Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. Ponsel Baru

Tibanya di kamar Kensky langsung mengunci pintu dan membuka bungkusan dari kotak yang terbungkus dengan kertas berwarna pink. Gambar beruang di kertas itu membuat Kensky tersenyum. "Kira-kira siapa pengirimnya, ya? Kenapa dia bisa tahu kalau aku suka beruang?" Kensky menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Perlahan ia pun melepaskan semua bungkusan kado itu hingga kotaknya terlihat. Matanya terbelelak.

"Handphone? Ini kan ...."

Senyumnya berubah cemerlang begitu melihat tipe handphone yang selama ini menjadi incarannya. Kensky memang berkeinginan untuk memiliki handphone ios canggih yang keluaran terbaru itu. Tapi apa daya, semenjak ibunya meninggal ia harus menabung dulu untuk menadapatkan barang-barang yang ia inginkan. Dan untuk mendapatkan handphone itu, Kensky harus menabung selama setahun dulu baru bisa membelinya. Tapi sekarang__ entah apa yang menimpanya hari ini__ tanpa harus menabung setahun lagi ia sudah memiliki benda itu saat ini. Handphone itu merupakan benda portable yang baru keluar bulan lalu dan rasanya ia ingin berteriak saking senangnya memiliki benda itu.

Dibukanya kardus ponsel dengan jari hingga layarnya terlihat. "Ya, ampun ... siapapun kamu yang mengirimnya, aku doakan kau akan mendapatkan balasan yang setimpal," Kensky tiba-tiba terdiam dan berpikir. "Tapi kenapa dia bisa tahu aku butuh handphone, ya?" Kensky mengotak-atik kotak benda itu untuk diperiksa. Ia berharap semoga bisa menemukan petujuk dari si pengirim. Namun karena tidak menemukan petunjuk apapun, ia langsung meraih benda berwarna hijau gelap itu kemudian menghidupkannya, "Semoga saja pengirim itu meninggalkan jejak di dalam ponsel ini."

Setelah ponselnya hidup, Kensky terkejut. Ia menatap layar yang ternyata adalah foto wajah ibunya yang sedang tersenyum. "Mami?" Mata Kensky yang bengkak itu berubah nanar, "Apakah mami yang mengirimnya?" ia menangis, "Oh, mami," Dipeluknya handphone itu dengan erat seakan sedang memeluk ibunya.

Ting!

Bunyi notifikasi membuat Kensky kembali menatap layar ponsel yang ternyata ada satu pesan masuk dari kontak yang bernama Ceo. Saking penasaran Kensky segera membuka pesan itu yang lagi-lagi membuatnya terkejut.

"Apa kau suka ponselnya? Jika kau suka aku sangat senang. Tapi kumohon padamu, Sky, cintailah ponsel ini seperti kamu mencintai ibumu."

Kensky terkejut. "Mami? Dia mengenalmu? Ya, Tuhan. Siapapun dirimu, aku sangat berterima kasih. Kau telah mengingatkanku pada ibuku," ia memeluk kembali benda itu. Dalam hati ia sangat yakin, sosok yang bernama Ceo di kontak itu pasti adalah orang yang mengenal ibunya, "Tapi siapa? Apakah dia keluarga mami?"

***

Setelah lelah menangis akibat rindu terhadap sang ibu, Kensky tertidur dengan tubuh tanpa selimut. Pakaian yang pendek membuatnya terasa dingin saat hamparan angin dari suhu udara mengenai pahanya yang putih mulus. Aktivitas hari pertamanya di kantor juga cukup melelahkan sehingga ia cepat terlalap dan tanpa sadar bunyi notifikasi berkali-kali masuk ke ponselnya yang baru.

Karena sebelumnya ponsel itu sudah ada nomor baru yang diberikan si pengirim itu, Kensky menghargai dan membiarkan nomor itu tetap ada di sana untuk menjadi kontaknya yang baru. Sementara kontak yang lama sudah tidak digunakan lagi dan disimpan di dalam dompet.

Saat ini tubuhnya mulai menggigil karena dingin. Tak tahan dengan suhu udara yang menusuk hingga ke bagian tubuhnya yang terbuka, Kensky langsung membuka mata. Setelah matanya benar-benar terbuka ia melirik suhu ruangan yang angkanya di bawah normal. Ia sendiri menjadi bingung dan bertanya-tanya. Namun saat matanya mengarah ke arah jendela kamar, ternyata jendela itu masih terbuka. Dengan berat Kensky terpaksa bangun dan mengunci jendela. Dan saat matanya menatap ke jam dinding, ia terkejut karena waktu masih menunjukan pukul empat pagi.

Saat kembali ke atas ranjangnya yang empuk berwarna putih, Kensky menatap ponsel barunya itu. Ia bahkan tersenyum saat membayangkan ada orang yang begitu baik dan mau memberikannya benda semahal itu. Bahkan saking bahagianya ia masih tak percaya kalau itu adalah nyata.

Kensky pun berbaring dan menyalakan layar ponsel. Lagi-lagi ia dibuat terkejut oleh sepuluh pesan yang ternyata dari si pemberi handphone. Seperti yang sudah terprogram sebelumnya, nama di kontak itu adalah Ceo dan pesan yang dia kirimkan cukup banyak.

Kensky tersenyum dan berkata, "Kamu ini sebenarnya siapa?" katanya pelan saat melihat nama kontak yang hanya satu-satunya berada di ponsel itu, "Kenapa menaruh namamu Ceo? Apa kau seorang Ceo? Atau jangan-jangan kau Ceo atasanku?" Kensky tersenyum geli saat membayangkan bahwa Ceo si pengirim pesan itu adalah Dean, "Apa kau seorang pemimpin sehingga menuliskan kontakmu dengan nama Ceo? Atau nama kamu memang Ceo?"

Kensky menghadapkan diri di langit-langit kamar. Sejenak ia berpikir tentang sosok yang telah memberikan benda itu kepadanya. "Kalau dia Dean aku rasa tidak mungkin. Mana mungkin Dean mengenal mami, sementara di ponsel ini dia menjadikan foto mami sebagai gambar utama."

Kensky semakin penasaran dengan pikirannya sendiri. Namun, ia yakin kalau nama kontak itu pasti bukan nama aslinya. Dan yang tahu ponselnya rusak hanyalah Dean dan Tanisa. Tapi yang mengherankan kenapa pengirim itu tahu soal ibunya, sementara Dean sama sekali tidak mengenal ibunya.

"Kalau Tanisa tidak mungkin. Dean juga tidak, tapi kenapa dia memberikan nama Ceo?" Kensky semakin pusing, "Siapa dirimu sebenarnya, hah? Dari mana kau mendapatkan foto ibuku?" ia menatap ponsel itu dengan pandangan mengabur, "Siapapun dirimu, aku sangat berterima kasih kepadamu. Siapapun dirimu, aku akan selalu mengingatnya karena kau sudah baik kepadaku. Dan aku berharap, suatu saat kau mau menampakan diri di hadapanku dan kita akan bertemu agar aku bisa mengucapkan terima kasih kepadamu secara langsung."

Kensky ingat, sejak kecil ibunya tidak pernah memperkenalkan dirinya kepada keluarga maupun kerabatnya. Ibunya yang bernama Barbara itu adalah sosok wanita cantik, kaya raya dan selalu membuatnya penasaran. Kehidupan ibunya selalu menjadi misteri bagi Kensky. Barbara bahkan tidak pernah sama sekali menyebutkan siapa nenek, kakek, paman, maupun siapa anggota keluarga lainnya. Dan karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ia selalu terpicu ingin bertanya tapi ibunya selalu mengalihkan pembicaraan.

Suatu saat ketika usianya yang ke tujuh tahun Kensky menggunakan kesempatan itu untuk menanyakan tentang keluarga sang ibu. Namun, siapa sangka kalau malam itu adalah malam terakhir ia bertatap muka dengan ibunya. Barbara kecelakaan dan meninggal tepat di hari ulang tahun Kensky yang ke tujuh dan membawa misteri keluarga yang sampai sekarang pun tidak pernah ada yang tahu siapa kerabat dekat ibunya.

Akibat kenangan itu, Kensky segera bangkit dari ranjang lalu menuju lemari pakaian. Ia membuka lemari itu kemudian duduk di depannya. Dilihatnya kotak berwarna merah yang ukurannya dua puluh kali dua puluh. Kensky kemudian meraih benda itu. Sambil mengusap kotak itu dengan lembut ia berkata, "Mam, tidak terasa tinggal berapa hari lagi genap enam belas tahun aku menyimpan kotak ini."

Mata Kensky yang mulai nanar itu terus mengarah ke kotak yang masih terikat rapi dengan pita cantik berwarna emas. Melihat kotak itu membuat Kensky merangsang kembali kejadian malam itu. Tapi karena kenangan itu terlalu pahit, ia mengalihkan pikirannya dengan sebuah harapan dan keyakinan.

"Mami, apakah di dalam kotak ini ada kunci rahasia tentang keluargaku? Apakah itu alasannya mami menyuruhku membukanya setelah usiaku genap dua puluh tiga tahun? Aku berharap saat membuka kotak ini aku bisa mendapatkan petunjuk di dalamnya, petunjuk tentang siapa keluarga mami dan semua misteri keluarga mami. Aku hanya ingin tahu keluargaku mami. Aku ingin hidup bersama mereka, karena aku tak sanggup lagi tinggal di sini."

Kensky menahan tangis. Karena tak ingin dirinya terhanyut oleh kesedihan akan semua kenangan bersama ibunya, Kensky menyimpan kembali kotak merah itu di dalam lemari lalu menguncinya. Namun kenangan akan malam saat hari ulangtahunnya itu kembali terulang, tapi Kensky dengan cepat langsung menepiskan semuanya.

Ia naik ke atas ranjang dan mulai membaca satu-satu pesan yang masuk tadi di ponselnya. Sepuluh pesan itu ternyata sama, hanya saja si pengirim yang bernama Ceo itu mengirimnya secara berulang-ulang.

"Jangan pernah kau buang nomor ini, Kensky. Gunakan nomor ini selalu di ponselmu agar aku bisa mengabarimu setiap hari. Dan jika kau perlu sesuatu, jangan sungkan untuk mengatakannya. Aku akan selalu siap membantu dan melindungimu. Salam dari Ceo."

Mata Kensky kembali nanar. Sambil tersenyum lembut ia berkata, "Apakah kau malaikat yang dikirimkan mami untuk melindungiku?"

Siapa pun orang itu, Kensky tidak akan pernah mempermasalahkannya. Ia yakin kalau sosok Ceo misterius itu pasti adalah kerabat ibunya. Dia pasti orang terdekat ibunya dan Kensky sangat yakin.

Karena tak ingin terkesan sombong, jari-jarinya yang lentik itu kini mulai menekan huruf-huruf di atas papan keyboard. Dengan doa dan harapan ia berharap suatu saat dirinya bisa bertemu dengan Ceo misterius itu.

"Terima kasih banyak, Mr. Ceo, suatu saat aku berharap Anda bisa menampakan diri secara langsung di hadapanku."

Bersambung___

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel