Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1 : Layani Dia

“Cepat layani pria itu!” ujar pria tegap dengan pakaian serba hitam seraya mendorong tubuh Lyyana ke depan pintu bertuliskan angka 107. “Tunggu apa lagi! Ayahmu sudah menjualmu ke mami dengan uang yang tak sedikit, sekarang saatnya kamu bekerja untuk menggantikan uang mami,” imbuhnya mengingatkan Lyyana atas perjanjian yang terjalin antara ayah tiri dan mami beberapa jam silam.

Lyyana mencoba melihat sekitarnya seraya berpikir cara melarikan diri. “Jangan berbuat macam-macam, ingat keadaan adikmu di kampung, atau kau mau adik perempuanmu menjadi istri keempat bandot tua itu?” ancam pria bertato di belakang tubuh Lyyana yang mengerti rencana Lyyana untuk kabur.

Tangan lentik Lyyana bergetar hebat, ia takut-takut menyentuh knop pintu di depannya. Ia memejamkan mata seraya merapalkan doa-doa singkat yang ia ingat. Bayangan keadaan adiknya di kampung berputar bak kaset rusak. Dengan ragu, Lyyana mulai menekan knop pintu. Namun, di detik selanjutnya yang Lyyana lakukan membuat semua orang berteriak menyerukan namanya.

“HAIII JANGAN KABURRR‼‼” pekik seorang penjaga yang baru saja dilewati Lyyana, teriakan itu sontak mengundang perhatian dari penjaga lain.

Empat orang pria dengan tubuh tegap berlari mengejar Lyyana yang kini sedang berlari menjauhi bangunan remang-remang itu. “Tangkap dia jangan sampai lolos‼” ujar kepala penjaga yang berlari paling depan.

Lyyana terus berlari lurus ke depan, yang ada di benaknya adalah menjauh dan terbebas dari bangunan terlaknat itu. Setelah berlari cukup jauh, Lyyana memutuskan untuk bersembunyi di salah satu batang pohon besar di tepi jalan. Dengan lampu penerangan yang minim, Lyyana berusaha mengatur napasnya. Sesekali ia menoleh memastikan jika penjaga rumah bordir itu tak menemukan keberadaannya.

Lyyana menghela napas lega, setidaknya ia memiliki sedikit waktu untuk mengatur dan beristirahat sejenak. Saat Lyyana akan kembali berlari, tak sengaja ia mendengar derap langkah yang mulai mendekati tempat persembunyiannya.

“Cari sampai ketemu. Dia orang kampung, pasti larinya tidak jauh dari sini!” teriak seorang pria tegap yang memimpin barisan. “Kalau dia tidak ketemu nyawa kita taruhannya. Itu barang bagus untuk Mami. Jangan sampai kita kena amuk!” Tiga pria lain mengangguk dan mulai menyebar mencari keberadaan Lyyana.

Lyyana terhimpit, tubuh bergetar Lyyana membuat otaknya berproses lebih lama dari biasanya. Ia hanya bisa mengintip dari balik batang pohon, hingga semua penjaga telah menghilang dari pandangannya dan menyebar ke seluruh penjuru jalanan.

Setelah merasa aman, Lyyana bergegas keluar dari tempat persembunyiannya dan berlari menjauhi tempat itu. Saat sedang asyik berlari, Lyyana pun tak sengaja menyandung batu. “Aaaw!” rintih Lyyana terjatuh di aspal.

Suara Lyyana mengundang perhatian penjaga yang berada tak jauh dari posisinya. Mendengar derap kaki mendekatinya, Lyyana bergegas bangkit. Ia melepas heels yang dikenakannya dan berlari seraya menahan sakit di pergelangan kakinya.

Sesekali wanita itu menoleh memastikan jaraknya dengan penjaga itu masih aman untuk berlari. Namun, langkah kaki wanita itu berhenti ketika berada di simpangan jalan. Lyyana sungguh tak ingat jalanan mana yang membawanya ke tempat bordir tadi. Pasalnya, Lyyana datang dengan mata tertutup sehingga ia tak tahu jalan mana yang tadi dilewatinya.

“Aku harus ke mana?” tanya Lyyana dengan napas tersengal. Ia melihat ke arah belakang, dari kejauhan Lyyana bisa melihat pantulan bayangan sosok pria yang mendekatinya.

“Di sana!” ujar Lyyana seraya mengarahkan langkah kakinya ke arah kanan. Ia lantas berlari semakin kencang seraya mengawasi sekitarnya.

Lyyana yang tak melihat jalanan di depan pun tak sadar jika di depan sana ada bahaya besar yang sedang mengancamnya. Sebuah mobil mewah berwarna hitam melaju dengan kecepatan tinggi dan tak beraturan. Lyyana menyipitkan pandangannya saat melihat ada cahaya yang mendekatinya.

“Aaaaa‼‼” pekik tak sempat menyelamatkan diri dari mobil di depannya. Pandangan Lyyana mulai menggelap, tubuhnya pun ambruk ke atas aspal. Samar-samar Lyyana mendengarkan derap langkah kaki. Tak lama, wanita itu merasa tubuhnya melayang. ‘Tuhan, apakah aku menyusul ibu?’ lirihnya dan semua kesadaran Lyyana menghilang bersamaan dengan suara deru mobil.

Keesokkan paginya, seorang wanita terbangun dari tidurnya kala sinar matahari menerobos melalui celah-celah jendela. Lyyana mengerutkan keningnya, ia merasakan seluruh tubuhnya terasa ngilu. Setelah mengumpulkan nyawa, Lyyana merubah posisinya, ia duduk bersandar pada sandaran ranjang.

Sadar ia berada di ruangan yang asing, Lyyana pun memeriksa tubuhnya. Kening wanita itu semakin berkerut kala mendapati pakaian seksinya telah berganti menjadi pakaian rumahan yang jauh lebih sopan. Lyyana memukul kepalanya memaksa otaknya mengingat kejadian malam tadi.

Merasa ada yang tak beres, Lyyana pun bangkit dari ranjang dan bergegas keluar dari ruangan itu. Dengan gerakan cepat, Lyyana bergegas membuka pintu kamar, ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri memeriksa keadaan di luar.

“Bukan tempat mami?” ujarnya menelisik setiap sisi bangunan yang terpampar di netranya.

Dengan terpincang-pincang, Lyyana berjalan menuju ruangan lain. Ia menyusuri setiap lorong mencari jalan keluar atau sekedar petunjuk tentang keberadaannya. Hingga langkah kaki Lyyana berhenti di ujung anak tangga, ia terpaku pada punggung tegap terbalut pakaian olahraga yang berdiri memunggunginya.

“Ya, aku pikir barangnya enak. Berapa harga yang harus aku bayar? Atau kau mau membayarnya? Aku bisa menjamin untuk kenikmatannya.” Lyyana tersedak salivanya sendiri kala mendengar pembicaraan sang Pria dengan seseorang di dalam ponselnya. “Kalau begitu tawarkan padaku penggantinya. Aku membutuhkan segera!”

Tak mau terjebak untuk kedua kalinya, Lyyana pun bergegas kabur menuju pintu utama. Sayangnya, Lyyana tak memperhatikan jalan hingga tanpa sengaja lengannya menyenggol sebuah guci mewah hingga suara pecahan menggema ke seluruh penjuru rumah.

Tubuh Lyyana meneggang, ia bak patung yang tak bernyawa berdiri di tengah rumah mewah bergaya eropa itu. Ia menelan salivanya susah payah, kala netranya melirik aktivitas pria yang kini menatapnya tajam. Namun, reaksi selanjutnya pria itu membuat tubuh Lyyana justru kehilangan tulangnya.

Pria itu bersikap acuh dan berjalan menjauhi Lyyana. “Biar saya yang rapikan, Nona,” ujar seorang wanita berseragam pelayan mendekati Lyyana dengan membawa alat kebersihan.

Belum sempat Lyyana bertanya pada wanita di depannya, tiba-tiba saja seluruh art di rumah mewah itu berjalan terburu-buru ke lantai atas. Kening Lyyana mengerut semakin dalam kala ia mendengar suara teriakan yang berasal dari salah satu kamar di lantai dua.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel