Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1 Prolog

Bab 1 Prolog

"Aku benci perpisahan, apa pun itu bentuknya, perpisahan hanya akan meninggalkan luka yang entah kapan akan sembuh. Untuk apa saling mencintai, jika akhirnya tetap tak bisa bersama."

Bagi seorang DaviandraAlbara, perceraian kedua orangtuanya adalah hal yang paling ia benci dalam hidup. Ia baru lulus SMA saat itu, sudah cukup mengerti untuk mencerna apa yang dimaksud dengan perceraian. Ia hanya diam seribu bahasa saat ibunya mengatakan bahwa perceraian adalah solusi terbaik antara ia dan ayahnya.

"Mama dan Papa sudah tidak cocok lagi, nak!" Hanya kata-kata itu yang Bara ingat sampai saat ini.

Ketidakcocokan!

Walaupun Bara tahu bahwa bukan itu penyebab utama perpisahan mereka. Ayah Bara selingkuh, dengan wanita yang lebih muda usianya dari ibunya.

Sesungguhnya keluarga Bara sebelumnya adalah keluarga yang harmonis dan juga kaya, mereka mempunyai perusahaangarmentyang biasa memproduksi pakaian jadi dalam jumlah besar. Ibunya memiliki Store pakaian yang tersebar di beberapa Mall, dan wanita selingkuhan ayahnya itu adalah karyawan mereka sendiri. Seorang janda muda.

Bara yang merupakan anak sulung dari 2 bersaudara itu mempunyai wajah yang sangat tampan, tubuhnya tegap dan gagah. Ia memang mirip sang ibu, namun ketampanannya juga diwarisi dari ayahnya.

Kulitnya yang putih, dan perawakannya yang macho membuat Bara banyak digilai kaum hawa sejak ia remaja.

Bulan ini September, tepat 8 tahun ia sudah meninggalkan rumah orangtuanya. Bara menjadi instruktur Gym yang populer, hingga jarang sekali ia mengunjungi rumah orangtuanya. Kadang-kadang ia hanya akan menelepon bertanya tentang keadaan ibunya dan adiknya, Bulan yang tinggal di Batam.

Hidup mandiri dan pergi dari rumah mewahnya membuat Bara yang awalnya adalah anak badung dan suka menghabiskan uang orangtua itu kini menjelma menjadi pribadi yang dewasa. Terlebih ia telah banyak bertemu dan berinteraksi dengan berbagai macam orang.

Kepopuleran Bara dalam menjadi instruktur Gym menjadikannya sangat sibuk mengajar dari satu studio ke studio lainnya, sebut saja franchise-franchise dari Mega Gymyang terkenal di Indonesia. Ia sudah hampir menjadi instruktur di semua franchise tersebut.

Bara memang mempunyai skillcoaching yang bagus, ia juga selalu memperhatikan dan mengajarkan para membernya untuk menggunakan alat dengan baik dan benar.

Selain itu, Bara juga memang mengajarkan workout yang mudah diterima oleh para member yang ingin membentuk tubuh tanpa harus terbebani.

Ya, Bara tak hanya mengandalkan wajah tampannya saja, tapi ia juga seorang instruktur yang cerdas. Ia selalu mempunyai motto "menjadi instruktur tak hanya bermodalkan wajah tampan, tapi juga harus bisa mentransferkan ilmu yang dimiliki" untuk itulah ia sangat terkenal dan selalu mempunyai banyak member.

Seperti biasa, hari ini Bara akan melatih Gym di studio Cipta Raga. Jadwalnya hari ini jam 3 sore. Ia harus memberikan workout yang lumayan berat kepada membernya yang kebanyakan pemula.

Bara masih sibuk berjalan di treatmill setelah menyelesaikan tugasnya yang kurang lebih 2 jam tadi. Hanya ada beberapa member yang belum pulang dan tampak masih melakukan workout ringan. Entah itu hanya sit up, pullup, atau bahkan ada yang sekedar duduk-duduk saja menghabiskan waktu.

"Bang Bara, Aku dengar di atas ada kelas yoga juga ya?" Tanya salah seorang membernya yang juga berjalan di treatmill di sebelahnya.

"Oh ya? Aku belum tahu!" Bara menjawab sekenanya

"Jadi Abang tidaktahu kalau di atas ada instruktur yoga yang baru? Gila ... Cantik, bang!"

"Benarkah? Kenapa aku tak pernah melihatnya, ya?"

"Cobalah abang pulang lebih malam hari ini, siapa tahu kalian bertemu nanti. Orangnya cantik, body-nya oke ... Aduhai pokoknya!"

"Shit! Tahu juga kau dengan body aduhai"

"Hahaha ... Iyalah bang, aku juga laki-laki!"

Usai perbincangan yang singkat itu terjadi, Bara menjadi penasaran soal ucapan membernya tadi, bagaimana mungkin ia sampai tidak tahu soal itu. Padahal hampir setiap hari dirinya berada di tempat ini.

Bara lalu benar-benar tetap berada di studio sampai malam, ia memang terkadang tak pulang ke apartemennya dan menginap di studio ini. Studio yang bagaikan sudah seperti rumah keduanya. Ia pun sengaja menunggu sang instruktur yoga tersebut, mungkin saja mereka akan bertemu lalu berkenalan, pikirnya.

Ia kemudian turun ke bawah, ke area parkir dan sengaja duduk disana. Suasana studio yang tak pernah sepi ini memang membuat para penjual makanan malam hari bertebaran di sekitarnya. Bara duduk bersama seorang satpam, Erza. Satpam muda yang usianya tak jauh beda dengan dirinya.

Mereka menyesap rokok masing-masing sambil mengobrol di tengah dinginnya malam, sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 10 malam. Tapi Bara tak melihat ada tanda-tanda sang instruktur yoga tersebut keluar dari gedung.

"Hmm ... Mungkin hari ini dia tidak ada jadwal" gumam Bara dalam hati.

"Aku masuk dulu, Za!" Ucap Bara yang mulai beranjak berdiri hendak meninggalkan Erza di pos nya. "Malam mulai terasa dingin!"

"Oke, bang!Thank's rokok nya!"

Bara hanya mengangguk, lalu ia kembali masuk ke studionya.

***

Pagi menjelang, Bara mengerjapkan matanya karena sinar mentari sudah menembus dari jendela kamarnya, ia melihat jam beker di atas meja kecil di dekat ranjangnya, jam 8.

Ia lalu duduk sejenak di tepi ranjang untuk mengumpulkan sisa-sisa nyawa dari alam sadarnya, kemudian baru bergegas mandi.

Bara kemudian menanggalkan semua pakaiannya, dirinya pun kini telah dalam keadaan polos. Pahatan tubuh indah nan kekar itu terpampang nyata di depan cermin kamar mandinya. Ia menghidupkan shower dan berdiri tegap di bawahnya, membiarkan pancuran air dingin itu membasahi seluruh otot dan bagian tubuhnya. Bara memang sempurna, bak dewa Yunani. Wajar saja, jika ia selalu sangat mudah menaklukkan wanita mana saja yang dia inginkan.

15 menit, Bara akhirnya selesai membersihkan tubuh seksinya itu. Ia lantas segera berpakaian. Kemeja slim fit yang ketat di bagian lengan dan dadanya membuatnya tampak macho dengan 2 kancing atas yang terbuka.

Ia kemudian keluar dari studionya untuk mencari sarapan terlebih dulu sebelum pukul 11 nanti jadwal ia di studio gym akan dimulai lagi.

Selesai bersarapan, Bara kembali ke studio. Ia bertemu beberapa gadis-gadis cantik yang akan ikut kelas yoga pagi ini. Semua mata mengarah kepada Bara, mereka tersenyum-senyum melihat ke-macho-an Bara. Bara hanya bersikap sok cool duduk di studionya sambil memegangi barbel dengan kaos shirtlessnya yang menampakkan ke-kekar-an lengannya.

Tak lama kemudian para member berdatangan, workout pun dimulai. Seperti biasa ia akan menghabiskan waktu workout selama 2 jam, tak lebih.

Bara masih memberikan coach tentang memegang barbel saat wanita cantik dan dewasa melintas di depan studionya . Kaca yang tembus pandang itu menampakkan kecantikan wanita itu dengan jelas.

Seketika Bara terpesona, ia benar-benar terkesima hingga tanpa sadar barbel seberat 3 kilogram itu jatuh mengenai kakinya. Seolah bagaikan terhipnotis, Bara tak merasakan kesakitan apapun dan masih fokus menatap wanita itu dari studionya sampai tubuh seksi dan indah itu berlalu dari pandangannya.

"Bidadari tampaknya baru turun dari langit siang ini" Bara membatin.

"Bang, kenapa melamun?" tanya Adit yang merupakan salah satumembernya. "Itu kaki tertimpa barbel, memangnya tidak merasa sakit?"

Bara menoleh, "Sepertinya aku baru saja melihat bidadari lewat!"

"Hahaha ... Ada-ada saja, bang Bara! Kita tidak melihat sama sekali"

Para member tertawa, mereka kira Bara hanya bercanda. Mereka memang tak melihat saat wanita cantik itu tadi melintas.

"Siapa dia? Seketika dadaku bergetar melihatnya!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel