Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Cinta diantara Hujan dan Mentari

Ara adalah seorang gadis yang sederhana, penuh semangat, dan selalu memandang dunia dengan optimisme. Bernard, di sisi lain, adalah pria yang tenang, pemikir, dan sedikit tertutup. Mereka tinggal di kota kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, tempat semua orang saling mengenal.

Pertemuan pertama mereka terjadi di sebuah toko buku bekas. Ara sedang mencari novel klasik untuk koleksi pribadinya, sementara Bernard berada di pojok toko dengan tumpukan buku sejarah di tangannya. Ara tak sengaja menjatuhkan beberapa buku, dan Bernard yang berada dekat langsung membantunya. Dari percakapan singkat tentang buku, mereka menemukan bahwa keduanya memiliki minat yang sama dalam literatur.

Seiring waktu, pertemanan mereka berkembang menjadi lebih dari sekadar berbagi buku. Ara mengajarkan Bernard untuk lebih menikmati momen kecil dalam hidup, seperti berjalan-jalan di taman atau menyaksikan matahari terbenam. Bernard, di sisi lain, membantu Ara memperluas wawasan dan mempelajari hal-hal baru yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Namun, cinta mereka tidak berjalan mulus. Perbedaan latar belakang dan keluarga menjadi tantangan besar. Ayah Ara yang protektif merasa Bernard terlalu serius dan tidak cukup mapan, sementara keluarga Bernard merasa Ara tidak cukup "berkelas" untuk putra mereka. Meski begitu, Ara dan Bernard tetap bersama, menunjukkan bahwa cinta sejati tidak bergantung pada status atau latar belakang.

Di akhir cerita, melalui keteguhan dan cinta mereka yang tulus, keluarga dari kedua belah pihak akhirnya menerima hubungan mereka. Ara dan Bernard menikah di sebuah taman kecil dengan bunga-bunga liar di sekeliling mereka, tempat yang sama di mana mereka pertama kali menyadari bahwa cinta mereka adalah hal yang layak diperjuangkan.

Cerita mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang di kota kecil itu, bahwa cinta sejati selalu menemukan jalannya, tidak peduli seberapa besar rintangan yang ada.

Ara dan Bernard telah menjalin hubungan yang indah selama tiga tahun. Mereka saling melengkapi: Ara dengan keceriaannya dan Bernard dengan sikapnya yang tenang. Namun, kisah cinta mereka yang terlihat sempurna perlahan berubah ketika Bernard mulai merasa jenuh dengan rutinitas hubungan mereka.

Di tempat kerjanya, Bernard bertemu dengan Sari, seorang rekan baru yang cerdas, karismatik, dan penuh perhatian. Sari sering mendengarkan keluhan Bernard tentang pekerjaannya, bahkan terkadang tentang hubungannya dengan Ara. Awalnya, Bernard hanya merasa nyaman berbicara dengan Sari, tetapi lama-kelamaan ia mulai merasakan hal yang lebih dari sekadar persahabatan.

Ara mulai merasakan perubahan sikap Bernard. Ia menjadi lebih sering pulang terlambat, jarang memberi kabar, dan mulai menghindari diskusi tentang masa depan mereka. Ketika Ara mencoba berbicara, Bernard selalu memberi alasan bahwa ia sibuk dengan pekerjaan.

Pada akhirnya, Ara mengetahui kebenarannya melalui pesan-pesan di ponsel Bernard. Hatinya hancur ketika ia mengetahui bahwa Bernard telah menjalin hubungan dengan Sari di belakangnya. Ara mencoba berbicara dengan Bernard untuk mencari kejelasan, tetapi Bernard memilih untuk mengakhiri hubungan mereka dan memutuskan bersama Sari.

Patah hati, Ara berusaha bangkit. Ia menemukan dukungan dari teman-teman dan keluarganya, yang membantunya menyadari bahwa ia layak mendapatkan seseorang yang benar-benar menghargai dan mencintainya. Ara memutuskan untuk fokus pada dirinya sendiri, mengejar impian-impian yang sempat ia tunda, dan membangun kehidupan baru tanpa Bernard.

Sementara itu, hubungan Bernard dan Sari juga tidak berjalan mulus. Sari merasa Bernard tidak sepenuhnya jujur dan terkadang masih teringat pada Ara. Bernard mulai menyadari kesalahannya, tetapi semuanya sudah terlambat. Ara telah melangkah maju, menemukan kebahagiaan dan cinta baru yang jauh lebih tulus.

Cerita ini menjadi pelajaran bagi Bernard dan Ara: kejujuran dan komitmen adalah pondasi cinta yang sejati, dan kehilangan adalah harga yang mahal untuk sebuah pengkhianatan.

Sari kini menjadi seorang seniman lukis yang selalu tenggelam dalam dunia warna dan imajinasinya. Sementara itu, Bernard adalah seorang arsitek berbakat yang perfeksionis. Mereka bertemu secara tak sengaja di sebuah galeri seni di Bandung, ketika Bernard terpukau oleh salah satu lukisan karya Sari yang menggambarkan sebuah rumah di tengah taman bunga.

Bernard mendekati Sari, mengungkapkan rasa kagumnya pada lukisan itu, dan bertanya, “Apa yang menginspirasi Anda melukis ini?”

Sari tersenyum, “Impian. Saya selalu membayangkan rumah yang damai, tempat cinta bisa tumbuh tanpa batas.”

Percakapan mereka berkembang menjadi obrolan panjang tentang seni, arsitektur, dan filosofi hidup. Bernard menemukan bahwa di balik kelembutan Sari, ada tekad dan keteguhan hati yang luar biasa. Begitu pula Sari, yang melihat sisi lembut dalam diri Bernard yang biasanya serius dan kaku.

Waktu berlalu, cinta mereka tumbuh. Bernard mulai merancang rumah impian berdasarkan lukisan Sari. Setiap sudut rumah itu adalah perpaduan seni dan arsitektur—taman bunga yang hidup dari imajinasi Sari, dan desain modern khas Bernard. Proyek itu menjadi simbol cinta mereka.

Namun, perjalanan cinta mereka tidak selalu mulus. Bernard mendapat tawaran pekerjaan besar di luar negeri, yang mengharuskan mereka berjauhan. Sari mendukung keputusannya, meskipun hatinya berat. Mereka menjaga cinta mereka melalui surat dan panggilan video, sambil berharap waktu akan mempertemukan mereka lagi.

Setelah dua tahun berpisah, Bernard kembali dengan membawa kejutan. Dia telah menyelesaikan pembangunan rumah impian mereka. Di depan rumah itu, di tengah taman bunga yang indah, Bernard melamar Sari dengan kata-kata yang sederhana namun tulus, “Maukah kamu menjadi bagian dari hidupku selamanya?”

Dengan air mata bahagia, Sari menjawab, “Ya.”

Rumah itu menjadi saksi bisu cinta mereka—cinta yang tak lekang oleh waktu, jarak, dan cobaan.

Sementara itu ....

Ara dan Indra, dua jiwa yang berbeda latar belakang namun saling melengkapi, pertama kali bertemu dalam sebuah acara seni di kota kecil mereka. Ara, seorang mahasiswi seni rupa yang penuh semangat, sedang memamerkan lukisannya di sebuah galeri terbuka. Sedangkan Indra, seorang arsitek muda yang baru saja kembali ke kampung halamannya setelah bertahun-tahun tinggal di luar kota, kebetulan mampir ke acara itu untuk mencari inspirasi.

Hari itu hujan gerimis, menciptakan suasana syahdu di galeri yang terletak di tepi sungai. Ara sibuk menjelaskan konsep lukisannya kepada para pengunjung, sampai akhirnya dia melihat seorang pria berperawakan tinggi, berpenampilan sederhana namun karismatik, berdiri lama di depan salah satu lukisannya.

“Lukisan ini unik. Apa yang menginspirasi kamu melukis ini?” tanya Indra, dengan nada serius.

Ara, yang awalnya agak gugup, menjawab, “Ini tentang bagaimana hujan bisa membawa kenangan. Hujan sering kali dianggap sendu, tapi bagi saya, ada keindahan di balik setiap tetesnya. Seperti cinta, kadang datang tanpa disangka.”

Jawaban Ara membuat Indra tersenyum kecil. “Kamu seperti punya cara sendiri melihat dunia. Itu menarik.”

Percakapan mereka mengalir begitu saja, mulai dari seni hingga kehidupan. Indra, yang awalnya hanya berniat mampir sebentar, akhirnya menghabiskan hampir seluruh sore itu bersama Ara. Saat acara selesai, Indra menawarkan untuk mengantar Ara pulang karena hujan semakin deras.

Malam itu menjadi awal dari persahabatan mereka. Mereka sering bertemu, baik di galeri maupun kafe kecil di dekat kampus Ara. Ara menemukan bahwa Indra adalah sosok yang tenang, pendengar yang baik, dan memiliki wawasan luas. Sementara Indra merasa Ara adalah angin segar dalam hidupnya yang sebelumnya terasa monoton.

Suatu hari, setelah beberapa bulan mereka sering bersama, Indra mengajak Ara ke sebuah taman kota yang penuh dengan bunga matahari. Ara terlihat begitu bahagia, terutama saat Indra memberinya sebuah kanvas kosong dan meminta Ara melukis apa pun yang dia inginkan.

“Saya ingin kamu melukis sesuatu yang menurutmu menggambarkan kita,” kata Indra dengan nada lembut.

Ara pun mulai melukis. Di atas kanvas, ia menggambarkan sebuah matahari yang bersinar di balik awan hujan, simbol dari hubungan mereka yang saling melengkapi.

Setelah lukisan itu selesai, Indra memegang tangan Ara dan berkata, “Ara, aku tahu ini mungkin terlalu cepat, tapi setiap hari bersamamu membuatku merasa bahwa hidup lebih berwarna. Aku ingin kita melukis cerita bersama, bukan hanya di kanvas, tapi di kehidupan nyata. Maukah kamu jadi bagian dari hidupku?”

Ara terdiam sejenak, merasa haru. Lalu, dia mengangguk dan berkata, “Aku juga merasa hal yang sama. Aku mau.”

Sejak hari itu, mereka resmi menjadi pasangan. Indra selalu mendukung impian Ara untuk menjadi pelukis profesional, sementara Ara selalu memberi semangat pada Indra dalam setiap proyek arsiteknya. Hubungan mereka dipenuhi dengan kejutan kecil, petualangan sederhana, dan cinta yang tumbuh semakin dalam.

Hujan dan mentari, dua elemen yang berbeda, namun ketika bersama, menciptakan pelangi yang indah—begitulah Ara dan Indra menggambarkan cinta mereka.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel