Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14 - Kesal

•H A P P Y  R E A D I N G•

Brakkk! Brakk!!

"Ambil atau tangan ini bisa ngebuat kamu masuk rumah sakit!" sengak Farrel seraya mengepalkan tangannya untuk mengancam cowok lugu yang bernama Yosi. Dengan cepat Yosi menganggukkan kepalanya nurut.

"Bagus, cepet! Sampe lewat dari 5 menit liat aja kamu!" ancamnya lagi lalu dengan kasar Farrel mendorong Yosi, kemudian memasukkan kepalan tangannya kembali ke dalam saku. Yosi lari terbirit-birit kini anak itu sedang dalam masalah besar. Farrel tidak main-main dengan ucapannya, Bos bangsat yang kejam!

"Aku paling suka beginian, mangsanya nurut haha." ujar Gavin.

"Takut mati," balas Farrel.

"Btw, cewek-cewek mana nggak nongol." heboh Derry sambil melihat-lihat kedepan pintu kantin, padahal sudah banyak gadis kolar-kalir dihadapannya. Lalu siapa yang dimaksud Derry.

"Mata kamu katarak atau buta karena cinta sama nooh nongol nyai berisik yang kamu cari kan." seru Zulki.

"Apaan sih, sotoy !"

"Apa? Apa liat-liat cewek cantik." Iren mengibaskan rambut panjangnya dengan genit ke arah 2 cowok yang memandanginya.

"Rambutmu, bauk anyir, astaga. Ngeri!" ejek Derry

"Enak aja, kalau ngomong mikir dulu jalangkung!"

"Haha cebol ngatain aku, apa-apa nggak denger aku. Kependekkan sih!" cemoohan Derry semakin jadi, iren kesal lalu mengepalkan kedua tangannya sebentar. Lalu mencubit lengan Derry dengan kuat.

"Aw, sakit goblok!" desis Derry

"Rasain!"

Iren menghampiri ibu kinan sang penjual ramah dan baik hati. Apalagi ada anaknya yang ganteng membantu ibu kinan saat jam istirahat. Namanya Andra, Iren selalu meminta membawakan makanan ke kantin luar. Agar makan sembari menghirup oksigen yang bebas dan angin sepoi-sepoi menyejukkan sekali.

Padahal tadi Rachel menawarkan bantuan tapi karena modus Iren yang sudah ia rencanakan setiap harinya. Agar bisa memandang wajah ganteng Andra anak kelas 11, lebih mudah darinya. Tapi Iren sungguh tidak peduli, otaknya nggak ada sih. Isinya cogan semua.

"Ya ampun, gantengnya nggak ngotak." batin Iren

"Kak, jalannya harus fokus. Jangan nereng mulu kepalanya." ujar Andra mengingatkan Iren agar berjalan dengan benar. Sungguh memalukan, berarti dia tahu kalau Iren memandanginya tanpa kedip.

"Ouh, iya hehe." kikuknya seraya menggingit bibir.

Setelah sampai ke meja makan yang ditempati oleh empat gadis cantik, Andra menaruh makanan tersebut. Saat ia mendongakkan kepalanya ia melihat salah satu gadis yang tengah tersenyum. Deg, jantungnya sedikit berdesir lalu membuang pikiran yang aneh-aneh. Cantik, mulus pokoknya sempurna bagi Andra. Andra mengendalikan pikirannya lalu kembali kedalam untuk membantu ibu kinan. Siapa dia?

****

Alasan Rachel pergi ke toilet hanyalah kebohongan yang ia buat. Untuk apa? Tiba-tiba ia melakukan kebohongan lagi, lalu berlari mencari tempat untuk meluapkan rasa sedih dan kehancurannya sekarang. Rachel kenapa? Apa yang terjadi? Pertanyaan-pertanyaan dipikirannya membuatnya semakin frustasi. Gadis itu berdiri menatap langit lalu menunduk lagi dengan isakkan tangis tanpa suara.

"Mama, mama dimana, bawa Rara pergi ke sana ma!!!!! "

"Papa jahat ma, papa jahat!!!! Rara nggak mau ada yang gantiin posisi mama. Sampai kapanpun Rara nggak terima!"

Gadis itu tersenyum beku, tangisnya semakin pecah. Apa ada yang peduli dengannya saat ini. Rachel tidak berharap begitu, ketika ia melangkah maju sambil merentangkan tangannya. Berharap saat jatuh nanti dia harus mati, harus mati!! Gadis itu merasakan tubuhnya mengambang, melayang dan jedug! Apa ini keras-keras, batinnya. Lalu gadis itu membuka matanya perlahan.

Dipelukkan seseorang!

Farrel tidak bisa lagi menahan dengan kasar ia menarik pergelangan tangan Rachel sampai berada dipelukkannya. Satu-satunya cara agar gadis itu nyaman saat ini. Rachel terkejut dan menghentikan tangisannya lalu mendongakkan kepala. Sebisa mungkin Farrel tidak menunduk agar tidak melihat mata indah itu.

"Kamu kenapa bisa disini?" tanya Rachel dengan suara serak akibat menangis.

"Dan kamu ngapain disini?" Farrel membalikkan pertanyaan untuk Rachel.

"Aku cuma nenangin diri."

"Cara nenangin diri itu bukan begini, kamu nangis tanpa ada yang denger. Terus kamu mau ngungkapin ke siapa? Bego banget,"

"Kamu peduli sama aku,? "

Farrel melepaskan pelukkannya lalu ia pergi begitu saja meninggalkan Rachel. Gadis itu menatap punggung Farrel setelah menuruni tangga, tubuh cowok itu lenyap dari pandangannya. Rachel menghapus air matanya dengan cepat lalu turun menyusul Farrel. Ia kembali kedalam kelas setelah meminta izin ke toilet, baru kembali 1 jam kemudian.

Rachel bingung sendiri, ia melamun tanpa mendengarkan penjelasan dari ibu guru. Tatapannya memang kedepan tapi isi otaknya traveling. "Kenapa Farrel tadi peduli sama aku, terus dia jadi jutek gitu. " batin Rachel, tidak habis pikir  dengan sikap Farrel. Sangat sulit ia tebak bahkan tak tau juga jalan pikiran cowok itu. Benih-benih nyaman pada cowok itu lumayan juga. Tapi, Farrel kan nakal!

"Ahh, nggak tau." gumam Rachel tanpa sadar ia mengeraskan suaranya. Guru dan murid lainnya menoleh ke sumber suara lalu menatap ke arah dirinya.

"Kenapa Rachel?" tanya Bu Tiffany.

"Nggakpapa buk, maaf." jawab Rachel.

****

Brusshh!!

Hujan turun semua murid mengurungkan niatnya untuk segera pulang. Jadi mereka harus menunggu hujan reda, kalau ada yang bawa payung langsung pulang. Kalau tidak ada yang bawa terkacip di lobi sekolah. Begitupun Rachel memakai hoodie abu-abu polos menunggu hujan berhenti.

Karena tidak membawa mobil, Rachel pulang bersama Iren.

Hendak melangkah maju, langkahnya terhenti lagi. Ada seseorang menghampiri gadis itu lebih dulu. Farrel hanya memandanginya dari kejauhan. Rasa kesal kemarin saja belum hilang dan sekarang malah semakin dongkol. Rahangnya mengeras serta tangan yang mengepal kuat. Kedekatan Gabriel dan Rachel membuatnya ingin menghantam kepala cowok itu. His!

"Pulang nggak bro?" tanya Gavin.

"Kita ke markas!" Farrel menjawab dengan rahang mengeras, suasana hatinya benar-benar terusik. Ketika Farrel melangkah untuk menorobos hujan deras. Langkahnya terhalang oleh datangnya Meyra, menatap jengah ke arah gadis bar-bar yang tidak punya harga diri!

"Mau kemana beby?" tanya Meyra lembut.

"Bukan urusan mu!" cetus Farrel menanjamkan kedua netra hitamnya, namun Meyra semakin kegeeran!

"Natap mulu, aku cantik yah?"

"Minggir!" bentak Farrel,

"Nggak mau, jawab dulu pertanyaan aku!" rengek Meyra dengan wajah sok memelas, membuat Farrel jijik untuk menatapnya. Cowok itu memutarkan bola matanya malas, lalu mengode Gavin dengan jari telunjuk. Gavin baru saja  akan menghampiri mereka, tiba-tiba Zulki menerobos sampai Gavin hampir tersungkur.

"Minggir-minggir orang ganteng mau lewat!" pekik Zulki seraya mendorong Meyra ke dinding, lalu ia kedipkan satu matanya. Cewek itu menatapnya sinis,

"Gila ya, anjing!" cetus Meyra,

"Kamu anjingnya ha-ha." Zulki berhasil menyelamatkan Farrel dari cewek bar-bar ini, kemudian menerobos hujan deras serta angin kencang. Mereka berhasil masuk kedalam mobil mewah berwarna hitam ke abu-abuan.

"Aih, semakin kamu menjauh, semakin aku nggak berhenti buat ngedeketin kamu!" gumam Meyra.

Meyra bergerutu sambil menghentakkan kakinya kasar, semua murid memandanginya "Apa kamu liat-liat, ha?" bentak Meyra,

"Orang gila, " ceteluk Stella.

****

"Bisa nggak bos, jangan ngebut. Sumpah aku kayak melayang tau kalau kamu nyetirnya begini." ujar Derry sambil berpegangan kuat dikursi kemudi. Farrel tidak bisa mengendalikan emosinya saat ini. Nyetir mobil tanpa ampun! Gweela bisa mati konyol kalau begini.

"Bos, mending aku yang nyetir!" tawar Gavin.

"Aku bakal bunuh Gabriel! Dia pantas untuk mati!"Farrel menggertakan giginya seraya menajamkan indra penglihatannya membuat Gavin dan Derry bertukar pandang.

"serius?" Gavin tercengo mendengarnya, kenapa Farrel begitu kesal dengan Gabriel. Cemburu? Lagian Gabriel dan Rachel belum pacaran masih ada kesempatan untuk merebut.

"Apa menurut kamu aku ngadi-ngadi, ha?" Farrel kesal tangannya memukul-mukul stir mobil. "Bangsat! Bangsat! Bangsat!" umpat Farrel gwella,

Gavin was-was, bisa panjang urusannya kalau Farrel benar-benar akan menghabisi Gabriel. Farrel sudah hilang kendali, wajah culas itu menunjukkan kebencian yang dalam. Menyetir saja sudah tidak memikirkan nyawa orang lain. "Farrel awassss!!!!!!"

Brakkkk!!!!!!!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel