Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Jerat Hasrat (21+)

“Kau membuatku basah,” ucap Taka sambil menarik tubuh Wisang ke dalam dekapannya.

Wisang yang mulai mencium bau hormon berkembang sejak masuk ke kamar bungalow ini tidak bisa lagi menampik tatapan sendu Taka.

“Keringat maksudku!” ujar Taka sambil menyentil dahi Wisang untuk kesekian kalinya.

“Awww … seneng banget nyentil jidat orang sih? Sakit, tau!” balas Wisang dengan bibir yang sudah manyun. Membuat Taka semakin gemas pada istri orang ini.

Wisang tersenyum, jeda berikutnya dia justru memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan Taka. Dia mencondongkan tubuhnya hingga membuat Taka harus memundurkan tubuh untuk memberikan Wisang ruang.

“Cium aku lagi,” ucap Wisang yang entah mendapatkan keberanian dari mana melakukannya.

Wanita itu terus menatap Taka dengan intens, membiarkan gairah kembali menyapa mereka berdua kali ini.

“Ayo Taka, aku menginginkannya,” ucap Wisang dengan semakin menghimpit pria itu.

Dua buntalan kembar Wisang yang berada di balik kemeja berkancing wanita itu kini semakin jelas mengintip dari balik celah kemeja. Sementara ujung puncaknya kini mulai menekan dada bidang Taka dengan sangat lembut.

Pria itu masih berusaha menjaga kewarasannya, mengingat jika Wisang adalah istri adiknya.

Demikian juga dengan Wisang yang jeda singkat ini tengah bergelut dengan pikirannya sendiri mengenai Taka yang tidak lain adalah saudara tiri suaminya.

“Wisang,” bisik Taka.

“Taka,” sahut Wisang.

Wajah keduanya sudah tersapu gairah yang sulit untuk dielakkan. Wisang yang terkesan menantang Taka, membuat pria itu akhirnya menyerah dalam gairahnya.

Perlahan kedua tangan Taka mulai menuntun Wisang untuk duduk di pangkuannya.

“Apa ini,” ucap Wisang dengan suara yang semakin seksi terdengar.

“Jangan katakan kau tidak tahu,” ucap Taka dengan senyuman di wajahnya.

“Apa ada yang mengganjalmu di sini?” ucap Wisang nampak kebingungan.

“Oh, ayolah … kau menikah berapa lama dengan suamimu sampai kau tidak mengerti,” ucap Taka sambil mengusap lembut rambut Wisang yang tergerai di depannya.

Raut wajah Wisang seketika menjadi sendu, membuat Taka merasa bersalah mengatakannya.

“Tidak, jangan katakan jika kau dan suamimu belum … “ ucap Taka yang langsung mengernyitkan dahinya, sekaligus merasa sangat tertantang untuk membuktikan kebenaran yang disembunyikan Wisang saat ini.

“Nikmati saja, aku yakin kau akan menyukainya. Ingat ini hanya tentang kita,” ucap Taka sambil menarik dagu mungil Wisang ke arahnya.

Wisang mengangguk, wanita itu sudah terlanjur penasaran dan sangat menginginkan sesuatu yang jauh lebih hebat dari sebelumnya.

Wisang pun mulai berani menyerang lebih dulu. Menggerakkan lidahnya seperti beberapa video yang sempat ditontonnya.

Wanita itu hanyut dalam permainannya, membuat Taka kian berani lebih jauh lagi mengajaknya.

“Apa yang akan kau … “ ucap Wisang terhenti karena kalimatnya itu langsung terjawab dengan apa yang dilakukan Taka saat ini.

Pria itu baru saja melepaskan kancing kemejanya dan dengan rakus langsung memainkan salah satu puncak bukit kembarnya itu dengan lidahnya sambil memilin puncak lainnya menggunakan tangannya.

Wisang yang duduk di pangkuan lelaki itu pun meloloskan desahan beberapa kali sambil membiarkan Taka terus menghisap putiknya itu dan meremas-remas bulatannya dengan sangat rakus.

“Bolehkah kita,” ucap Taka dengan wajah yang kemerahan menahan syahwatnya yang sudah menggebu.

Dan anggukan Wisang, membuat sore itu menjadi saksi bisu dari pergumulan panas keduanya yang berlangsung di atas batuan besar pada hutan jati di tepian kota ini.

Gerakan Taka terhenti seketika, saat menyadari jika inti terdalam Wisang masih tertutup rapat.

“Do it!” ucap Wisang yang sudah sangat mendambakan sentuhan hebat ini memerintah.

Taka yang sempat ragu, akhirnya mendobrak segel Wisang tersebut dengan satu hujaman kuat yang membuat Wisang meringis kesakitan beberapa saat.

Taka mulai bergerak pelan, dia membiarkan Wisang untuk merasakan rasa nyamannya lagi. Pria itu tak ingin bermain sendirian, memuaskan Wisang adalah salah kepuasan tersendiri untuk Taka saat ini.

Pria ini kembali membuat Wisang memanas, dimainkannya leher Wisang dan dikecupnya perlahan hingga Taka menghasilkan deretan jejak merah kehitaman di sana.

Wisang kembali hangat, wanita itu mulai berani memanjakan Taka dengan memilin putik kecil pada dada bidangnya dan membelai lembut bokongnya. Menunjukan perintah untuk kembali memainkan inti terdalamnya.

Taka kemudian mengambil pakaiannya dan meletakannya kembali sebagai alas untuk Wisang berbaring lebih empuk di sana.

Suara jiplakan semakin terdengar jelas, sementara Wisang terus mengelinjang keenakan sambil meloloskan lenguhan hebatnya yang semakin membuat taka terobsesi.

“Ugh!”

Suara itu mengakhiri permainan keduanya. Mereka berpelukan sangat erat ketika berhasil mendapatkan puncak bersamaan. Tubuh keduanya berlumur peluh, Taka perlahan melepaskan penyatuan mereka, lalu berbaring di samping Wisang.

Desah dan lenguh yang silih berganti terdengar. Dengan beralaskan batuan alam dan juga payung langit, keduanya membiarkan semesta mengetahui gairah terlarang yang baru saja mereka nikmati.

"Taka, apakah ini namanya malam ... "

"Pertama ... dan kau perawan? Aku memiliki keperawananmu, Wisang. Kau sungguh sangat hebat," sahut Taka masih dengan nafasnya yang tersengal.

Malam berangsur turun, keduanya masih menikmati kebersamaan mereka.

"Ini, obat pereda nyeri. Kamu minum sebelum tidur ya," ucap Taka sambil mengecup kening Wisang sesaat setelah mereka tiba di depan rumah Wisang.

"Bye," ucap Wisang sambil melangkah turun dari dalam mobil.

"Bye, honey."

***

Dua hari berlalu.

Tidak ada kabar dari Wisang dan wanita itu juga bahkan bolos di kelas Ghenta. Taka malah sempat berpikir Wisang sengaja menjauhinya karena hubungan intim yang mereka lakukan beberapa hari yang lalu. Demi apa pun, Taka merasa sangat merindu tubuh Wisang yang selalu menari-nari di otaknya setiap malam. Rasanya sangat gila saat mengetahui Wisang belum dijamah oleh Dimas. Dan menjadi lebih gila lagi saat dia lah orang pertama melakukan hal itu pada Wisang

Sebuah senyum simpul terbit di wajah Taka. Dia berencana untuk mengambil Wisang untuknya. Toh Dimas sama sekali tidak peduli dengan istrinya sendiri.

“Pak, Tuan Dimas meminta bertemu!” ucap Magda di line telepon. Magda seorang sekretaris Taka yang cantik dan menaruh hati pada pria tampan keturunan Jepang itu.

‘Suatu kebetulan yang bagus. Dimas datang. Setidaknya aku bisa tahu Wisang dimana.’ batin Taka sambil menyentuh dagunya.

“Langsung siapkan kopi panas dua untukku dan Dimas, Magda,” jawab Taka langsung pada sekretaris seksinya itu.

“Ada tambahan, Pak?” tanya Magda dengan suara yang sedikit mendesah. Taka tahu sekretarisnya itu tengah menggodanya. Tapi Magda bukanlah Wisang. Dia tidak butuh wanita seksi di hidupnya. Dia hanya butuh wanita yang bisa mengambil hati anaknya-Genta. Dan wanita itu adalah Wisang.

“Kau boleh kencan dengan Dimas di luar kantor, Magda!”

“Bapak bisa saja.”

Taka lalu menutup teleponnya dan duduk menyandar di kursi sambil melihat langit Jakarta yang semakin lama semakin biru. Kembali dia teringat wajah Wisang saat berada dalam dominasinya. Cantik dan luar biasa menggairahkan. Taka bisa memastikan perasaannya pada wanita itu bukan sekedar nafsu belaka.

Entah berapa lama waktu yang dihabiskan Taka untuk melamunkan Wisang sampai dia tak menyadari bahwa Dimas sudah berada di kantornya.

“Woy! Ngelamunin apa Bang?” teriakan Dimas benar-benar mengagetkan Taka.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel