Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

Malam hari datang dan Vely masih setia berdiam diri di kamar. Sejak tadi dia tak keluar kamar lagi. Terlalu takut mendapatkan tuduhan menyakitkan lagi dari Vino.

Sebentar lagi makan malam. Vely memang lapar karena sejak pagi belum makan. Namun, dia takut jika harus kembali bertemu dengan anggota keluarga Sean. Terutama Vino yang terlihat sangat tak menyukainya.

Karena itu, Vely pun akan berpura-pura tidur saja. Dan lagi, dia tidur di atas sofa dengan selimut tipis yang melindungi tubuhnya. Vely cukup sadar diri kalau Sean tak akan mengizinkan dia tidur di atas ranjang pria itu. Mengalah karena dia hanyalah tamu di rumah megah itu.

Jarum jam menunjukkan pukul tujuh. Vely pun memejamkan mata saat mendengar suara pintu terbuka di susul suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Vely bisa merasakan seseorang yang berdiri di samping sofa. Namun, Vely tetap diam seolah sedang tidur.

"Baguslah dia tidur. Melihatnya di meja makan hanya akan membuatku kehilangan nafsu makan," ucap Sean. Dia tak merasa iba atau kasihan melihat Vely tidur meringkuk di atas sofa. Dengan santainya, dia melenggang pergi dari kamar. Tak ingat juga kalau Vely belum makan sejak pagi.

Vely setia memejamkan mata bahkan setelah Sean pergi. Perlahan, air mata mengalir dari kedua matanya. Bibirnya dia gigit kuat agar tak ada isakan. Tangannya pun mencengkeram erat ujung selimut yang dia pakai.

Vely sadar kalau dia hanya pengganggu dalam rumah megah Wida. Dia hanya tamu yang tak pernah diundang. Dia hanya orang yang dianggap tak lebih dari sampah. Maka dari itu, besok dia akan pergi dari rumah itu dan kembali tinggal di rumahnya sendiri.

***

Pagi harinya, sarapan sudah tersedia di meja makan. Wida menunggu kehadiran anak sulung dan menantunya. Namun, saat Sean turun, Vely tak bersamanya. Membuat Wida keheranan.

"Sean, mana istrimu?" tanya Wida heran. Sean menatap Wida sesaat dan menggeleng pelan.

"Aku tak tahu. Saat aku bangun dia sudah tidak ada di kamar," jawab Sean dengan tenangnya. Dia mendekati meja makan dan duduk di sana. Bersiap untuk sarapan.

"Sean, kau tidak khawatir istrimu tak ada di sini?" tanya Wida. Sean menatap Wida sesaat dan menghembuskan nafas pelan.

"Dia memang istriku, Ma. Tapi, aku tidak mencintainya. Aku menikahinya karena dipaksa oleh Mama," jawab Sean dengan datar. Di matanya tak terlihat sedikit pun rasa takut dan khawatir karena ketiadaan Vely di sana.

"Sudahlah, Ma. Palingan dia sedang cari mangsa lain. Dia kan bukan orang kaya. Pasti dia hanya ingin harta Kak Sean saja," timpal Vino. Wida terdiam dan menatap meja makan dengan tatapan kosong. Ingatannya kembali pada hari kemarin di mana Andra menceritakan semua tentang keluarga Vely. Semua permasalahan yang menimpa keluarga Vely yang membuat Vely ditinggalkan sendirian.

"Sean, setelah sarapan kamu susul Vely ke rumahnya. Mungkin dia pergi ke sana," ucap Wida seraya mengambil sendok. Sean yang sedang mengunyah langsung diam mendengar itu. Menelan makanan dalam mulutnya lalu minum. Dan menatap Wida dengan tatapan protes.

"Tidak, Ma. Rumah Vely itu angker. Aku tak mau datang lagi ke sana," balas Sean. Wida yang hendak menyuap pun kembali diam mendengar penuturan Sean.

"Angker?" tanya Wida.

"Iya. Kemarin ada yang berbisik padaku dan berkata kalau aku tak boleh menyakiti gadis tompel itu. Aku yakin, dia pasti memelihara makhluk gaib," jawab Sean sekenanya. Wida terdiam dam lagi mengingat cerita Andra tentang kakak Vely yang melakukan bunuh diri di rumah itu.

"Sean, Vino, jangan melihat seseorang dari tampilan luarnya saja. Vely memang kuno dan cupu. Tapi, pasti dia mempunyai alasan kenapa dia berpenampilan seperti itu di saat remaja sebayanya berusaha tampil cantik. Jangan sampai ucapan kalian menjadi bumerang bagi kalian sendiri. Dan kamu Sean, perlakukanlah Vely dengan baik. Bagaimana pun juga, sekarang dia adalah istrimu dan menjadi tanggung jawabmu. Jangan sampai kau menyesal nanti," ucap Wida. Nafsu makannya hilang dan Wida pun langsung pergi meninggalkan meja makan. Meninggalkan Sean dan Vino yang terdiam karena ucapannya.

***

Vely mengganti gaun milik sepupu Sean yang dia pinjam dengan seragam sekolahnya. Menyiapkan buku dan memakai sepatu. Hari ini, dia akan beraktivitas seperti biasa. Seolah tak ada yang berubah.

Seperti hari-hari biasanya, dia akan berangkat sekolah jalan kaki. Tabungannya sudah menipis dan Vely yakin ibu tirinya tak akan mengirim uang lagi padanya. Apalagi setelah mendengar kabar kalau dia sudah menikah.

Mahar yang diberikan Sean kemarin juga tak Vely bawa. Dia menyimpannya di kamar Sean dan tak sedikit pun memiliki niat untuk memakai perhiasan dan uang itu. Karena Vely tahu, Sean tak ikhlas memberikan itu semua padanya.

Hari minggu nanti, dia akan mencari pekerjaan. Ya, walaupun hanya jadi tukang cuci piring tak apa. Asal dia punya uang untuk makan saja.

Setelah dia siap, Vely pun pergi untuk segera ke sekolah. Dia sedikit berlari dari kamarnya menuju pintu. Tak lupa, Vely mengunci pintunya.

Sebuah kejutan saat dia sudah sampai di jalanan. Di sana, mobil Sean terparkir. Dengan Sean yang berdiri menyandar pada badan mobil dan menatap sinis padanya.

"Masuk." Singkat, padat dan jelas. Sean pun masuk dan menutup pintu dengan kasar. Sedangkan Vely masih diam di pinggir jalan. Tak sedikit pun memiliki niatan untuk masuk ke dalam mobil Sean.

"Kau tuli? Kubilang masuk!" bentak Sean kesal. Vely menunduk dan langsung berjalan meninggalkan mobil Sean. Dia tetap pergi ke sekolah dengan jalan kaki. Tak mempedulikan Sean.

"Dasar tuli!" Vely berhenti melangkah dan berbalik menatap Sean.

"Tak perlu repot-repot mengantarku jika kamu tak ikhlas," ucap Vely. Setelah itu, dia berbalik lagi dan kembali berjalan meninggalkan Sean yang masih di dalam mobil.

Sean mendesis pelan. Masa bodoh, dia pun memutar mobil dan menghidupkan mesinnya. Dia akan pergi ke kantor untuk bekerja tentu saja.

Tak sengaja, Sean melihat ke rumah Vely. Matanya memicing berusaha memperjelas penglihatan. Dan dia bisa melihat seseorang yang berdiri di balik jendela seraya menatap ke arahnya dengan tatapan menakutkan. Sean mendesis kesal dan mengumpat kasar. Dia pun segera melajukan mobilnya meninggalkan rumah Vely.

Dan sekarang, Sean yakin kalau Vely memang memelihara makhluk halus sebagai pelindungnya.

Tanpa Sean tahu, itu adalah kakak Vely. Yang hanya bisa menjaga Vely saat di dalam rumah saja.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel