Pustaka
Bahasa Indonesia

Let's Fallin Love With Me

54.0K · Tamat
YeosinD
48
Bab
247
View
9.0
Rating

Ringkasan

Perjalanan hidup yang terkadang tak seperti yang di inginkan membuat Riska harus menuruti perintah dari ibunya. Meski hanya seorang ibu sambung tapi peran Miranti sangat kuat sehingga mampu membuat Riska menuruti keinginannya untuk menikahkan Riska dengan seorang pria kaya yang arogan. Danindra adalah pria kaya yang usianya sudah lumayan jauh dari Riska namun perjodohan yang harus lakukannya dengan Riska yang masih muda bukanlah atas dasar cinta. Harta dan tahta yang di milikinya adalah alasan kenapa Danindra memilih Riska sebagai istri kontraknya. Keterpaksaan Riska yang menerima perjodohan itu adalah karena Dinda, sang adik yang sedang sakit parah. Mampukah Riska menjalani kehidupannya sebagai istri yang di kontrak di masa mudanya?.

RomansaIstriKawin KontrakPernikahan

Percuma

Riska masih duduk di pinggiran ranjangnya. Pikirannya masih merasa tak habis pikir dengan ibunya yang memintanya untuk menikah dengan pria kaya yang sudah berumur. Jarak usia mereka yang terpaut lebih dari 10 tahun membuat Riska bergidik ngeri setiap kali membayangkannya terlebih lagi pria itu sama sekali tidak di kenalannya.

Entah bagaimana ibunya bisa mengenal pria itu dan berpikir menikahkan aku dengannya padahal aku masih kelas 2 SMA yang seharusnya lebih mementingkan belajarku daripada pernikahan yang belum waktunya aku pikirkan.

Tok ... Tok ... Tok ...

Seseorang mengetuk pintu kamar Riska sehingga membuatnya terkejut dan langsung membuyarkan lamunannya. Kini pandangan mata Risa tertuju pada pintu yang ada di hadapannya yang masih tertutup.

Ceklek.

Riska membuka pintu kamarnya perlahan dan melihat ibunya telah berdiri dengan tegak di balik pintu yang kini telah di bukanya.

"Ibu. Ada apa Bu?" Tanya Risa dengan suara pelan.

"Ada apa? Ini baju untukmu. Pakai ini nanti saat pertemuan dengan tuan muda! Dan ingat yah kamu tidak boleh menolak perjodohan ini! Mengerti," kata Miranti, ibu tirinya Riska.

Semenjak berumur 2 tahun, Riska memang di besarkan oleh ibu tirinya sebagai pengganti ibu kandungnya yang telah tiada. Meski awalnya ibu tirinya itu sangat baik namun kini setelah ayahnya meninggal dan usaha mereka bangkrut, ibunya berubah menjadi seseorang yang sedikit kasar dan bertindak seenaknya terhadap Riska.

Meski sedih, terkadang Riska harus berusaha menyembunyikan rasa sedihnya itu dari adiknya yang masih berusia 10 tahun. Adiknya perempuannya yang menderita penyakit kanker itu hanya bisa menghabiskan waktunya di dalam kamarnya saja namun meskipun begitu, uang untuk biaya berobatnya harus terus berjalan agar nyawanya bisa selamat.

"Ta-tapi Bu, aku kan ngga kenal sama pria itu lagi pula aku juga masih sekolah Bu jadi ngga mungkin kan kalau aku menikah. Nanti bagaimana dengan sekolahku?" Tanya Riska pada ibu tirinya itu.

"Sekolah? Kamu malah memikirkan sekolah?. Dengar yah Riska, sekarang ini ayahmu sudah tidak ada dan malah meninggalkan hutang yang sangat banyak belum lagi adik kamu yang butuh uang banyak untuk berobat, lalu apa kamu malah akan mementingkan sekolahmu di bandingkan adikmu?" Tanya Miranti pada Riska.

Riska terdiam mendengar kata-kata ibunya. Riska masih tak mengerti dengan apa yang di maksud oleh ibunya. Dirinya memang sangat sedih karena adiknya membutuhkan banyak uang untuk berobat sedangkan mereka tak punya uang tapi Riska masih tak mengerti kenapa ibunya malah menyuruhnya untuk menikahi pria kaya yang sudah tua.

"Lalu kenapa ibu malah menyuruhku menikah dengan pria itu Bu? Memangnya apa hubungannya dengan pria itu? Apa kalau aku menikah dengannya semuanya akan menjadi baik?" Tanya Riska dengan polosnya.

"Tentu saja karena semua biaya pengobatan adikmu akan di tanggung olehnya dan juga semua hutang ayahmu yang sangat banyak itu akan di bayar lunas olehnya," kata Miranti menjelaskan.

Riska semakin tak mengerti dengan apa yang di maksud oleh ibunya. Di dalam hatinya, Riska hanya berpikir bagaimana dengan nasib hatinya yang tengah menyukai Aldiano, kakak kelas yang sangat baik padanya.

"Lagipula kamu tenang saja. Ini hanya pernikahan kontrak kok jadi tidak akan lama," kata ibunya mencoba menghibur Riska.

"Apa? Pernikahan kontrak?" Tanya Riska dengan mata yang membulat.

Riska masih tak habis pikir dengan jalan pikiran Ibunya yang menyuruhnya untuk menikah kontrak dengan pria kaya yang sudah jauh lebih tua darinya. Sebelumnya Risma hanya tahu pernikahan kontrak dari sinetron yang di tontonnya di tv. Riska sama sekali tak menyangka jika dirinya akan mengalami hal seperti itu juga.

"Lalu sampai kapan pernikahan kontrak itu akan berlangsung Bu?" Tanya Riska lagi. Suaranya kini terdengar semakin bergetar. Riska masih merasa sangat shock karena tahu jika pernikahan yang selama ini ibunya katakan ternyata hanyalah pernikahan kontrak atas dasar tak saling suka.

Sembari bertanya, Riska juga masih terus berpikir dan berusaha mencari jalan keluar selain menikah dengan pria kaya yang sudah tua itu apalagi menurut berita yang di dengarnya, pria itu sangatlah arogan, membuat Riska semakin tak ingin menikah dengan pria itu.

"Yah kalau masalah itu, ibu sendiri tidak tahu. Itu semua tergantung dari keinginan tuan muda itu sendiri. Apakah dia ingin pernikahan kontaknya itu hanya berlangsung satu tahun, dua tahun atau bahkan bisa lebih lama dari itu," kata ibunya menjelaskan.

"Itu lama sekali Bu. Apa tidak ada jalan lain agar aku kita bisa menyelesaikan semua masalah kita tanpa aku harus menikah dengannya?" Tanya Riska.

"Memangnya kamu bisa apa hah? Kamu bisa menghasilkan uang yang banyak untuk melunasi hutang ayahmu dan untuk berobat adikmu itu? Tidak kan? Jadi sudahlah tidak usah mengeluh. Kamu sekarang sebagai tulang punggung di keluarga ini menggantikan ayahmu yang sudah tidak ada jadi kamu harus melakukan ini semua untuk membuat kita tetap bertahan karena aku sudah tidak mau lagi terus-terusan di kejar-kejar oleh para rentenir itu," kata ibunya.

Setelah mengatakan panjang lebar, langkah kaki ibunya langsung pergi meninggalkan Riska yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya. Matanya sedikit berkaca-kaca. Riska sama sekali tak bisa membayangkan bagaimana nanti nasibnya setelah menikah dengan pria tua yang arogan itu.

Jika melihat di tv saat sedang di wawancara, pria yang akan di jodohkan dengannya memanglah sangat tampan bahkan lebih tampan daripada Aldiano, pria yang Riska sukai tapi tetap saja itu semua tak bisa merubah kenyataan bahwa pria itu adalah pria tua yang arogan.

Sudah tak di pungkiri lagi bahwa pria itu memang sangat arogan. Beberapa artikel bahkan pernah membahas betapa arogannya pria itu namun berkat ketampanan dan kecerdasannya yang luar biasa mampu membuatnya di juluki sebagai pengusaha muda tersukses sehingga dia sering di undang di beberapa tv untuk di wawancara.

Tatapan mata Riska kembali lagi pada baju berwarna merah yang di berikan oleh ibunya tadi. Riska masuk ke dalam kamarnya dan melihat baju berwarna merah yang masih di pegangnya.

Dress berwarna merah yang terkesan berani itu ternyata sangat pendek menutut Riska. Panjang baju itu bahkan seatas lututnya dengan model lengan yang sangat terbuka sehingga akan menampakkan bahunya yang mulus saat di pakai nanti.

Dengan tubuhnya yang tinggi semampai seperti seorang model dan kulitnya yang mulus dan seputih susu membuat Riska akan semakin cocok jika menggunakan baju yang di berikan oleh ibunya. Hani masih tak tahu apakah itu adalah baju yang di pilihkan oleh ibunya atau pria itu yang memilihkannya untuk dirinya.

"Apa aku tidak akan terlihat seperti Pela*ur saat menggunakan baju ini?" Batin Riska.

Riska melemparkan baju itu ke atas kasurnya sementara dirinya ikut berbaring di samping baju yang tadi di lemparnya begitu saja.

"Dulu aku selalu berpikir bahwa aku akan menjadi seorang wanita karir yang sangat sukses dan memiliki keluarga yang bahagia tapi kenapa semuanya malah jadi begini yah? Aku malah di paksa untuk menikah kontrak dengan pria gila," kata Riska yang merasa sedikit kesal.

"Pokoknya aku akan membuat pria itu merasa ngga nyaman sama aku sehingga dia bisa memutuskan untuk tak jadi menikah dengan ku," kata Hani. "Ya itu benar. Aku harus melakukan itu," kata Riska yang mendadak menjadi bersemangat.

Riska merasa sudah menemukan jalan keluar meskipun kemungkinannya sangat kecil tapi itu berhasil membuat senyum Manisnya muncul dari bibir kecilnya. Selama ini Riska hanya menginginkan dirinya bisa bersekolah dengan baik dan lulus dengan nilai yang memuaskan agar nantinya dia bisa mencari pekerjaan yang baik untuk merubah kehidupan keluarganya.

Yang Riska tahu ibunya selama ini selalu bekerja namun entah kenapa ibunya selalu mengatakan tak punya uang bahkan hanya untuk makan saja kami selalu menjual barang yang ada di rumah sehingga sekarang keadaan rumah kami menjadi sangat kosong karena tak ada lagi barang yang tersisa.

Mata Riska terbelalak saat baru membuka pintu rumah sakit dan melihat seorang gadis memejamkan matanya dengan sangat rapat. Riska yang merasa penasaran pun langsung menuju ke arahnya.

“Din,” kata Riska sembari menyentuh pipi kanan Dinda dengan telapak tangannya.

Tak ada jawaban apapun dari Dinda hingga membuat Riska panik. Kepanikan Riska semakin menjadi saat mengingat penyakit yang di derita oleh Dinda semakin parah.

“dok, dokter....” Riska berteriak keras memanggil dokter yang tak kunjung datang sementara keringat dingin dan rasa paniknya semakin menjadi.