau kita menemui Chandra besok saja. Karena besok jam sekolah hanya sampai siang. Jadi mungkin kita bisa menyelesaikan ini besok." jelasku.
"Benar juga. Kalian datanglah dengan Sella setelah jam pulang sekolah. Kami akan menunggu di gerbang. Bagaimana?" ucap Erin dan semua menyetujui sarannya.
Setelah itu, kami berpamitan untuk pulang. Tapi kami tidak pulang bersama ibu Chandra. Dia ingin mengunjungi makam Chandra dulu.
.
.
.
Sesampainya dirumah
.
.
.
Aku sedang mengerjakan tugasku di kamar. Dan tugas ini akan di kumpulkan besok. Jadi mau tidak mau, aku harus menyelesaikan ini.
Tinggggggg!!!!.....
Suara nyaring dari handphone ku menandakan sebuah notifikasi masuk. Tapi aku tak menghiraukannya dulu, aku lebih mementingkan tugas sekolah ini. Ternyata tugas ini sedikit susah. Setelah 45 menit, akhirnya tugas ini selesai. Aku langsung merapikan meja belajarku dan menyiapkan tas ku. Saat aku selesai merapikannya,
Tinggggggggggg!!!...
Handphone ku kembali berbunyi. Aku memeriksanya, ternyata sebuah chat masuk di sosial mediaku yang nomornya tidak ku ketahui.
hai, apa kabar?
lama tidak melihat mu
Maaf ini dengan siapa yah?
ini aku, Andre.
Oh, aku kira siapa. Ada apa?
Tidak, aku hanya ingin memastikan
bahwa ini benar nomormu.
Dari mana kau mendapatkan nomor
Handphone ku
Rahasia.
Kau tidak usah tahu
Hmm, baiklah
Kau belum tidur?
Sebenarnya aku ingin tidur tadi,
Tapi karena chat mu yang mengagetkanku
Jadi, aku melihat handphone ku dulu
Maaf karena sudah mengganggu
Istirahat mu, kalau begitu tidurlah
Aku memang ingin tidur
Selamat malam
Mimpi indah
Hmm
Dari mana dia mendapatkan nomorku. Sebenarnya aku merasa terganggu karenanya. Tapi di sisi lain aku juga senang karena bisa mengenal dia.
Apa yang ku pikirkan? Ya ampun, Tami sadarlah. Dia hanya ingin berkenalan denganmu. Aku harus fokus pada tujuang utama ku pindah ke sekolah itu. Kuputuskan untuk tidur agar tak memikirkan apa yang baru saja terjadi.
.
.
.
.
Keesokan harinya
.
.
.
"Tami, bangunlah. Ini sudah jam berapa. Kau tidak sekolah." aku seketika terbangun usai mendengar teriakan ibu.
"Astaga, jam berapa ini. Mati aku kalau sampai terlambat." aku segera bangkit dari kasur dan langsung menyiapkan diriku untuk berangkat ke sekolah.
Untung aku sudah menyiapkan tas ku tadi malam. Jadi, aku tinggal membawanya saja. Lalu aku berlari kecil menuju ke meja makan. Niatku ingin sarapan, tapi jam yang mendesakku.
"Ayah belum berangkat?" tanya ku.
"Ayah menunggumu, Tami. Kalau Ayah berangkat duluan , siapa yang akan mengantarmu?" ucap ayahku seakan-akan sedang meledekku.
"Kalau begitu, kita berangkat sekarang saja." ucapku dengan nada yang sedikit merengek.
"Kau tidak sarapan?" tanya ayahku yang masih duduk disalah satu kursi.
"Ahh gampang lah itu." ucapku sambil berjalan menuju dapur menemui ibu yang masih sibuk dengan aktivitas paginya. Tak lain untuk berpamitan.
"Baiklah. Ayo berangkat." kata Appa yang langsung langsung lari keluar meninggalkanku yang masih didapur. Tak lupa ia membawa tas kantornya yang aku tak tahu isinya apa. Tapi itu terlihat sangat berat.
Aku langsung berlari keluar mengejar ayah. Karena aku melewati meja makan yang diatasnya tersedia berbagai macam buah, langsung saja aku mengambil satu buah apel yang nantinya akan ku makan di mobil.
Aku sudah berada di luar rumah. Aku melihat ayah yang sudah berada di dalam mobil. Aku menghampirinya, lalu masuk ke dalam mobil tepatnya bersebelahan dengannya.
Ayahku melajukan mobilnya agar aku tidak terlambat. Dan benar saja, aku sampai di sekolah sekitar 10 menit kemudian. Entah jaraknya yang dekat atau ayaku yang menyetir mobil sangat cepat. Aku tidak tahu. Aku langsung turun dari mobil. Tak lupa berpamitan. Lalu berlari memasuki sekolah. Aku berlari menaiki tiga tangga untuk sampai dikelasku.
"Tamat riwayatku. Guru nanti akan menghukum ku karena terlambat." ucapku yang sebentar lagi sampai di kelas ku.
Dan saat aku sampai dikelas ku.
Aku........