Cinta Ara pada Steven berujung maut
Ara dan Steven pertama kali bertemu saat mereka berusia 5 tahun. Keduanya adalah tetangga baru di sebuah perumahan kecil yang tenang. Ara baru pindah dari kota lain, sementara Steven adalah anak tunggal yang senang bermain di luar rumah. Pertemuan pertama mereka terjadi di taman kompleks ketika Steven melihat Ara duduk sendirian memegang boneka. Dengan rasa ingin tahu khas anak kecil, Steven menghampirinya dan berkata, "Hei, kamu mau main? Aku punya mobil-mobilan!" Ara yang awalnya pemalu, akhirnya mengangguk dan sejak saat itu mereka menjadi teman tak terpisahkan.
Masa SD: Sahabat Sejati
Selama masa SD, Ara dan Steven selalu duduk berdekatan di kelas. Mereka sering berbagi bekal, belajar bersama, dan bermain sepulang sekolah. Ara dikenal sebagai anak yang cerdas dan suka menggambar, sementara Steven lebih aktif dan senang bermain olahraga. Meskipun berbeda minat, mereka selalu mendukung satu sama lain.
Ada satu kejadian lucu ketika mereka kelas 3 SD. Steven pernah membela Ara saat teman-teman lain mengejek gambarnya yang "terlalu imajinatif". Dengan gagah, Steven berdiri dan berkata, "Kamu nggak ngerti seni, makanya jangan ngejek!" Setelah itu, Ara tersenyum dan berkata, "Steven, kamu benar-benar superhero-ku."
Namun, ada juga momen-momen yang lebih emosional. Ketika Ara kehilangan kucing kesayangannya, Steven menghabiskan waktu seharian mencarinya bersama Ara. Meskipun mereka tidak menemukan kucing itu, kehadiran Steven membuat Ara merasa tidak sendirian.
Masa SMP: Tumbuh Bersama
Memasuki masa SMP, hubungan mereka mulai berubah. Ara dan Steven mulai memiliki lingkaran pertemanan yang berbeda. Ara bergabung dengan klub seni, sementara Steven aktif di tim sepak bola sekolah. Meskipun begitu, mereka tetap menjaga persahabatan.
Salah satu momen berkesan adalah ketika Ara menjadi ketua panitia lomba mural sekolah. Ara meminta bantuan Steven untuk membawa cat dan peralatan yang berat. Steven, yang selalu ingin membantu Ara, dengan senang hati setuju. Di momen itu, Steven mulai menyadari bahwa Ara bukan hanya sahabat, tapi juga seseorang yang istimewa baginya.
Namun, pada tahun kedua SMP, Steven mulai merasa cemburu ketika Ara mulai sering bersama teman laki-laki dari klub seni. Ara, yang menyadari perubahan sikap Steven, bertanya, "Kenapa kamu jadi aneh akhir-akhir ini?" Steven hanya menjawab singkat, "Nggak apa-apa." Meskipun ada jarak di antara mereka, mereka tetap saling peduli.
Masa SMA: Awal Cinta
Di SMA, hubungan mereka semakin rumit. Ara dan Steven masuk sekolah yang sama tetapi mengambil jurusan berbeda. Ara di jurusan seni, sementara Steven di jurusan IPA. Mereka mulai jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Namun, Steven diam-diam selalu memperhatikan Ara dari jauh.
Pada suatu hari, saat festival sekolah, Ara tampil membawakan tarian tradisional. Steven, yang biasanya tidak peduli pada acara seni, hadir di barisan depan. Setelah penampilan Ara selesai, Steven memberanikan diri memberikan bunga yang ia beli. "Kamu keren banget tadi," katanya sambil tersipu. Ara tersenyum, "Makasih, Steven. Kamu juga keren karena berani nonton acara seni!"
Hubungan mereka mulai semakin dekat. Steven sering mengantar Ara pulang dan sesekali membantu Ara menyelesaikan tugas seni dengan caranya sendiri. Namun, di tengah kedekatan itu, muncul tantangan. Ara mendapatkan tawaran untuk mengikuti program pertukaran pelajar selama satu tahun. Steven, meskipun berat, mendukung keputusan Ara. "Aku tahu ini penting buat kamu. Aku bakal nunggu kamu pulang," katanya dengan tulus.
Akhir Masa SMA: Pilihan Hidup
Ketika Ara kembali dari program pertukaran pelajar, ia mendapati Steven yang semakin dewasa dan sibuk dengan persiapan kuliah. Ara juga sibuk mengejar impiannya untuk masuk ke sekolah seni. Di malam perpisahan sekolah, Steven akhirnya mengungkapkan perasaannya, "Ara, aku nggak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tapi aku ingin kamu tahu, aku selalu suka sama kamu sejak kita kecil."
Ara terkejut, tetapi ia juga merasa hal yang sama. "Steven, aku juga merasa begitu, tapi aku takut. Hidup kita setelah ini mungkin akan berubah." Mereka memutuskan untuk tetap menjaga hubungan, apa pun yang terjadi di masa depan.
Kisah Ara dan Steven adalah perjalanan tumbuh bersama, belajar menghadapi perubahan, dan merawat rasa yang tumbuh sejak kecil. Meskipun mereka belum tahu akhir cerita mereka, keduanya yakin bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan selalu menjadi bagian penting dalam hidup satu sama lain.
Setelah lulus SMA, Ara dan Steven memutuskan untuk tetap bersama meskipun mereka harus menjalani hubungan jarak jauh (LDR). Ara diterima di sebuah universitas seni ternama di kota besar, sementara Steven mendapatkan beasiswa jurusan teknik di kota lain. Mereka berdua yakin, meskipun jarak memisahkan, cinta yang telah terjalin sejak kecil cukup kuat untuk bertahan.
Awal LDR: Harapan dan Kerinduan
Di awal masa kuliah, mereka rajin berkomunikasi. Setiap malam, Steven akan menelepon Ara, membicarakan hari-hari mereka. Ara sering mengirimkan gambar hasil karyanya, sementara Steven membalas dengan foto-foto dirinya sedang sibuk di laboratorium. Mereka saling menguatkan saat menghadapi tekanan perkuliahan.
Namun, jarak mulai terasa semakin nyata ketika kesibukan masing-masing meningkat. Ara sering terlibat dalam pameran seni, sementara Steven harus menyelesaikan proyek besar di jurusannya. Komunikasi mereka mulai berkurang, tetapi Steven selalu memastikan untuk mengirim pesan setiap pagi: “Jangan lupa makan ya, Ara. Aku sayang kamu.”
Cobaan dalam Hubungan
Masalah mulai muncul ketika seorang teman kuliah Ara, Dimas, terlihat sering bersama Ara. Foto-foto mereka yang diunggah di media sosial membuat Steven merasa cemburu. Suatu malam, Steven menelepon Ara, suaranya terdengar tegang.
“Kenapa kamu nggak pernah cerita soal Dimas?” tanyanya.
Ara menjelaskan dengan tenang, “Dia cuma teman, Steven. Aku nggak akan pernah menggantikan kamu.”
Meskipun Ara meyakinkan Steven, rasa tidak aman itu tetap ada. Steven mencoba mengalihkan pikirannya dengan lebih fokus pada kuliah, tetapi tekanan emosional mulai memengaruhi kesehatannya. Ia menjadi sering sakit kepala dan kurang tidur, namun ia menyembunyikan hal itu dari Ara agar tidak membuatnya khawatir.
Pertemuan yang Tertunda
Rencana untuk bertemu saat liburan semester pun gagal karena jadwal mereka yang bentrok. Steven, yang sangat merindukan Ara, mulai menulis surat panjang untuk Ara. Dalam surat itu, ia menceritakan betapa ia merasa lelah dengan jarak yang memisahkan mereka tetapi tetap ingin berjuang demi hubungan mereka.
Namun, surat itu tidak pernah dikirimkan.
Kabar Tragis
Pada suatu malam, Ara mendapat telepon dari nomor tidak dikenal. Suaranya gemetar ketika seorang pria di ujung telepon berkata, “Ara, ini teman Steven. Aku harus kasih tahu sesuatu... Steven mengalami kecelakaan.”
Steven meninggal dunia dalam perjalanan pulang ke asrama setelah lembur mengerjakan proyek kuliah. Kendaraan yang ia tumpangi tergelincir di jalan licin karena hujan. Ara tidak bisa percaya. Dunianya seakan runtuh.
Kenangan Terakhir
Saat Ara datang ke pemakaman Steven, ia menemukan surat yang belum pernah ia baca. Surat itu ditemukan di meja belajar Steven oleh teman sekamarnya. Dalam surat itu, Steven menulis:
“Ara, aku tahu LDR ini sulit, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu. Bahkan jika suatu hari aku tidak ada di sampingmu, aku harap kamu tetap melukis, tetap menjadi Ara yang aku kenal. Kamu adalah cahaya di hidupku, dan aku selalu bangga denganmu.”
Ara membaca surat itu sambil menangis. Ia merasa kehilangan bukan hanya sahabat kecilnya, tetapi juga belahan jiwanya.
Setelah Kepergian Steven
Kepergian Steven meninggalkan luka mendalam bagi Ara. Namun, ia bertekad untuk menghormati kenangan mereka. Ara melanjutkan mimpinya sebagai seniman dan mendedikasikan pameran besar pertamanya untuk Steven. Di salah satu lukisan, ia menggambarkan dua anak kecil yang duduk di bawah pohon mangga, mengenang masa kecil mereka yang penuh tawa.
Cinta Ara dan Steven mungkin berakhir tragis, tetapi kenangan mereka akan terus hidup dalam hati Ara, mengingatkan bahwa cinta sejati tidak pernah benar-benar hilang.