Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 7. MENGHADAPI MAKHLUK MENYERAMKAN

John langsung menutup mulutnya rapat-rapat karena Jenny memintanya untuk diam. Keduanya memasang pendengarnya baik-baik. Terdengar suara langkah kaki dan suara dari pasukan serigala seperti mendekat kembali di lokasi sekitar goa itu. John mulai paham kenapa Jenny memintanya untuk diam.

Keadaan di luar goa. Terlihat panglima perang, Alexis dan Michael yang menghentikan langkahnya di dekat goa sedang berdiri sambil menunggu semua pasukannya kumpul. Lantas semuanya langsung menanyakan kepada Michael yang menyeru untuk berhenti.

"Semuanya dengar baik-baik ... Aku secara tidak sengaja mendengar suara obrolan antara pria dan wanita. Aku paham dengan suara itu yang tidak lain, itu suara ratu Jenny," ucap Michael kepada semuanya dengan suara lantang.

Sontak semuanya kebingungan karena tidak melihat ada siapa-siapa di sekitaran lokasi itu.

"Michael. Apa kau tidak salah dengar? Aku sendiri tidak mendengar suara perempuan," ucap Alexis menatap Michael.

"Kemampuanku soal pendengaran tidak diragukan lagi. Aku tidak salah mendengar. Tetapi aku benar-benar mendengarnya suara itu. Aku yakin itu suara ratu Jenny," balas Michael menjelaskan.

"Kau memang benar begitu. Coba kamu lihat di sekitaran tempat ini kita tidak melihatnya. Aku rasa itu hanya perasaanmu saja, Michael," ucap Alexis sambil melihat kesetiap sudut hutan itu.

Semua pasukan serigala itu mengarahkan pandangannya kesetiap sudut. Namun mereka tidak melihat adanya Jenny di lokasi itu. Sehingga hal itu membuat semuanya kebingungan. Terlihat Michael berjalan kearah goa yang digunakan oleh Jenny dan John bersembunyi.

Hal itu membuat Jenny dan John merasa cemas, mereka takut jika sampai keberadaannya diketahui oleh Michael. Jenny paham dengan kemampuan Michael yang mempunyai kemampuan, pendengarnya tujuh kali lipat dibandingkan semua pasukan serigala yang lainnya.

"Jenny. Bagaimana ini?" John terlihat mulai ketakutan.

"Suuttt! Diam, John," ucap Jenny pelan.

John terlihat ketakutan, wajahnya berkeringat dingin serta degup jantung yang berdetak kencang dengan situasi saat itu. Michael berdiri tepat di pintu goa itu.

"Bagaimana, Michael? Apa kamu menemukannya?" tanya Alexis sambil berjalan mendekatinya.

"Sebentar. Kamu lihat ini, ini sepertinya pintu goa. Perkiraan aku ratu Jenny bersembunyi di dalam goa ini," jawab Michael menebak-nebak.

"Apa mau yakin, Michael? Goa ini terlihat seram, sebaiknya kita jangan ceroboh untuk masuk kedalam," ucap Alexis menyarankan.

"Tidak, Alexis. Aku yakin pasti suara yang aku dengar tadi, berasal dari dalam goa ini," timpal Michael merasa yakin dengan hatinya.

"Ya sudah, coba kita masuk kedalam, ayok." Alexis akhirnya mengikuti perkataan Michael.

Akan tetapi, ketika mereka berdua baru saja akan memasuki goa itu. Seketika semua pasukannya berteriak dan langsung berlarian kembali untuk turun. Sontak Michael dan Alexis kaget melihat hal itu. Terdengar suara geraman yang menggema serta tanah gunung yang terasa bergetar. Michael dan Alexis langsung keluar dari pintu goa itu, terlihat makhluk penghuni gunung yang menyeramkan itu ternyata mengejar mereka.

Hal itu tentunya membuat Michael dan Alexis kaget, pada akhirnya mereka berdua pun berlari mengikuti semua pasukannya yang aduh lebih dulu meninggal lokasi itu karena ketakutan dengan makhluk penghuni gunung. Sosok yang menyelenggarakan itu terus mengeluarkan semuanya yang terdengar menggelegar.

Getaran tanah yang disebabkan dari langkah kaki makhluk itu membuat Jenny dan John yang berada di dalam goa pun ketekuatan.

"Jenny. Ada apa ini, Jenny? Awas." John terlihat panik karena goa itu seperti akan ambruk.

"Berlindung, John. Berlindung," ucap Jenny menyarankan.

Keduanya terlihat berusaha melindungi tubuhnya diari reruntuhan goa itu akibat getaran yang di sebabkan oleh makhluk penghuni gunung. John dan Jenny sangat ketakutan mendengar suara yang terdengar menggelegar. Kepanikan itu tidak berlangsung lama. Perlahan-lahan keadaan mulai tenang setelah makhluk penghuni gunung kembali ke tempatnya.

Akan tetapi, peristiwa itu membuat John ketakutan. Semangatnya untuk mengantar Jenny ke mata air keabadian seolah hilang begitu saja. Perasaan takut terus menyelimutinya. Jenny yang melihat John seperti itu, ia terlihat berusaha membuat John tenang. Jenny berusaha menyemangatinya.

"Aku takut banget, Jenny. Sepertinya kita tidak akan bisa melewati makhluk itu. Kita tidak akan sampai di mata air keabadian," ucap John pelan. Raut wajahnya terlihat murung.

"Kamu harus yakin, John. Apa kamu tidak kasihan denganku? Apa kamu tidak mau bertemu dengan perempuan yang kamu inginkan?" Jenny berusaha menyenangkan John.

John tediam mentap mata serigala putih itu. Sehingga John tidak tega melihat Jenny. Terlebih lagi ia susah berjanji untuk menemaninya sampai ke mata air keabadian.

"Tolong, John. Kamu itu itu laki-laki. Sebagai pria sejati tidak seharusnya kamu menyerah seperti itu. Jika kamu tidak mau mengantarku ke mata air keabadian, biarkan aku yang akan pergi sendiri," ucap Jenny dengan suara yang terdengar lembut.

"Jenny. Jangan seperti itu. Baik, demi janjiku. Akan aku antarkan kamu sampai ke mata air keabadian." John berkata dengan sangat mantap karena tidak tega jika Jenny pergi ke sana sendirian.

"Aku senang melihatmu seperti itu, John. Jika kamu seperti itu, kamu penuh terlihat keren," jawab Jenny menghiburnya.

Tidak lama setelah itu, Jenny mengajak Jhon untuk segera melanjutkan perjalanan karena sudah tidak lagi mendengar adanya suara pasukan serigala. Mereka berdua berjalan keluar goa itu dengan sangat hati-hati karena pintu goa yang sangat susah untuk dilewati.

"Awas, John. Hati-hati," ucap Jenny dari depan yang sudah berhasil keluar.

"Baik, Jenny." Jhon menyauti sambil terus mencoba keluar dari goa itu.

Selang beberapa saat John pun keluar. Mereka berdua melihat kesetiap sudut tempat itu. Nampak hutan di gunung itu kini terlihat sepi. John masih terlihat ketekuatan ketika menatap ke arah atas.

"Kamu kenapa, John? Apa kamu masih ragu?" tanya Jeny menatap John yang terlihat ketakutan.

"Sejujurnya aku memang masih ada rasa takut, Jenny. Tapi demi membantumu, aku siap menghadapi apa saja yang menghalangi perjalanan kita, Jenny," jawab Jhon mencoba memantapkan hatinya.

"Bagus, John. Ya sudah, ayok jalan," sahut Jenny yang langsung berjalan lebih dulu.

John mengikutinya dari belakang. Saat itu John suda siap dengan pedang yang di bawanya. Satu hal yang John takutkan jika sampai bertemu dengan makhluk penghuni gunung itu. Akan tetapi, kini tekadnya sudah mantap, ia benar-benar ingin membantu Jenny. Terlebih lagi John sangat berharap bisa bertemu dengan perempuan yang ada di dalam mimpinya.

"Ayok cepat, John. Lari," ucap Jenny mengajak.

"Oke, Jeny. Ayok," sahut Jhon dari belakang.

Keduanya terus berlari menanjak sebelum akhirnya Jenny menghentikan langkahnya ketika melihat adanya makhluk penghuni gunung itu yang sedang berdiri menghalangi perjalananya. Sontak John langsung ketakutan melihat sosok yang sangat menyeramkan itu.

"Je- Jenny," ucap John terbata-bata. Tubuhnya terlihat gemetaran melihat makhluk yang sangat besar dan menyeramkan.

Jenny tidak menyahutinya, sehingga John merasa benar-benar ketakutan. Makhluk itu menatap mereka dengan tatapan tajam, suaranya membuat John langsung menutup kedua telinganya. Jenny terlihat berjalan mundur perlahan-lahan. Sementara John masih terdiam gemetaran karena sangat ketakutan.

"Jenny. Bagaimana ini," ucap John pelan dengan bibir yang gemetaran.

Seketika makhluk itu langsung mendekati mereka. Sontak saja Jenny dan John kaget, mata mereka terbelalak melihat makhluk penghuni gunung yang terlihat marah.

"Hah! Jenny, lari ayok," ucap John mengajak.

HHHHHERRRR...

Makhluk itu menggeram-geram mengeluarkan suaranya yang terdengar menggelegar. Situasi saat itu membuat John semakin ketakutan. Anehnya Jenny tidak mau mengajaknya lari.

"Jenny, ayok lari," ucap John mengajaknya.

Makhluk yang menyeramkan itu semakin mendekati mereka berdua.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel