Bab 4 Asisten
Bab 4 Asisten
Timothy menggulung lengan baju, menampakkan lengan yang kurus, berkata: "Malam ini aku saja yang memasak."
"Celemek." Ratna menjinjit mengambilkan celemek dari rak, memakaikan ke badannya dan berkata: "Kemejamu berwarna putih, susah dicuci jika kotor nantinya."
Timothy melihatnya sekilas, berbalik badan, dan dengan cepat Ratna mengikatkan tali celemeknya.
Karena keduanya akan mengerjakan pekerjaan rumah, sejak awal Ratna membeli celemek yang ukurannya lebih besar. Meskipun Timothy berbadan tinggi, saat mengenakan celemek tetap saja terlihat konyol.
Ratna tidak berjalan pergi, hanya bersandar di pintu sambil melihat bayangnya yang sedang sibuk. Laki-laki sebaik apapun, sekalipun mengerjakan pekerjaan seperti itu, tetap saja terlihat sangat menggoda, "Eh, kenapa hari ini kamu pulang."
Meskipun saat menikah sudah ditetapkan, selain karena dinas keluar, setiap minggunya Timothy harus pulang paling tidak satu kali, tetapi Ratna mengira kemarin dia baru saja pulang, dan seharusnya tidak pulang lagi hari ini.
Timothy tidak menoleh sedikitpun, sambil terus mencuci sayur: "Ini akhir minggu."
"Oh." Ekspresi wajah Ratna kembali datar.
Ternyata benar. Jika bukan karena ketentuan di dalam perjanjian, sekalipun itu apartemen miliknya, dia juga tidak mungkin pulang kan?
"Ada apa kamu meneleponku tadi pagi?" Timothy bertanya, sambil menjelaskan: "Asisten mengangkat telepon itu, katanya ada yang mencariku, saat melihat nomornya aku baru sadar itu telepon darimu."
Asisten?
Apakah ada asisten yang memanggil bos sendiri dengan sebutan ‘Kakak Timo’?
"Hanya ingin menanyakan kamu pulang atau tidak." Kalimat ‘Kenapa kamu tidak menyimpan nomorku’ tetap diurungkan Ratna, Hanya mendengar kata-kata sebelumnya saja dia sudah merasa tidak nyaman, spontan berbalik badan ke ruang tamu.
Ratna membuka media sosial demi mengisi waktu bosan, tetapi pikirannya malah semakin pusing, jarinya pun beralih ke pencarian.
Setelah dia sadar, pencarian yang paling mendekati muncul di handphonenya. ‘Kenapa suami tidak menyimpan nomorku?’, ‘Panggilan dekat asisten pada suami.’
Dia pun membuka komentar-komentar itu dengan penasaran, kalimat-kalimat seputar ‘Suamimu selingkuh’, ‘Cepat periksa handphone suami dan siapkan bukti untuk bercerai demi mendapat lebih banyak harta’ malah membuatnya tertawa pahit.
Saat ini, Timothy keluar sambil membawa piring makanan, lalu memanggilnya: "Ayo makan."
"Baiklah." Ratna segera mematikan layar handphonenya.
Keduanya makan dengan sangat diam, tanpa bersuara. Berkali-kali Ratna melihat ke arah Timothy dengan tatapan kacau, tetapi tidak mengatakan apapun.
Selesai makan, Timothy mencuci piring, lalu kembali ke kamar tidur.
Belakangan ini pekerjaannya cukup menyibukkan. Selesai mandi, dia pun naik ke atas ranjang. Saat Ratna masuk dengan masker wajah yang tertempel, Timothy pun telah terlelap sambil membelakanginya, Ratna merasa seolah keduanya dibatasi sebuah gunung besar.
Dia melihat handphone yang terletak di atas lemari kepala ranjang, berdiri diam beberapa saat, pada akhirnya pun mengambil secara diam-diam.
Sebelumnya dia pernah berfoto menggunakan handphone Timothy, tentu tahu berapa kode untuk membuka kuncinya.
Setelah memasukkan kode, Ratna mulai mencari-cari, dan tidak menemukan apapun. Kebanyakan dari emailnya bertemakan pekerjaan, dia pun tidak terlalu mengerti saat membancanya. Saat membuka kotak masuk pesan singkat, nafasnya hampir saja terhenti.
Itu adalah sebuah pesan singkat yang telah dibaca, yang berbunyi: ‘Kakak Timo, terima kasih untuk hari ini, lain kali jika ada kesempatan, aku pasti akan menraktirmu makan enak.’
Siskalia?
Nama asisten itu? Ataukah perempuan lain lagi?
Ratna juga tidak tahu apa yang dirasakannya setelah membaca pesan itu. Jika bukan pesan penting, Timothy tentu sudah menghapusnya sejak awal. Dia mematikan laya handphone dan meletakkanya di lemari lagi.
Melihat pinggangnya yang lebar, Ratna pun tidak sabar untuk menjulurkan tangan merangkul pinggangnya.
Tetapi sedetik kemudian kedua tangannya malah terlepas, laki-laki itu bahkan sengaja bergerak demi menjaga jarak darinya.
Ratna merasa sangat sedih dibuatnya.
Kemarin malam saja masih bersikeras menginginkan badannya, kenapa hari ini memeluknya saja menjadi tidak boleh?
Apakah selain selembar kertas itu, dan hasrat dalam diri laki-laki itu, tidak ada apapun lagi di antara mereka?
Ratna berpikir, mungkin setelah urusan Ayahnya selesai, dia akan mengajukan perceraian.
4 tahun terlalu lama, dia sungguh telah lelah, tidak kuat terus menunggu.