Bab 2 Pertemuan Pertama
Malam harinya Queen telah bersiap untuk menghadiri pesta, gadis itu tampil sempurna mengenakan gaun berwarna merah menyala yang tampak seksi di tubuhnya. Diapun ke luar dari kamarnya, menemui sang daddy yang telah menunggunya. Nyonya Imelda dan Faye menyusul, mereka sangat muak jika harus berada dalam satu mobil bersama dengan Queen.
Beberapa saat berlalu mereka sampai di hotel, mereka segera turun dan masuk ke dalam. Reynald dan orang tuanya langsung menyapa kedatangan mereka, pria itu tersenyum kearah Queen.
Queen menepis kasar saat Reynald hendak menyentuh pinggangnya, hal itu membuat sang kekasih merasa heran. "Ada apa Queen kenapa kamu kasar sekali padaku? "
"Tak apa, aku lihat di televisi, pria yang bermuka dua dan tukang selingkuh mendapat karmanya. Melihat hal itu membuat sebal sekaligus jijik mendengarnya Rey, moodku sedang buruk!
Reynald ingin sekali marah seakan kalimat itu tertuju padanya namun dia tahan, pria itupun mengalah dan tak lagi mendekati kekasihnya. Queen tersenyum sinis melihat kepergian kekasih sialannya itu. Mungkin saja pria itu tersindir dan Queen tak peduli sama sekali.
"Well ini baru awal saja Rey, lihat saja aku akan membuat hidupmu hancur berkali kali lipat. " batin Queen. Queen melenggang pergi dari sana, dia membiarkan sang daddy berbicara dengan para koleganya yang juga hadir di pesta ini.
Hendak mengambil minuman, ada yang menepisnya dengan kasar. Queen menoleh, menatap kasar kearah Faye yang kini tersenyum miring padanya. "Kau tak pantas berada di pesta ini gadis pembawa sial!
" Oh ya, lalu yang pantas adalah kamu wanita murahan yang menjajakan tubuhnya pada pria perut buncit adikku sayang. " seringai Queen membuat wajah Faye berubah pucat. Faye merasa terkejut mendengarnya, bagaimana bisa Queen mengetahui rahasianya dia simpan dengan rapat begitulah pikirnya.
Queen terkekeh, menepuk pundak adik tirinya itu. "Bersikap baiklah padaku, jika tidak aku akan membongkar nya di depan Daddy, well kau tahu bukan sikap Daddy padaku bagaimana adik? "
Faye menepis tangan Queen setelah itu pergi dari sana, Queen tertawa melihat kepergian adiknya itu. Gadis bergaun mereka itu berbalik dan mengambil minuman dengan santai, namun lagi lagi dirinya tanpa sengaja menabrak seseorang.
"Oh astaga hari yang sial bagiku. " gerutu Queen sambil mengusap gaunnya yang basah. Pria yang dia tabrak kini tengah memperhatikannya dalam diam, menarik tangan Queen lalu mengajaknya pergi. Queen terpekik kaget kala tangannya di tarik begitu saja, di bawanya ke toilet hotel.
"Ini gunakan ini untuk membersihkan gaunmu nona! Pria itu menyerahkan sapu tangan pada Queen, Queen menerimanya. Tatapan mereka bertemu, manik kelam itu hanyut dalam pusaran manik biru di depannya. Queen cukup terkesima dengan pria tinggi gagah di depannya saat ini, namun dia berusaha mengontrol dirinya.
"Aku cukup tertarik dengan aksimu yang penuh keberanian nona. " ucap pria itu sambil tersenyum.
"Morgan Axton Linford, siapa nama kamu baby? "
"Bukan urusanmu. " ketus Queen hendak ke luar dari sana namun pria itu merengkuh pinggangnya lalu mengungkung tubuh Queen ke tembok.
"Katakan atau aku akan mencium bibir manismu itu baby! Morgan membelai bibir Queen dengan sensual membuat gadis itu menahan nafasnya. Dia hanya mampu mengumpati Morgan dalam hatinya.
"Deandra Queen Athasa, lepaskan aku Tuan Morgan. " sengit Queen dengan tatapan tajamnya. Morgan tersenyum puas, pria itu menempelkan bibirnya, melumat pelan bibir Queen membuat Queen terbelalak. Morgan mengakhiri ciumannya, pria itu tampak puas mengoda wanita seksi di depannya saat ini.
"Apa yang kau lakukan brengsek, aku sudah memiliki kekasih. " pekik Queen. Seringai terbit di sudut bibirnya, entah apa yang di pikirkan pria tampan itu.
"Well putuskan saja kekasih sampahmu itu, aku tahu kau menyimpan dendam padanya bukan? " Queen terkejut, bagaimana mungkin Morgan mengetahui rahasianya. Gadis itu hendak bicara namun Morgan kembali membungkamnya dengan ciuman.
Queen mengalungkan kedua lengannya ke leher Morgan, membalas ciuman pria itu tak kalah panasnya. Selesai berciuman pria itu justru menggendongnya ke luar, Morgan menurunkannya dan keduanya kembali ke pesta. Queen buru buru menemui sang daddy, tatapan elang milik Morgan terus mengawasinya.
"Ini benar benar gila, ah tidak aku tidak boleh goyah hanya karena pria itu, namun pesona pria itu begitu kuat. " batin Queen resah.
"Sayang, ayo pulang nak. " ujar Daddy Alex pada putrinya. Queen mengangguk, keduanya ke luar dari mobil diikuti Nyonya Imelda dan putrinya. Dari belakang Morgan menatap kepergian mereka dalam diam, pria itu juga ikut ke luar.
Setelah sampai Queen langsung pergi ke kamarnya, tanpa mempedulikan ibu tiri dan adiknya. Dia buru buru menganti pakaiannya lalu merebahkan tubuhnya di sofa. Gadis itu menyentuh bibirnya, Queen merutuki kebodohannya bagaimana bisa dia hanyut dalam ciuman Morgan.
"Bodoh kamu Queen!
"Aku tidak boleh memikirkan hal apapun, harus fokus pada misi balas dendamnya. " tekad Queen dalam hati. Bayangan di kehidupan sebelumnya membuat Queen kembali sakit hati, karena lelaki hidupnya hancur berantakan.
Sementara Morgan selesai membersihkan diri, pria itu hanya mengenakan celana panjang tanpa atasan. Senyumnya terbit, mengingat ciumannya bersama Queen, wanita yang sulit dia taklukan. Rasa manis dari bibir wanitanya membuatnya merasa candu, ingin sekali menciumnya lagi dan lagi.
"Kau milikku My Queen, aku akan menyingkirkan pria sampah itu dari hidupmu. Hanya aku yang pantas memilikimu, mencium bibir manismu dan berada dalam kehangatan kamu suatu saat nanti. " kekehnya. Morgan begitu tergila gila pada Queen meski mereka baru pertama kali bertemu.
Bayangan Fantasi liar tentang Queen dalam kepalanya membuat adik kecilnya memberontak, mencuat dan ingin di puaskan. Morgan menggeram rendah, pria itu kembali ke kamar mandi dan menuntaskan apa yang perlu di tuntaskan.
Satu jam berlalu pria itu ke luar, mengambil celana lalu memakainya langsung. Morgan merebahkan tubuhnya di atas ranjang, pria itu mengumpat pelan. Dia tak menyangka pesona Queen membuat adik kecilnya terbangun, apapun caranya dia akan merebut Queen.
"Aku tak sabar menunggu pertemuan kedua kita My queen, setelah kau menjadi milikku aku tak akan melepaskanmu. " gumam Morgan penuh penekanan. Morgan mengusap wajahnya kasar, bayangan wajah cantik Queen membuatnya tersiksa. Dia ingin mengurung gadis itu dalam kamarnya, mencumbunya liar dan panas. Tak akan di biarkannya pria lain menyentuh Queen nya, wanita yang menjadi miliknya itu.
"Shit. " Morgan menghela nafas kasar, berusaha mengontrol dirinya agar adik kecilnya tak kembali terbangun. Diapun begitu tersiksa, hanya gadis galak itu yang dia inginkan saat ini. Gila, ya dia memang pria gila yang menginginkan kekasih orang.
"Aku tak peduli dengan omongan orang lain, sebentar lagi baby kamu akan menjadi milikku! Morgan mulai memejamkan matanya, tubuhnua terasa lelah hari ini.