Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Memperbaiki Benang yang Kusut

Dara tersenyum melihat kedua anaknya yang terus saja berkicau sepanjang jalan. Dia terus saja konsentrasi dengan kemudinya. Rasanya sudah sangat lama... mungkin sangat jarang baginya untuk mengantar si kecil ke sekolah. Dara terlalu sibuk dengan bisnis kecantikannya, apalagi produk skincare-nya sangat booming sampai ke negara tetangga.

Waktu untuk anak-anak pun otomatis sangat berkurang. Setiap hari hanya sibuk memikirkan peluasan bisnisnya di Asia.

“Bunda, nanti sore jemput kami, kan?” tanya Kai.

“Hmm... nanti Bunda lihat dulu jadwalnya ya, Nak.”

“Oh, oke. Kalau Bunda sibuk nggak apa-apa, nanti Kai diantar sama Tante Sarah saja,” balas Kai.

Kening Dara mengernyit saat Kai mengatakannya. “Tante Sarah? Kai dan Suri selalu pergi sama Tante Sarah, ya?”

“Iya. Kemana-mana kita selalu diantar sama Tante Sarah. Kan Bunda yang bilang kalau hanya Tante Sarah yang bisa menggantikan Bunda.” Kai menjawabnya dengan polos.

Deg!

Jawaban Kai tadi membuat hati Dara tidak karuan, dia sampai tidak menyadari bahwa wanita lain bisa menggantikan posisinya.

Tidak! Dara tidak akan membiarkan posisinya digantikan oleh siapapun! Dara tidak akan pernah mengizinkannya!

“Kamu memangnya pulang sekolah mau kemana?” tanya Dara. Dia mencoba bicara dengan tenang.

“Mau menjenguk Revan, Bunda. Revan sudah tiga hari tidak masuk sekolah,” balas Kai.

“Bunda saja yang antar kalau begitu, nanti sore Bunda yang jemput kalian.”

“Bunda mau jemput?” Kai tidak percaya.

“Iya, kebetulan Bunda tidak sibuk hari ini.”

Kedua mata Kai langsung berbinar. “Yes! Nanti aku bisa tunjukkan pada teman-teman kalau aku punya bunda yang perhatian dan luar biasa!”

Kedua mata Dara menyipit. “Kenapa memangnya, Nak?”

Kai tidak langsung menjawab, suasana dalam mobil hening sejenak.

“Karena teman-teman bilang kalau Bunda tidak sayang sama kami lagi,” timpal Suri dengan polosnya.

“Kenapa teman-teman kalian mengatakannya seperti itu?”

“Karena setiap sekolah mengadakan acara, Bunda tidak pernah hadir. Ayah... hanya beberapa kali dan itu selebihnya kami hanya ditemani Tante Sarah,” balas Suri.

Hati Dara remuk mendegar jawaban anaknya. Dia mencoba menghela napas dalam-dalam agar hatinya kembali tenang. “Mulai saat ini, kalau sekolah kalian ada acara, Bunda lah yang akan menemani kalian! Jangan bersedih lagi!”

“Kami sangat sayang sama Bunda!” si kembar membalasnya dengan kompak.

“Tentu! Harus itu!” balas Dara tersenyum.

Wanita itu langsung parkir di halaman sekolah. Dan turun dari mobilnya. Tepat saat dia menggandeng tangan si kemnbar. Semua orang terlejut menatapnya.

Dara Kahiyang, wanita nomor satu yang saat ini diperbincangkan ada di sini? Apa mereka tidak salah lihat?

***

Sarah mengernyitkan kening saat tadi Adam mengatakan kalau Dara lah yang akan mengantarkan kedua anaknya ke sekolah. Bukankah Dara selalu tak pernah ada waktu? Kenapa adiknya itu malah mendadak bisa meluangkan waktu pagi ini?

Sarah penasaran, dia mencoba mengecek jadwal Dara, dan benar hari ini harusnya Dara menghadiri cabang baru di luar kota, tapi kenapa dia malah batal ke sana?

“Ada apa? Apa ada sesuatu?” tanya Sarah bergumam.

Lantas tanpa pikir panjang, Sarah langsung menghubungi Adam. Tak butuh lama, pria itu mengangkat teleponnya.

‘Halo, Sarah. Ada apa?”

“Kamu sedang sibuk?”

“Iya, aku nanti ada meeting pagi. Paling 15 menit lagi dimulai,” balas Adam. “Ada apa?”

“Nggak. Aku hanya ingin tahu kenapa Dara mendadak membatalkan pergi ke luar kota? Apa ada masalah?”

“Hmm.. aku juga tidak tahu, tapi aku senang karena dia mau mengantar anak-anak, tadi Kai dan Suri sangat happy karena bundanya mau antar mereka.”

Sarah terdiam, dia mulai memikirkan hal yang aneh-aneh. Perubahan mendadak Dara tentu saja membuat dia bertanya-tanya.

"Sarah...”

“Iya, ada apa?”

“Ada yang lain? Kalau tidak ada, aku tutup teleponnya, ya! Aku mau diskusi dulu dengan sekretarisku,” kata Adam.

“Iya.”

Panggilan telepon diakhiri. Sarah langsung menghela napas panjang. Dia masih penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan Dara. Sebab, yang Sarah tahu kalau Dara adalah wanita yang gila kerja, dan juga perfeksionis, bagaimana bisa wanita itu membatalkan peresmian cabang barunya di luar kota?

Pasti ada rahasia di balik sikap Dara dan Sarah harus tahu! Wanita itu pun langsung mengirim pesan WhatsApppada adiknya itu.

Sarah: Dara, kamu dimana? Kamu beneran antar anak-anak?

Tak terlalu lama menunggu, Dara pun membalas pesan dari Sarah.

Dara: Iya, Kak. Aku yang mengantar anak-anak ke sekolah.

Sarah: Wah, senangnya... pasti anak-anak happy.

Dara: Tentu... anak-anak pasti lebih happy jika ibunya lah yang mengantar. Tidak ada yang bisa menggantikan peran ibu, hehehe.

Deg!

Sarah merasa Dara seperti menyindirnya secara halus, apa hanya halusinasinya saja atau tidak, tapi dia beranggapan Dara sengaja mengetik balasan pesan seperti itu.

Sarah: Hmm... tapi, anak-anak tahu kamu sibuk karena untuk mereka juga. Kamu pasti jadi bunda yang paling hebat di mata mereka. Kalau kamu memang sangat sibuk, jangan dipaksakan. Ada Kakak, biar kakak yang membantumu untuk menjaga mereka.

Tidak ada balasan, Sarah hanya menatap layar smartphone-nya yang hanya centang biru, itu artinya Dara sudah membacanya. Tapi, kenapa adiknya itu tidak membalas pesan darinya?

***

“Ini Dara Kahiyang, ya?”

Suara itu membuat lamunan Dara buyar, dia langsung tersenyum dan mengangguk sopan pada wanita paruh baya yang menyapanya.

“Ah, ternyata benar! Cantiknya, akhirnya saya bisa bertemu dengan wanita yang selalu jadi trending di media sosial”

Dara hanya tersenyum, dia tidak tahu kalau dirinya ternyata selalu dibicarakan.

“Ah, maaf kalau lancang. Nama saya Mey, saya di sini lagi antar cucu saya. Satu kelas juga sama Kai dan Suri.”

Dara mengulurkan tangannya. “Salam kenal, Bu Mey. Saya Dara, bundanya Kai dan Suri. Senang berkenalan dengan Anda.”

Mey langsung tertegun. Dia takjub karena wanita yang ada di hadapannya bukan hanya terkenal, cantik, tapi juga tutur katanya sangat lembut! Benar-benar sempurna! Siapapun pasti iri pada sosok Dara.

“Ah, ternyata selain cantik wajah, hatinya juga cantik,” puji Mey.

“Bu Mey terlalu memuji berlebihan,” balas Dara.

Lalu, keduanya pun mengobrol dengan asyik, sampai Dara baru menyadari kalau dia harus kembali ke perusahaan karena ada panggilan telepon dari Nurma, asistennya. Setelah itu, dia pun pamit pada Mey dan berjanji akan mengundang wanita itu ke rumahnya.

Dara langsung masuk ke mobilnya, dan saat itu pikirannya pun menerawang jauh. Tentang mimpi buruk itu dan juga tentang kebahagiaan kedua anaknya. Dara sampai mengutuk dirinya sendiri yang hanya sibuk mengejar dunianya, mungkin semua wanita ingin menjadi dirinya, tapi dia lupa selangkah lagi dia berjalan, maka surganya akan terlepas. Bagi, Dara surganya itu sempurna saat suami dan kedua anaknya membutuhkannya.

“Aku akan menebusnya, aku akan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya,” gumam Dara.

Ponselnya berdering, dan itu dari Axel, salah satu orang yang dia tugaskan untuk menyelidiki sesuatu.

“Halo, bagaimana? Kamu sudah mendapatkan informasi yang saya minta?”

“Sudah, Bu. Apa kita perlu bertemu?”

“Besok jam 9 pagi, saya tunggu di kantor,” balas Dara.

“Siap.”

Panggilan berakhir.

Dara menghela napas pendek, mulai pagi ini, dia akan memperbaiki semuanya, memperbaiki benang kusutnya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel