Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Dipanggil Jalang Sialan

Bab 12 Dipanggil Jalang Sialan

Sore harinya, Viona yang hendak pulang, sedang menunggu ojek online yang dipesannya di halaman parkir kantor. Itu karena sahabatnya Intan sudah pulang lebih dulu karena ada urusan mendadak.

Tanpa sengaja Viona melihat Bu Nuni dengan sumringah hendak masuk ke dalam mobil Kemal, karena akan nonton bioskop berdua dengan lelaki yang memang sudah ditaksirnya. Beda halnya dengan Kemal terus tersenyum kecut di hadapan Viona.

“Ayo pulang bareng kita sekalian,” ajak Kemal yang tahu kalau Viona tidak membawa kendaraan hari ini.

Bu Nuni mendengar Kemal mengajak Viona ikut serta, langsung melirik ke arah Viona tak suka. Mulutnya monyong lima centimeter.

Dia lalu segera menandaskan. “Pak Kemal filmnya udah hampir mulai, tidak bakalan keburu kalau musti nganterin Viona pulang,”

“Barangkali saja Bu Nuni, Viona mau ikut serta. Tak ada salahnya, kan?” Kemal masih berharap.

Viona tatap lelaki ini. Setengah sebal, tapi juga setengah kesal.

He hee, sebenarnya Kemal cakep dan imut juga, ya, kalo meratap harap begitu, guman Viona dalam hati. Dan buru-buru ia memecahkan lamunan itu.

“Vi, ayo! Bareng kami,” Kemal masih membujuk.

“Alah, sudahlah Pak Kemal, kalau orangnya tidak mau, tidak usah dipaksa. Lagi pun Viona sudah memesan ojek online, jadi kita pergi sekarang saja ya,” ajak Bu Nuni tidak sabaran.

“Iya aku udah pesan ojek online,” kata Viona mengiyakan, lalu segera berlalu meninggalkan Kemal beserta Bu Nuni menuju teras depan lobi menunggu ojek pesanannya datang.

Setelah beberapa saat menunggu, datang seorang lelaki berjaket hijau, mirip jaket ojek online terlihat. Dia mengklakson Viona berkali-kali meminta untuk segera naik, tapi Viona enggan naik.

Alasannya, karena jaket itu hanya mirip, kenyataannya bukan jaket ojek online, dan plat motornya-pun tidak sama dengan ojek online yang Viona pesan.

Lelah tidak mendapatkan respon dari Viona, akhirnya lelaki yang memakai jaket hijau itupun membuka helm. Seketika Viona kaget saat melihat lelaki berjaket hijau itu adalah Zio, mantan kekasihnya.

“Viona, cepat naik,” perintah Zio dengan tegas.

Viona menggeleng acuh. “Aku tidak mau!” jawabnya dengan suara datar.

Mendengar penolakan Viona, Zio langsung turun dari motornya dan menarik paksa Viona agar mau ikut dengannya.

“Aku bilang naik dan ikut aku sekarang!” bentak Zio,

Viona langsung menepis tangan Zio, tidak terima disentuh oleh lelaki yang tadi malam hampir saja memperkosanya. Viona segera menjauh dari Zio yang menurutnya adalah sebuah ancaman.

“ Aku tidak mau dan jangan pernah sentuh aku! Paham kamu?!” teriak Viona penuh amarah.

Zio berjalan perlahan mendekati Viona. “Maafin aku atas perbuatan kurang ajarku tadi malam sama kamu, Vi. Aku nyesel, aku janji tidak akan mengulanginya lagi,” kata Zio sambil memegang kedua bahu Viona.

Lagi-lagi Viona menepis tangan Zio yang bersarang dibahunya. “Sudahku bilang jangan sentuh aku!”

“Vi, aku mau ke mana? Duniaku ada sama kamu,” rayu Zio sedikit lirih. Namun, jika biasanya Viona lumer, membayangkan sentuhan kasar Zio semalam, Viona menjadi jijik.

“Pergi menjauh dariku, karena semenjak kejadian tadi malam hubungan kita sudah berakhir!” teriak Viona dengan lantang, sehingga mengundang perhatian satpam yang sedang berjaga.

“Dengerin penjelasan aku dulu, Vi,” ucap Zio, meraup wajahnya gusar.

Viona menggeleng. “Tidak! Aku udah tidak mau denger penjelasan kamu lagi, karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah maafin kamu, Zio!”

“Kamu juga dengerin aku baik-baik, Vi! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah terima hubungan kita berakhir hanya karena masalah sepele seperti ini,” bentak Zio,

“Dan ingat, jangan harap kamu bisa hidup tenang, setelah apa yang kamu lakukan sama aku hari ini, aku pastikan suatu saat kamu akan menyesal Viona!” ancam Zio lalu terpaksa pergi karena melihat dua orang satpam mendekat ke arah mereka.

“Ada masalah apa, Mba Viona?” tanya satpam setelah kepergian Zio.

“Tidak ada apa-apa,” jawab Viona dengan senyum dipaksakan.

“Yang benar, Mba?” tanya satpam tidak langsung percaya.

“Iya, Pak,” jawab Viona, bertepatan dengan datangnya ojek online pesanannya. “Maaf, Pak. Saya permisi dulu ya,” pamit Viona, yang hanya dibalas anggukan kepala dua satpam tersebut.

Viona segera naik ke atas motor, dan segera memerintahkan si tukang ojek online menjalankan motornya meninggalkan tempatnya bekerja.

“Sesuai aplikasi, Mba?” tanya tukang ojek online kepada Viona.

“Iya, Bang,” jawab Viona.

DI TEMPAT LAIN ...

Zio yang sedang melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba berhenti di tepi jalan, karena hapenya berdering pertanda ada yang menelpon.

Zio segera mengambil hape yang di saku jaketnya dan melihat nama Manda muncul di layar hapenya.

“Tumben sekali Manda telpon,” pikir Zio lalu segera menjawab panggilan dari Manda.

“Halo, Manda. Ada apa? Tumben sekali telpon aku,” kata Zio bertanya to the point kepada istri sahabatnya.

“Zio, Joey lagi kritis sekarang dan dia butuh tambahan darah,” ucap Manda sambil menangis, membuat Zio diam mematung seperti orang linglung.

Zio yang masih belum tahu tentang kejadian yang menimpa Viona dan Joey setelah pulang dari rumahnya tadi malam, tidak langsung percaya dengan ucapan Manda.

“Bercandanya kamu tidak lucu, Manda!” tegur Zio akhirnya.

“Aku tidak bohong Zio. Aku serius, Joey lagi kritis sekarang dan butuh tambahan darah secepatnya,” teriak Manda dari sebrang sana.

“Apa yang terjadi sama Joey?” tanya Zio ingin tahu.

“Ini semua gara-gara pacar sialan kamu itu,” maki Manda penuh amarah.

“Hah ..., Viona. Kok bisa?”

“Ceritanya panjang Zio, nanti aku ceritain semuanya sama kamu. Tapi, sekarang bisakan kamu donorin darah buat suami aku?” tanya Manda penuh harap.

“Joey di rawat di mana?” tanya Zio akhirnya.

“Rumah Sakit Antonius,” jawab Manda cepat.

“Aku ke sana sekarang,” jawab Zio lalu mengakhiri panggilan dengan Manda.

Zio segera menyalakan motornya dan segera melajukan menuju rumah sakit di mana sahabatnya di rawat.

Di perjalanan menuju rumah sakit, Zio jadi berpikir apa yang terjadi dengan Joey sampai membuat sahabatnya itu kritis dan membutuhkan tambahan darah.

“Udah aku bayar lewat aplikasi ya, Bang,” ucap Viona dan segera turun dari motor ojek online yang sudah mengantarkannya sampai ke rumah sakit antonius.

“Siap, Mba. Tapi, jangan lupa bintang limanya ya Mba,” kata si tukang ojek online mengingatkan.

“Oke, Bang,” ucap Viona sambil mengacungkan kedua jempolnya.

“Makasih banyak, Mba.”

“Sama-sama, Bang,” jawab Viona ramah, lalu segera masuk ke dalam rumah sakit,

karena niatnya datang ke sini adalah untuk menjenguk Joey.

Viona melihat Joey sedang terbaring lemah tidak sadarkan diri, tanpa ada yang menemani dari jendela kaca ruangan rawatnya. Tanpa pikir panjang Viona langsung memutar knop pintu berniat masuk dan menemui Joey.

Tapi tanpa di duga Viona langsung di tepis dengan kasar oleh Manda yang baru saja kembali setelah menemui dokter.

“Ngapain kamu datang ke sini, hah?!” bentak Manda dengan mata melotot.

“Manda ... aku cuma mau jenguk Bang Joey,” kata Viona menjelaskan.

“Jalang Sialan, kamu tidak tahu, suamiku berjuang antara hidup dan mati, gara-gara kamu?” teriak Manda histeris.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel