Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Miliknya

Jaxton mematikan sambungan conference meeting setelah ia menutup pertemuan dengan para staf Quinn Entertainment.

Saat waktu baru menunjukkan pukul dua belas siang, dimana seharusnya dia masih bekerja di Gedung Quinn Entertainment.

Namun ketika pagi tadi seorang gadis dengan wajah secantik boneka dan tubuh yang memukau memasuki ruangannya untuk melakukan interview sebagai Sekretaris Eksekutif, ia pun tak mampu lagi menahan hasratnya.

Audriana Camelia.

Seulas senyum tipis terukir di bibir pink pucat itu kala mengingat bagaimana sensualnya tubuh perawan yang dimiliki gadis itu.

Semuanya masih begitu alami, begitu murni dan mulus kencang serta memikat.

Kulit kuning langsat Audriana yang beraroma apel membuat Jaxton tergila-gila, hingga tanpa sadar ia telah menciptakan belasan jejak kemerahan serta gigitan gemas di beberapa tempat di tubuh Audriana.

"Ah, shit!!!"

Jaxton mengutuk reaksi tubuhnya yang langsung panas dan mengeras maksimal ketika otaknya telah dipenuhi bayangan sensual tubuh satu-satunya gadis yang ia telah ia hisap madu keperawannya.

Ia bahkan sama sekali belum merasa puas menikmati tubuh itu. Ia masih ingin bercinta dengan penuh gairah panas dan liar dengan Audriana.

Dan hal itu sangatlah aneh, mengingat Jaxton tidak pernah sudi mengulang percintaan dengan wanita mana pun, secantik dan seseksi apa pun, lebih dari satu kali.

Tubuhnya. Ya, mungkin karena itu.

Tubuh Audriana memang luar biasa menawan, jika ia boleh memuji.

Meskipun gadis itu menutupinya dengan pakaian kerja yang longgar dan tidak menarik ketika pertama kali ia memasuki ruang kerja CEO, namun sebagai player kelas berat, Jaxton pun seketika dapat langsung mengenali sebutir berlian yang berkilau dari balik tumpukan debu.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan mesum Jaxton yang mulai melantur kemana-mana mengenai Audriana.

"Masuk!"

Pintu itu pun terbuka, dan masuklah seorang lelaki muda berparas tak kalah tampan dari Jaxton. "Maaf, Tuan Jaxton. Apa anda memanggil saya?"

"Masuklah, Geo!" Tukas Jaxton kepada ajudan pribadinya yang bernama Geovan Aditya.

Ajudan itu pun menutup pintu dan masuk ke dalam ruang kerja Jaxton dengan langkah ringan. Ia berhenti tepat di depan meja kerja Tuannya dan membungkuk penuh hormat. "Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

Jaxton tak langsung menjawab. Sejenak ia kembali meraih sebuah dokumen yang mungkin sudah puluhan kali ia baca. Bahkan Jaxton pun sudah menghapalnya di luar kepala.

Dokumen yang berisi riwayat hidup serta sisi-sisi kehidupan seorang Audriana Camelia.

Gawat. Ia harus segera mengenyahkan Audriana dari pikirannya. Jaxton tidak suka mengetahui kalau seorang wanita telah membuatnya kacau dan sulit berkonsentrasi bekerja.

"Bawakan lima orang wanita paling cantik, seksi dan mahir di ranjang untuk melayaniku, sekarang." Jaxton berucap dengan tatapan netra zamrud yang menghujam setajam elang kepada Geovan.

Ajudan itu sama sekali tidak terlihat kaget dengan permintaan gila bosnya itu. Jaxton Quinn telah terkenal dengan hasrat seksual yang meledak-ledak, dan dilayani oleh lima orang jalang adalah hal biasa baginya.

Dengan wajah datar, Geovan pun mengangguk. "Baik, Tuan. Apakah ada lagi permintaan Tuan yang ingin disampaikan?"

"Tidak Geo, itu saja. Pergilah dan bawa mereka segera ke hadapanku."

Dengan menekan perasaan ingin bertanya tentang kondisi Audriana, Jaxton pun mengusir Geovan agar segera pergi dari ruangannya.

"Baiklah, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu." Geovan menundukkan kepalanya sebelum ia mundur dan membuka pintu.

"Tunggu."

Suara berat itu membuat Geovan serta merta menghentikan langkahnya dengan satu tangan yang masih berada di pegangan pintu.

"Bagaimana kondisi Audriana?'

Shit!! Jaxton mengutuk dirinya sendiri ketika ia ternyata tidak mampu untuk menahan rasa penasaran kepada gadis yang telah ia klaim sebagai miliknya itu.

"Nona Audriana tadi mengamuk, Tuan. Ia marah sekali ketika tidak diperbolehkan pergi dari rumah ini."

Jaxton menaikkan satu alisnya dengan ekspresi tertarik. Seulas senyum yang teramat tipis hingga hampir tak kentara terlukis di bibir pink pucatnya. Ah, kelinci kecilnya itu ternyata bisa mengamuk juga. Menggemaskan sekali!

"Tapi semuanya sudah aman terkendali, Tuan Jaxton. Dia sudah disuntik obat tidur dan sekarang sedang beristirahat di kamarnya," Geovan pun kembali menginformasikan.

"Bagus, kalau begitu sekarang pergilah."

Sepeninggal Geovan, Jaxton pun langsung mendesah berat. Ia melepaskan jas abu-abu gelap serta dasinya, lalu melemparkan semua benda itu dengan asal ke atas sofa.

Aaah!!! Kenapa tubuhnya sepanas api yang membara, membayangkan Audriana yang sedang terlelap di atas ranjang?

Sial. Sungguh, ia akan menghilangkan bayangan Audriana dari otaknya dengan bercinta habis-habisan dengan lima orang jalang yang dibawakan Geovan!

***

"Oh yes... Ah, Audriana. Ssshh... Kau hebat sekali."

Jaxton menggerak-gerakkan bokongnya untuk mendorong tongkat besarnya yang memiliki panjang di atas normal itu ke dalam mulut seorang wanita yang melahapnya dengan rakus.

Sedari tadi ia terus meracaukan nama Audriana, meskipun bukan Audriana yang sedang mengulum juniornya.

Empat orang jalang sudah tergeletak pingsan tak berdaya di atas karpet, di atas sofa, di kursi kerja serta di atas meja akibat ulahnya yang brutal dalam melampiaskan nafsu yang seakan tidak bisa padam.

Tinggal satu orang wanita bayaran yang terlihat masih mampu melayaninya, meskipun terlihat sekali wajahnya begitu lelah. Sejak tadi ia terus berusaha mengulum milik Jaxton walaupun kesulitan karena ukurannya yang super extra large.

Tiba-tiba Jaxton menjambak rambut bercat pirang panjang wanita itu untuk menarik kepalanya dengan kasar lalu membanting tubuh telanjangnya ke atas meja.

"Menungginglah, bitch!" Titahnya dingin kepada wanita yang sekujur tubuhnya telah gemetar kelelahan karena beberapa jam tanpa henti melayani nafsu binatang Jaxton.

Jaxton menyodok lubang kenikmatan wanita itu dengan sangat kasar dan tanpa ampun, membuat wanita yang sedang menungging di atas meja itu pun menjerit-jerit kesakitan.

Namun ia tak berdaya sebab Jaxton mencengkram pinggangnya dengan keras.

"Tuan, ampun! Hentikaan!" Jerit wanita itu sembari mencakar-cakar permukaan meja dengan kukunya yang panjang bercat merah dan telah rusak, akibat cakaran tanpa sadarnya di permukaan kayu jati yang solid itu.

Namun seakan tuli, Jaxton terus saja menyodok dengan kuat. Pinggul kokohnya bergerak dengan cepat maju mundur tanpa jeda, tak membiarkan detik demi detik yang berlalu begitu saja tanpa kenikmatan yang memenuhi setiap pori-pori kulitnya.

"Audriana... Audriana... aaaakhhh!!" Jaxton terus meracaukan nama Audriana seperti seseorang psikopat yang sangat terobsesi pada targetnya. Ia tak pernah puas setiap kali membayangkan wajah dan tubuh molek seindah bidadari yang membuatnya gila.

"Fuck!!!"

Jaxton pun memaki keras ketika menyadari bahwa wanita jalang ke lima yang melayaninya ternyata juga telah ikut tak sadarkan diri.

Aaaarggh, ada apa dengan dirinya? Kenapa hasratnya sangat sulit dipadamkan??

Jaxton telah membuat lima wanita penghibur dengan jam terbang yang tinggi pingsan, namun rudal raksasanya masih saja tegak berdiri dan tidak ada tanda-tanda akan istirahat sama sekali.

Lelaki itu pun menyugar rambut coklatnya yang berantakan sambil tertawa kasar.

Sesungguhnya satu-satunya yang mampu menidurkan juniornya ini adalah Audriana, itulah kenyataan yang ingin ia sangkal sejak mengenal gadis cantik berambut panjang itu.

Meski masih ingin terus menyangkal, namun ia tidak bisa lagi mengabaikan rasa sakit karena nafsu yang tak terselesaikan.

Maka dengan cepat, Jaxton mengenakan bath robe hitam yang tersedia di dalam lemari ruang kerjanya, lalu segera menelepon Geovan ajudannya.

"Geo, aku minta kau bersihkan ruangan kerjaku ini. Usir dan bayar para jalang ini dengan harga setinggi mungkin agar mereka mau menutup mulutnya. Dan bawa Audriana ke ruang makan, sekarang."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel