Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

09. Menyelamatkan Pembunuh

Qing Yuan tersentak atas lamunannya sendiri. Bukankah itu sama saja dengan meremehkan kemampuan diri dan pengajaran yang selama ini ayahnya berikan?

"Maafkan aku, Ayah." Qing Yuan memejamkan kedua matanya.

Ayah yang dimaksud oleh Qing Yuan adalah Yang Hua, gurunya. Pemuda itu memang sangat dekat dengan ayah tirinya dan Yang Hua pun telah menganggap Qing Yuan sebagai anak kandungnya sendiri. Bahkan, Yang Hua tidak keberatan sama sekali, jika Qing Yuan menggunakan untuk nama marganya. Qing Yuan menjadi Yang Yuan

"Jika dibiarkan terus, kemungkinan kedua orang itu akan terbunuh oleh orang yang bernama Mo Jiao dan itu tidak boleh terjadi!" Qing Yuan mulai khawatir akan sesuatu. "Ibu dan ayah akan merasa sangat kecewa jika kedua orang itu tidak mati di tanganku."

Qing Yuan menjadi gusar. "Aku tak boleh membiarkan orang itu menghabisi buruanku! Guru dan ibu akan sangat kecewa nantinya. Dua orang lelaki itu harus mati di tanganku!"

Qing Yuan segera melepaskan ilmu Bayangan Iblis yang melambari tubuhnya. Sekarang, dia telah kembali terlihat oleh pandangan mata orang biasa. Secara perlahan ia bangkit dan berdiri tegak, kemudian bersiap melakukan sesuatu.

Qing Yuan segera melompat dan menyerang Mo Jiao dari arah yang tak diduga-duga oleh siapa pun. Pemuda tampan itu berhasil membuat Mi Jiao melompat mundur sambil bersalto dan terpaksa mendarat dengan salah satu lututnya yang bersedekung, sedangkan kaki lainnya terbuka lebar guna menahan agar tubuhnya tidak sampai terjatuh.

Mo Jiao menghentikan serangannya dan menatap si penyerang dengan sangat marah. Ia bisa menangkap sesosok tubuh berpakaian serba hitam dengan topeng melekat pada wajahnya. Ia pun langsung bisa mengetahui identitas orang ini, tetapi tentu saja dia tetap harus menyimpannya.

"Siapa kamu? Beraninya main curang kepadaku!" Mo Jiao bertanya dengan kemarahan yang luar biasa.

"Dan, siapa pula kamu? Yang beraninya meniru diriku dan juga Kelompok Topeng Iblisku untuk membantai semua orang di kediaman ini?" Qing Yuan balik bertanya dengan nada tak kalah dinginnya.

"Ooh, jadi kau datang juga ke mari?" tanya Mo Jiao dengan nada sedikit direndahkan namun mengandung ejekan.

"Tentu saja! Ada pesta besar di sini, mengapa aku tidak bisa datang?" ujar Qing Yuan sambil memutar tubuhnya, kemudian menatap Yu Shan dan Shen Ming sambil berkacak pinggang. "Dan lagi, dua orang ini harus mati di tanganku dan tidak boleh direbut oleh orang lain."

Mo Jiao tersenyum licik, jari-jari tangannya sudah mulai disibukkan dengan tindakan lain secara diam-diam.

"Kalau begitu, bunuh saja mereka berdua jika kau mampu!" Mo Jiao berkata sembari bergerak dengan sangat cepat. Pria bertopeng itu melepaskan senjata rahasia dan mengarahkannya ke arah Yu Shan.

"Celaka!" Qing Yuan tentu saja menjadi terkejut saat mendengar desiran angin yang ditimbulkan oleh lesatan puluhan senjata rahasia.

Qing Yuan segera bergerak dengan cepat untuk menghindari dan menangkis serangan puluhan senjata rahasia yang hampir tak kasat mata itu dengan kain jubahnya. Beberapa senjata rahasia jatuh berserakan di dekat kaki Qing Yuan, tetapi secara tiba-tiba dia terpekik dengan suara keras, saat beberapa senjata rahasia ternyata berhasil mengenai tubuhnya.

"Sial! Aku terkena senjata ini!" Qing Yuan menggeram sambil memegangi dada kanan bagian atas. Satu batang benda logam hitam setipis jarum jahit telah menancap setengah di sana.

Qing Yuan mulai merasakan getaran lembut menjalari pembuluh darahnya dan tubuhnya terasa bagai kesemutan disertai rasa panas dan dingin yang datang secara bergantian. Pemuda bertopeng itu terhuyung-huyung sembari memegang dadanya. Otot-otot di badan terasa kian melemas dan memaksa pemuda itu hendak terjatuh di atas tanah.

Yu Shan dan Shen Ming bergegas menghampiri Qing Yuan dan menangkap tubuh pemuda itu secara bersamaan.

"Anak muda, mengapa kamu melakukan hal itu?" tanya Yu Shan dengan suara panik.

Sepasang mata di balik topeng logam hitam milik Qing Yuan dapat menangkap bayangan wajah Yu Shan. Ia merasa musuhnya sudah di dalam genggaman dan hanya tinggal satu langkah lagi, dirinya pasti berhasil membawa kepala itu untuk ibunya. Namun, pandangan matanya semakin memudar, gelap serta sangat mengantuk.

"Yu--Yu ...." Qing Yuan pun pingsan sebelum sempat menyelesaikan ucapannya.

"Anak Muda! Anak Muda!" Yu Shan berusaha membangunkan pemuda yang terkulai di atas pangkuannya. Yu Shan membuka topeng yang menutupi wajah Qing Yuan.

Dalam keremangan cahaya bulan dan juga bias sinar dari lentera-lentera yang tergantung pada halaman kediaman Guo, Yu Shan bisa melihat dengan jelas wajah pemuda yang terkulai di pelukannya. Mata pria itu seketika terbelalak lebar dan tanpa sadar terpekik dengan suara keras. "Fuyu?"

"Kakak Shan, ada apa?" Shen Ming terlihat khawatir.

"Tidak. Tidak ada apa-apa, Adik Ming. Aku hanya teringat pada kawan lama," jawab Yu Shan dengan sedikit tergagap.

Yu Shan lalu memandangi wajah anak muda yang sangat mirip dengan seseorang yang ia kenal di masa lalu. "Mengapa wajah anak ini sangat mirip dengan Fuyu? Mungkinkah mereka masih berkerabat. Atau mungkin ...."

"Oh, baguslah. Bagaimana keadaannya?" tanya Shen Ming yang membuat Yu Shan menjadi terkejut.

"Sepertinya anak muda ini terkena racun. Adik, kau menguasai ilmu tentang racun. Tolong kau jagalah dia! Biar aku yang hadapi iblis itu." Yu Shan menyerahkan tubuh Qing Yuan kepada Shen Ming.

"Baiklah, Kakak Shan. Berhati-hatilah dan jaga Kitab Mata Dewa dengan baik, jangan sampai benda itu jatuh ke tangan orang yang salah!" Shen Ming berpesan.

"Kamu tenanglah! Sebetulnya, kitab itu tidak ada di tanganku." Yu Shan berucap dengan suara tenang.

"Tidak ada di tanganmu? Lalu, di mana?" tanya Shen Ming penasaran.

Yu Shan menghela napasnya yang terasa berat. "Lain waktu akan aku ceritakan, Adik Ming. Sekarang, kita basmi dulu orang-orang ini." Yu Shan segera melesat ke arah Mo Jiao yang sudah lama menunggunya.

Mo Jiao berada dalam jarak yang tak begitu jauh dari Yu Shan. Pria berpakaian serupa dengan Qing Yuan itu mendekat sambil masih memegang trisula sepanjang tombak dengan bertatahkan sebuah permata berwarna biru yang berkilauan. Sikap angkuh dan licik jelas terpancar dari setiap tindak tanduknya, hal itu membuat Yu Shan memasang kewaspadaan penuh dalam menghadapi pria dari Puncak Barat itu.

"Yu Shan, sebaiknya tidak usah kalian tolong pria itu. Racun itu akan membunuhnya sebelum fajar tiba," kata Mo Jiao disertai tawa jahatnya. "Atau, jika kau merasa perlu untuk menolongnya. Maka, kita bisa bertukar. Bagaimana?"

"Bertukar?" gumam Yu Shan. Dalam hati Yu Shan merasa heran sendiri dengan perasaannya yang entah mengapa menjadi sangat peduli dengan si pemuda bertopeng. Padahal, dengan jelas tadi dia mendengar perkataannya bahwa anak muda itu ingin membunuhnya. Menyelamatkan pemuda itu sama saja dengan membunuh dirinya juga. Yu Shan menoleh dengan ragu ke arah Shen Ming yang tengah berusaha keras mengeluarkan jarum-jarum dari tubuh Qing Yuan dengan tenaga dalamnya.

"Perasaan macam apa ini?" tanya Yu Shan dalam hatinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel