Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Time part 1

Munding dan Nurul tiba di rumah setelah habis Ashar, meskipun masih terlihat cahaya matahari, tapi suasana temaram mulai terasa. Munding dengan cepat menyalakan lampu-lampu yang ada di mushola dan juga di rumah Pak Yai.

Nurul membuka kunci pintu depan rumah kemudian masuk ke dalam. Munding menyusulnya dan menyalakan lampu yang ada di dalam rumah.

“Mas, kita belum Ashar lho. Yuk jamaah,” kata Nurul.

“Ayok,” jawab Munding sambil berjalan ke arah mushola.

“Lho mau kemana?” tanya Nurul.

“Katanya mau jamaah? Ya ke mushola lah,” jawab Munding.

“Ih dah telat kali waktunya, kita jamaah di rumah aja,” jawab Nurul.

“Di mana?” tanya Munding.

“Di kamar Nurul juga nggak pa-pa,” jawab Nurul dari dalam kamarnya.

Tak lama kemudian Nurul keluar dari dalam kamar, Munding melihat dia baru saja menata dua buah sajadah dengan posisi satu di depan satu di belakang di samping ranjangnya. Mungkin untuk sholat mereka nanti.

Munding dan Nurul kemudian berjalan ke kamar mandi yang ada di belakang rumah.

“Siapa yang wudhu dulu?” tanya Munding.

“Mas dulu aja, sini Nurul yang pegangi selangnya,” kata Nurul.

Dan Munding pun selesai berwudhu. Kemudian gantian Munding yang memegangi selang untuk Nurul yang mau berwudhu.

Nurul yang masih memakai seragam SMPnya yang berjilbab panjang menggulung kedua lengan bajunya sampai ke siku lengan, kemudian dia membuka peniti yang ada di jilbab bagian depan dan menyibakkan jilbabnya kesamping kiri dan kanan.

Munding selama ini selalu menganggap bahwa Nurul adalah gadis tercantik yang pernah dia lihat dan ternyata itu salah. Nurul ternyata jauh lebih cantik dari anggapan dia sebelumnya.

Ketika Munding melihat Nurul yang sedang berwudhu dan sebagian rambutnya tanpa sengaja menjuntai kebawah, dia baru tahu kecantikan Nurul yang sesungguhnya. Wajah Nurul yang setiap harinya tertutupi jilbab itu kini terbuka dan Munding bisa melihat dengan jelas keseluruhannya.

Tanpa sadar, tangan Munding yang memegang selang pun sudah tidak mengarahkannya dengan benar dan air mengenai pundak Nurul, tentu saja seragam SMP Nurul menjadi basah.

“Masssssss,” teriak Nurul, “apaan sih? basah kan baju Nurul,” lanjut Nurul.

“Dek Nurul cantik banget,” cuma itu kata-kata yang terucap dari mulut Munding.

Nurul yang menyadari kalau dia sudah membuka jilbabnya di depan Munding pun menjadi malu, “udah Mas, biar Nurul wudhu sendiri aja, sana Mas Munding tunggu di kamar Nurul aja.”

Munding pun menunggu Nurul di kamarnya. Tak lama kemudian Nurul masuk ke dalam kamar dengan baju yang masih basah di bagian pundaknya.

“Mas Munding jangan liat kebelakang ya, Nurul mau ganti baju dulu, yang ini basah,” kata Nurul pelan.

Munding mengikuti perintah Nurul dan membalikkan tubuhnya membelakangi Nurul. Munding mendengar suara kancing yang perlahan dibuka dan suara-suara aneh lain yang dia nggak tahu apa.

“Udah Mas, sekarang boleh diputar badannya,” kata Nurul makin pelan dari yang tadi.

Munding kemudian memutar badannya dan melihat Nurul sudah mengenakan mukena.

“Ayok Mas, buruan, keburu sore ntar,” kata Nurul.

Munding dan Nurul pun kemudian sholat Ashar berjamaah. Selesai sholat mereka masing-masing berdoa sendiri-sendiri. Munding memutar badannya dan melihat Nurul masih khusyu’ berdoa sambil memejamkan matanya.

Munding tersenyum melihat wajah gadis cantik yang ada didepannya itu.

“Apaan sih. Orang lagi berdo’a malah diliatin terus,” protes Nurul yang entah sejak kapan sudah selesai berdoanya.

“Mas Munding keluar dulu, Nurul mau ganti baju,” kata Nurul.

“Mas nggak boleh nungguin disini ya Dek?” tanya Munding.

“Nggak, cuma ada kita berdua di rumah, ntar ada setan lewat lho,” sungut Nurul.

“Ya nggak pa pa lah kalau ada setan lewat, bisa buat alasan kalau Mas Munding mau ngapa-ngapain Dek Nurul,” jawab Munding sambil ketawa.

“Ihhhhh, nyalahin setan lewat, padahal dianya yang memang pikiran kotor,” cibir Nurul.

Munding pun maju mendekati Nurul yang masih duduk dan menggunakan mukena di belakang Munding. Nurul terlihat agak gugup melihat Munding yang tiba-tiba bergerak ke belakang.

“Mas mau ngapain?” tanya Nurul lirih.

“Nggak ngapa-ngapain,” balas Munding sambil makin mendekati Nurul.

Munding kemudian memeluk Nurul dan mencium pelan bibir mungil Nurul yang manis itu. Munding kemudian melepaskan ciumannya sambil melihat ke wajah Nurul.

“Katanya nggak ngapa-ngapain,” protes Nurul sambil merapikan mukenanya.

“Bawel amat sih,” kata Munding.

Munding kembali mencium bibir Nurul, kali ini dia melumatnya lebih lama. Tangan kiri Munding memegang punggung Nurul agar dia tidak jatuh ke belakang, sedangkan tangan kanan Munding mulai bergerilya meraba-raba bagian payudara Nurul dari luar mukenanya.

Nurul yang merasakan rabaan tangan nakal Munding menggelinjang kegelian. Tadi saat Nurul melepas baju seragamnya yang basah, Nurul langsung memakai mukena tanpa mengenakan bra dan celana dalam, terang saja rabaan tangan Munding membuatnya kegelian.

“Tangan Mas jahil banget sih?” kata Nurul sambil menepis tangan kanan Munding.

“Nurul cuma pake mukena aja ya?” bisik Munding ke telinga Nurul lirih.

“Mmmmmmm,” Nurul menganggukkan kepalanya sambil menunduk malu.

Untuk beberapa saat Munding dan Nurul terdiam dalam kondisi saling berpelukan. Nurul memejamkan matanya sedangkan mata Munding terlihat menerawang keluar. Nurul yang menanti ‘kenakalan’ kakak angkatnya berlanjut tapi tak kunjung datang kemudian membuka matanya.

Nurul kemudian melihat wajah Munding yang terlihat sedih dan menerawang jauh. Nurul pun kemudian membenarkan posisi duduknya dan menyenderkan punggungnya ke dada Munding. Tangan Nurul juga membetulkan posisi tangan Munding agar memeluknya.

“Mas mikirin apa?” tanya Nurul.

“Mmmmmmm,” jawab Munding tanpa suara.

“Kok gitu sih? Nurul nggak boleh tahu ya?” tanya Nurul.

“Boleh kok. Mas tadi tersadar. Nurul, Pak Yai dan Bu Nyai adalah anugerah terbaik untuk Mas, Mas nggak ingin merusaknya dengan cara merusak masa depan Dek Nurul,” kata Munding pelan.

“Mas, Nurul tu udah dewasa, meskipun Nurul masih kelas 3 SMP, dari dulu, Nurul tu udah nganggep kalau Mas Munding tu calon suami Nurul, suami impian Nurul, Mas nggak pernah nyadar ya?” kata Nurul lirih.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel