Bab 14 Nama Pemuda Pemilik Mata Serigala
Bab 14 Nama Pemuda Pemilik Mata Serigala
“Mengapa kamu tidak membawa mobil saja sih, Na? Mengendarai motor itu tidaklah aman bagi kita kaum wanita. Terlebih jika kita pulang larut malam seperti ini,” ujar Micha sambil melirik Anna yang duduk tepat di sebelahnya.
Gadis ini sepertinya masih syok, sehingga hampir lima belas menit hanya terdiam memandang keluar kaca jendela mobil Micha. Melihat Anna seperti ini, Micha lantas meraih botol air mineral yang tadi sempat ia beli di minimarket. Seperti mendapat firasat, entah mengapa Micha membeli air mineral lebih dari satu. Padahal biasanya gadis ini selalu membeli sesuai dengan kebutuhan saja.
“Ini, minumlah!” ucap Micha sambil menyodorkan botol air mineral kepada Anna.
Anna bergerak dan menatap Micha sejenak.
“Minumlah! Kamu masih sangat syok, kan? Minum air akan membuatmu menjadi tenang kembali,” ujar Micha sambil menggoyang-goyangkan botol yang masih ia genggam ini.
Anna lantas meraih botol air mineral dari tangan Micha. Micha tersenyum ketika Anna mulai membuka tutup botol air mineral ini dan meneguknya hingga setengah.
“Ah… terima kasih ya, Cha,” ucap Anna setelah ia menutup botol air mineral kembali.
Micha hanya tersenyum seraya mengangguk.
“Bagaimana? Apa sudah membuatmu sedikit lebih tenang?” tanya Micha memastikan kondisi Anna.
Hal paling mengerikan adalah melihat orang yang biasanya ceria dan banyak bicara tiba-tiba berubah menjadi pendiam. Benar-benar membuat orang yang ada di sekitarnya menjadi khawatir.
Anna mengangguk, “Ya, lumayan,” jawab Anna lalu setelahnya gadis itu kembali mengarahkan tatapannya keluar kaca jendela mobil.
Baiklah. Mungkin Anna butuh waktu hingga kondisi debaran jantungnya kembali normal.
Setelah lima belas menit berlalu. Akhirnya, mobil Micha pun tiba di depan rumah Anna. Gadis ini lantas menepikan mobilnya tepat di depan rumah Anna. Lalu keduanya keluar dari dalam mobil untuk menghampiri dua pemuda yang sudah mengawal mereka berdua hingga tiba di rumah dengan selamat.
“Terima kasih, ya?” ucap Anna pada pemuda pemilik mata serigala ini sambil memegang setang motornya. Pemuda ini sudah berdiri menjulang di samping sepeda motor Anna.
Pemuda ini tersenyum dan menatap Anna, “Ya, sama-sama, Kak An.”
“Roy, terima kasih,ya,” Anna juga tak lupa mengucapkan rasa terima kasihnya pada pemuda lain yang kini sedang duduk di atas motor bermesin di atas dua ratus lima puluh cc itu.
Roy. Pemuda tampan yang hampir mirip dengan aktor Korea Lee Minho itu, tersenyum.
“Sama-sama, Kak,” ucap Roy.
“Baiklah. Kalau begitu kami berdua pulang ya, Kak,” pamit pemuda berhidung paruh elang ini pada Anna.
Anna mengangguk, “Ya, baiklah. Kalian berdua hati-hati, ya. Sekali lagi terima kasih banyak.”
Pemuda ini hanya menanggapi ucapan Anna dengan seyuman dan anggukan. Lalu selanjutnya, pemuda ini pun berjalan menghampiri Roy lalu mengambil duduk di boncengan Roy. Micha yang sedari tadi diam berdiri di depan pagar rumah Anna itu, diam-diam saling melempar tatapan penuh arti dengan pemuda pemilik mata setajam serigala itu. Bahkan pemuda itu juga menyunggingkan senyum tipisnya pada Micha sebelum ia benar-benar hilang dari hadapan Micha dan Anna. Bohong besar jika Micha tidak merasa salah tingkah setelah melihat senyuman manis pemuda itu. Tapi, ia berusaha menyembunyikan perasaannya ini dari Anna.
“Ayo kita masuk ke dalam, Cha!” ajak Anna sambil menuntun motornya masuk ke dalam garasi rumahnya.
Micha hanya mengangguk lalu berjalan masuk bersama Anna ke dalam rumah.
***
Micha duduk di kursi meja konter, tepat di sebelah Anna. Mereka berdua baru saja selesai membuat mie instan untuk makan malam.
“Apa kamu sudah mengabari Mama atau Papamu, Cha?” tanya Anna pada Micha sambil melirik Micha yang sedang menunduk menyeruput helaian mienya.
Micha mengangguk, “Ya, sudah. Aku menghubungi Mama setelah aku mandi tadi,” jawab Micha sambil mengunyah mienya.
“Mamamu tidak bertanya, mengapa kamu menginap di sini?” tanya Anna sambil meraih gelas berisi teh hangatnya.
“Iya, pasti. Tapi, aku sudah menjelaskan bahwa kamu hampir saja menjadi korban kejahatan,”
“Apa respon Mamamu?”
“Beliau jelas khawatir. Bahkan Papa berniat menyusul ke mari. Namun, setelah aku bercerita bahwa aku dan kamu baik-baik saja, Papa tidak jadi ke mari.”
“Ah… pasti Papa dan Mamamu masih sedikit khawatir walau kamu sudah berusaha menjelaskannya, Cha.”
“Ya. Tapi, tak masalah. Oh ya, bisakah kamu ceritakan padauk, apa yang sudah terjadi padamu?”
Anna melirik Micha yang telah menunggunya untuk bercerita.
“Aku tadi hampir saja menjadi korban kejahatan. Aku sudah berpikir bahwa aku pasti tak akan selamat malam ini karena penjahat itu membawa senjata tajam. Tak masalah jika penjahat itu hanya merampas motorku. Tapi, biasanya para penjahat juga akan melukai korbannya agar si korban tidak dapat berteriak kan, Cha?”
“Iya itu benar. Lalu?”
“Saat para penjahat itu mencoba merampas motorku, tiba-tiba saja datang pemuda yang mengajakmu berkenalan di seminar waktu itu, Cha. Awalnya aku juga tidak menyadarinya. Tapi, setelah kami bertatapan baik aku atau pun dia sama-sama saling mengingat bahwa kami pernah bertemu sebelumnya. Ah… jika tidak ada dia, aku tidak tahu bagaimana nasibku sekarang, Cha. Dia sangat pemberani, Cha. Dia juga pintar bela diri.”
Diam-diam Micha merasa bangga dengan pemuda itu. Terlebih pemuda itu sangatlah pemberani meski usianya sangatlah muda. Jiwa kesatrianya amat mempesona bagi gadis dewasa seperti Micha ini.
“Eum… Kamu tahu, siapa nama pemuda itu, Na?”
Anna tersenyum, “Tentu saja. Aku bahkan bertukar nomor telepon dan juga media sosial dengannya.”
Micha mengeryit, “Untuk apa kamu bertukar nomor telepon dan media sosial dengannya?” tanya Micha dengan ekspresi penuh curiga.
Anna tersenyum jahil, “Kamu cemburu, ya?”
Micha mendelik, “Ha? Tidak. Siapa yang cemburu? Lagipula untuk apa aku cemburu?”
“Kamu masih ingin tahu, siapa nama pemuda itu?”
Micha menatap Anna, “Kalau soal itu aku jelas ingin tahu, Na.”
Anna terpingkal ketika melihat ekspresi salah tingkah sahabat karibnya ini. Micha yang di tertawakan hanya bisa pasrah karena Micha memang penasaran dan ingin mengetahui siapa nama pemuda tampan itu.
“Nama berondongmu itu Justin, Cha. Eh! Kamu mau tidak menjadikannya berondongmu? Jika tidak mau, berikan saja padaku. Aku bisa kok menyayanginya,” ujar Anna sambil tersenyum jahil, sungguh menggoda Micha.
Micha mendelik, “Enak saja kamu! Tidak boleh!”
Anna makin terpingkal saat Micha bersikap seperti ini. Sepertinya Micha sudah mulai masuk ke dalam pesona pria berondong bernama Justin itu.
“Na,” panggil Micha pada Anna yang baru saja mengusap air mata yang keluar karena ia terlalu banyak tertawa.
“Ya? Ada apa, Cha?”
“Bisakah kamu titipkan salamku pada Justin?”
Anna mengeryit, “Heum? Mengapa harus aku? Kamu bisa melakukannya sendiri kan, Cha?”
“Tsk! Aku malu jika melakukannya sendiri. Di mana harga diriku jika sampai melakukan hal itu? Padahal dari kemarin aku selalu melarikan diri tiap kali Justin mengajakku berkenalan.”
Anna mencebikkan bibirnya, “Huuu! Sekarang kamu menyesal, kan? Setelah mengetahui bahwa Justin adalah pemuda yang baik?”
Micha terdiam. Dia malah berpura-pura tak mendengar ucapan Anna ini.
Anna hanya bisa tersenyum saat Micha bersikap seperti ini.
“Baiklah. Di mana ponselku? Nah ini!” Anna lantas menunduk dan mengetikkan sesuatu.
“Apa yang kamu ucapkan padanya?” tanya Micha setelah Anna meneggakkan kepala dan menatapnya kembali.
Anna tersenyum jahil, “Aku bilang padanya begini, ‘Justin, temanku jatuh cinta padamu’, hahahaha….”
Micha mendelik, “Hei! Apa itu?! Dasar kamu sudah gila!” pekik Micha sambil berlari mengejar Anna yang sudah lebih dulu melarikan diri.
Bersambung.