Bab 2 Sahabat Sejati
Bab 2 Sahabat Sejati
Kantin adalah salah satu sudut kesayangan di universitas ini untuk Micha, Anna dan Arumi. Karena sebelum kelas di mulai atau selepas kelas usai, mereka bertiga pasti akan menjadikan kantin sebagai tempat berkumpul.
Sama seperti pada sore ini. Ketiganya kembali berkumpul ketika kelas telah usai. Micha, Anna dan Arumi bahkan langsung memesan mie ayam dan melahapnya tanpa ampun. Kuis yang di adakan Profesor Jaya benar-benar telah memeras otak tiga serangkai ini, hingga membuat perut ketiganya kelaparan hebat.
"Haa.. Astaga. Aku benar-benar lapar!" pekik Anna sambil menyeruput helaian mienya dengan rakus hingga kuah berwarna merahnya mengotori sekitar bibirnya.
Micha yang mendapati betapa berantakannya cara makan Anna ini, hanya bisa tersenyum. Ia lalu meraih selembar tisu.
"Na.. Pelan-pelan makannya. Nanti kamu tersedak. Kuah mie ayamnya kan pedas sekali," ucap Micha sambil membersihkan noda-noda di sekitar bibir Anna.
Anna tersenyum. Micha memang selalu seperti ini. Gadis ini sangat perhatian dan penyayang. Tipe orang yang selalu memperhatikan hal-hal kecil orang-orang di sekitarnya.
"Terima kasih, Cha."
Micha tersenyum, "Sama-sama."
Arumi yang memperhatikan dua sahabatnya ini lantas tersenyum lebar. Sambil memperbaiki letak kacamatanya, ia meraih tisu dan mengusap sekitar bibir serta hidungnya yang mulai mengeluarkan keringat.
"Heummm... Kalian ini manis sekali. Hampir seperti sepasang kekasih," goda Arumi.
Mendengar ucapan Arumi ini, Anna dan Micha lantas saling menatap lalu mengeryit geli dan terakhir saling bergidik ngeri.
"Hiii... Menggelikan!" pekik Anna.
"Hii... Menjijikan!" balas Micha.
Arumi tertawa karena sikap lucu kedua sahabatnya ini. Anna dan Micha memang selalu seperti ini. Keduanya terkadang seperti kucing dan tikus. Tapi mereka benar-benar saling memperhatikan dan menyayangi. Bukankah itu adalah definisi dari sahabat sejati?
Berbeda dengan Arumi yang memang kalem. Arumi selalu menjadi pihak tengah. Pihak yang berpikir rasional dan bijaksana. Bahkan jika kedua sahabatnya sedang menggila, maka ia yang akan menjadi penjaga kedua orang ini.
"Cha, kamu sedang sibuk?"
Suara seseorang yang tiba-tiba muncul membuat Micha batal menyeruput kuah mie ayamnya. Ia lantas mendongak dan menatap seorang pemuda berkacamata yang berdiri menjulang di sampingnya.
"Heum? Ada apa?" tanya Micha.
"Andre memintaku menyampaikan soal ini padamu. Dia menunggu kamu, Anna dan Arumi di ruang sekretariat BEM," jawab pemuda berkacamata ini.
"Apa yang harus di bicarakan lagi, Ron?" tanya Arumi yang turut mendongak dan menatap pemuda ini, Roni.
Roni mengangkat kedua bahunya, "Entahlah. Aku juga tidak tahu. Tapi sebaiknya kalian cepat ke sana. Kalian tahu sendiri kan, bagaimana Andre?"
Anna, Arumi dan Micha kompak memutar bola mata. Ketua BEM itu memang terkenal sangat menyebalkan.
"Baiklah. Setelah menghabiskan makanan. Kami semua akan ke sana," jawab Arumi sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu."
"Terima kasih, Ron," ucap Micha.
"Iya, sama-sama."
Roni pun membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan ketiga gadis ini.
Setelah Roni hilang dari pandangan mereka. Micha, Anna dan Arumi lantas saling tatap.
"Ah.. Aku malas sekali jika harus berurusan dengan Andre," keluh Anna.
"Iya, aku juga. Apalagi yang akan dia bahas dengan kita?"
"Mungkin dia hanya ingin konfirmasi soal sabtu besok," ujar Arumi yang kini kembali menunduk dan menyeruput helaian mie ayamnya.
"Tsk! Bukankah sudah di tentukan bahwa kita yang akan berangkat?" tanya Anna sesaat setelah meneguk es tehnya.
Arumi mengangkat kedua bahunya, "Entahlah."
"Sudah.. Sudah.. Lebih baik kita cepat habiskan ini, lalu segera pergi ke sana," ucap Micha.
Ketiganya lantas kembali menunduk dan menghabiskan mie ayam yang ada di mangkuk masing-masing.
***
"Mengapa kalian lama sekali? Aku bahkan sudah menunggu satu jam di sini!" pekik Andre saat Micha, Anna dan Arumi muncul di ruang sekretariat BEM dan menemuinya.
Micha, Anna dan Arumi menghela napas. Ketiganya berusaha menahan emosi agar tidak ikut meneriaki ketua BEM mereka ini.
"Maaf, Ndre. Saat kamu meminta Roni memanggil kami, kami sedang makan di kantin. Jadi kami harus menghabiskan makanan kami terlebih dahulu," jawab Micha dengan nada suara yang ia tekan sedemikian rupa.
Andre mendengus kesal, "Huh! Lain kali jangan membuatku menunggu lagi. Kalian pikir aku tidak sibuk?!"
Arumi dan Anna makin muak dengan sikap Andre ini. Mereka bahkan tak ingin membuka suara sedikitpun.
Sebenarnya Micha juga sama halnya dengan kedua sahabatnya ini. Tapi, apa ketiganya akan kompak terdiam saat Andre berbicara? Andre jelas akan makin murka.
Baiklah, Micha anggap sikap Andre ini adalah salah satu bentuk rasa lelahnya karena harus mengurusi banyak kegiatan yang di adakan kampus ini. Ya. Andre memang sangat sibuk jika di bandingkan dengan Micha, Anna dan Arumi yang berada di divisi minat dan bakat. Tapi, sikap arogan Andre ini, tetap tidak benar dan sangat menyebalkan.
"Iya maaf. Kami tidak akan seperti ini lagi. Ya sudah, apa yang ingin kamu sampaikan pada kami?" ujar Micha.
"Besok sabtu, bagaimana? Siapa saja yang akan berangkat?" tanya Andre yang kini sudah menunduk dan menulis sesuatu di atas sebuah buku tebal.
"Bukankah waktu itu sudah di tentukan bahwa kami bertiga yang akan berangkat, Ndre? Mengapa kamu bertanya lagi?"
Setelah menahan diri sedari tadi, kali ini Anna tak tahan jika harus terus bungkam. Andre menegakkan kepalanya lalu menatap Anna dengan tajam.
"Iya memang sudah di tentukan ketika itu. Tapi, bukankah kalian masih ragu karena Micha sepertinya ada acara? Bukankah aku sudah bilang? Tolong konfirmasi ulang padaku hari ini! Tapi, mengapa kalian tidak segera menemuiku sampai aku yang harus memanggil kalian?! Kita ini organisasi. Jadi jangan seenaknya sendiri!" pekik Andre yang lagi-lagi sangat kejam.
Entahlah. Berapa kilo cabai yang sudah ia makan saat sarapan pagi tadi hingga membuat mulutnya sepedas ini?
Haa.. Tsk!
Anna dan Arumi sama-sama mengepalkan tangan mereka erat-erat. Rasanya mereka ingin sekali meninju wajah menyebalkan Andre, terutama mulut kejamnya itu. Tapi, keduanya urung melakukannya karena Micha langsung mengusap lengan keduanya agar mereka tenang.
Bohong jika Micha tidak emosi. Dia sama halnya dengan Anna dan Arumi, sangat marah dan kesal. Tapi, Micha merasa ini adalah kesalahannya karena keraguannya waktu itu.
Andre jelas menunggu keputusan yang pasti. Ya. Andre tidak sepenuhnya salah memang jika bersikap seperti ini.
"Iya, maaf. Kami bertiga yang akan ke sana besok sabtu, Ndre," ucap Micha.
Andre melirik Micha, "Ya sudah biar aku tulis."
"Ada lagi yang ingin kamu bahas dengan kami?"
Andre menggeleng. Ia sudah tak mempedulikan ketiga gadis yang masih berdiri di dekatnya ini. Ia malah sibuk menatap layar laptopnya.
"Ya sudah jika seperti itu. Kami pulang ya, Ndre?"
Andre mengangguk tak acuh, "Ya."
Micha langsung menarik pergelangan kedua sahabatnya dan menyeret mereka keluar dari ruangan sekretariat BEM yang amat mencekam ini.
"Waaahh.. Gila! Berada di sana beberapa menit sudah membuat darah di sekujur tubuhku mendidih!" pekik Anna ketika mereka sudah berjalan di koridor kampus.
"Iya. Aku benar-benar ingin meninju wajah jeleknya itu! Bagaimana bisa manusia macam Andre terpilih menjadi ketua BEM?! Benar-benar arogan! Huh!" Arumi tak kalah kesalnya dengan Anna.
Micha menatap kedua sahabatnya ini sambil tersenyum. Ia tak ingin berkomentar apapun dan menambah emosi mereka berdua.
"Sudah.. Ayo kita pulang! Setelah tiba di rumah, kita berendam, makan lalu tidur. Pasti semua lelah dan rasa kesal kita hari ini akan menghilang," ucap Micha berusaha menenangkan Anna dan Arumi.
Anna dan Arumi lantas menghela napas.
"Iya benar sekali ucapanmu itu, Cha," ucap Anna sambil berjalan menunduk karena ia sangat lelah.
"Padahal aku baru saja makan dengan kalian, kan? Tapi karena menahan emosi beberapa menit di ruang sekretariat tadi, entah mengapa itu membuat perutku kembali lapar," ujar Arumi sambil mengusap perut ratanya.
Micha dan Anna kompak tertawa ketika mendengar ucapan Arumi ini.
"Wahh.. Saluran pencernaanmu sepertinya baik sekali. Aku saja masih berhenti di lambung. Hahahahaa.." ucap Anna sambil tertawa.
"Aku saja masih berhenti di tenggorokan," ujar Micha.
Arumi mendelik, "Heii.. Tidak ada yang seperti itu, Cha! Jangan sembarangan bicara. Jika terdengar mahasiswa jurusan kesehatan, kamu pasti akan diceramahinya, kawan," ujar Arumi sambil menggoyang-goyangkan jari telunjuknya ke kiri dan ke kanan.
Micha dan Anna lantas kembali tertawa dengan keras hingga membuat satpam kampus sedikit terkejut.
Ya inilah mereka. Masalah tidak akan bisa membuat mereka murung. Karena bagi mereka, masalah hanyalah kerikil kecil jika mereka menghadapinya dengan senyuman dan keceriaan. Masa muda tidak boleh di sia-siakan hanya untuk memikirkan satu masalah. Terlebih masalah itu benar-benar tidak penting sama sekali. Benar kan?
Bersambung.