Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Sejak malam di mana Cassius tidur di ruang tamu.

Dia pulang semakin malam, juga tidur di ruang tamu bahkan terkadang tidak pulang sama sekali.

Sikap ibu mertua semakin buruk padaku dan semakin sering membuat masalah.

Aku tahu ibu mertua sengaja, jadi setiap kali aku tidak menanggapinya, dia akan merasa bosan sendiri.

Hanya saja Cassius ...

Perilakunya semakin aneh, membuatku mulai khawatir.

Aku merasa Cassius pasti menyembunyikan sesuatu dariku.

Jadi saat dia bilang akan kembali ke kantor untuk lembur, aku pura-pura terlihat tenang, tapi setelah dia pergi aku diam-diam mengikutinya.

Aku duduk di dalam taksi dan perlahan hatiku mulai dingin karena Cassius bukan pergi ke arah kantor!

Namun belum sampai tahap genting, aku masih mencoba menipu diri sendiri, bagaimana kalau Cassius hanya pergi bertemu klien?

Sampai mobilnya masuk ke sebuah apartemen.

Aku ingin masuk, tapi satpam bilang aku harus punya kartu akses untuk masuk.

Jadi aku tidak punya pilihan dan menunggu di taman dekat situ.

Tidak lama kemudian, Cassius keluar, tapi di sampingnya ada seorang wanita yang perutnya agak membuncit.

Namun aku tidak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas karena jaraknya terlalu jauh.

Cassius merangkul pinggang wanita itu naik mobil.

Tanpa pikir panjang aku langsung naik taksi lagi dan mengikuti mereka.

Cassius menghentikan mobil di rumah sakit dan memeluk wanita itu keluar dari mobil.

Kali ini, akhirnya aku melihat wajah wanita itu.

Ternyata itu Iris Lukita?

Iris adalah anak angkat Keluarga Lukita, adik Cassius yang tidak punya hubungan darah dengannya.

Aku terus mengikuti mereka dan menemukan Cassius merangkul Iris masuk ke bagian ginekologi.

Mereka jelas datang melakukan pemeriksaan kehamilan.

Namun aku tidak mengerti, kenapa Cassius yang menemani Iris datang melakukan pemeriksaan?

Hal yang lebih penting adalah Iris masih belum menikah, dia bahkan tidak pernah memperkenalkan pacar pada keluarga dan baru pindah dari rumah empat bulan lalu.

Ibu mertua juga sering memarahiku karena dia pindah.

Katanya begitu datang, aku sudah membuat putrinya pindah.

Padahal waktu itu jelas-jelas Iris sendiri yang bilang kakaknya sudah menikah, jadi kurang nyaman tinggal di rumah.

Sekarang kelihatannya masalah ini tidak sesederhana ini!

Di saat aku hendak pergi menanyakannya, ponselku berbunyi.

"Halo, apakah ini Rosie Kuanna? Kami dari kantor polisi."

Aku langsung tegang ketika mendengar polisi, "Ada apa? Aku selalu taat hukum."

Polisi tertawa, "Jangan panik, kami hanya menemukan di basis data kalau hasil tes DNA kamu ada hubungan dengan pasangan suami istri yang kehilangan putri mereka. Jadi kami menelepon untuk bertanya apakah kamu bisa datang ke kantor polisi?"

Aku terkejut juga senang dan langsung melupakan kakak adik itu, lalu buru-buru ke kantor polisi.

Sebenarnya sejak kecil aku tahu nenek bukan nenek kandungku.

Sewaktu menemukanku di pinggir jalan, aku baru bisa berjalan, belum bisa mengingat apa pun, hanya ada gelang giok merah yang dirangkai benang merah di pergelangan tanganku.

Nenek sudah tua, anak-anaknya meninggal dalam kecelakaan dan merasa kasihan padaku, jadi merawatku.

Namun dia tidak pernah menyembunyikan fakta ini dariku dan aku juga terus menganggapnya sebagai nenek kandung.

Ketika memikirkan masa lalu, aku melihat gelang yang selalu aku kenakan di pergelangan tanganku dan berpikir mungkin ini ditinggalkan orang tua kandungku.

Aku baru tiba di kantor polisi dan melihat mobil mewah terparkir di depan.

Begitu masuk, sebelum sempat bicara dengan polisi, seorang wanita elegan yang berdiri di samping polisi melihat gelang giok di tanganku.

Dia langsung memelukku dan menangis, "Evelyn ... aku ibumu ... akhirnya ibu menemukanmu, huhu ...."

Kemudian, dengan bantuan polisi, kebenaran terungkap.

Dulu, pengasuh membawaku bermain di luar, tapi aku hilang saat pengasuh ke toilet dan akhirnya ditemukan nenek.

Sedangkan nama asliku adalah Evelyn Gunawan.

Aku melihat ibu yang menangis sampai matanya bengkak, "Ibu ...."

Ketika mendengar panggilan yang sudah ditunggu selama 20 tahun lebih, tangis ibu menjadi semakin kencang.

Saat ini, seorang pria paruh baya yang memakai jas hitam bergegas mendekat.

Dia bertanya dengan mata memerah, "Putriku, di mana putriku?"

Sewaktu melihatku dan ibu, air matanya langsung mengalir.

"Apakah ini putri kita?"

Ibu menangis sambil mengangguk.

Sedangkan aku tercengang saat melihat pria itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel