BAB. 2 Aku Bukan Robot
Saat ini, Thea yang sedang asyik membolak-balik majalah bisnis yang menampilkan sosok Joshua Blues. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara pintu kamarnya yang sedang diketuk.
Thea segera menyembunyikan majalah itu di balik bantalnya dan langsung menuju ke pintu kamarnya.
Dia pun membuka pintu kamar, lalu muncul di depan kamarnya seorang ART bernama Nunik dan di sebelahnya, berdiri sahabatnya, Laura.
Laura segera masuk ke dalam kamar Thea diikuti oleh Bi Nunik, yang membawa dua cangkir coklat panas untuk keduanya.
"Nona Muda, Tuan dan Nyonya masih di luar negeri, mungkin dua minggu lagi baru kembali ke Jakarta, tadi nyonya menelpon saya, dia menyuruh saya agar mengatakan kepada Nona untuk mengangkat telpon darinya." Ujar Nunik, panjang lebar.
"Ngapain Mami pedulikan aku? suruh aja dia untuk mikirin perusahaan, tidak perlu memikirkan aku lagi." Thea menjadi kesal dengan ibunya.
"Tapi Non ...."
"Bibi please, aku lagi malas marah-marah tolong tutup pintu kamarku, dan tinggalkan aku sendiri." setelah berkata begitu, Thea segera mengajak Laura untuk duduk di kasurnya yang besar dan empuk, Laura yang bingung, mengikuti saja kemauan sahabatnya.
Thea mengambil kembali majalah yang dirinya sembunyikan sebelumnya di balik bantalnya. Dia lalu membolak-balik halaman majalah itu.
Setelah menemukan apa yang dia cari, Thea segera menyodorkan majalah bisnis itu kepada sahabatnya.
"Ra, tebak siapa pasangan dansa ku beberapa waktu yang lalu." Laura yang bingung mulai mencoba mencerna perkataan Thea.
Dia mulai berpikir dalam hati apa hubungannya pesta dansa itu dengan majalah yang ada di depannya saat ini.
Laura lalu membaca artikel itu dan alangkah terkejutnya dia saat membaca artikel tersebut yang membahas tentang pengusaha muda yang sangat terkenal.
"Jhosua Blues?" ujarnya, tak percaya.
Thea mengangguk yakin.
"Apa? Jhosua Blues?" seru Laura lagi, setengah berteriak.
"Hus!" jangan keras-keras, Lo ngomongnya nanti kedengaran kak Theo." ujar Thea takut.
"Iya-iya, sorry friend."
"Tapi, kok bisa sih, dia jadi partner dansa, Lo?" tanya Laura penasaran.
Thea pun menceritakannya kepada Laura, bahkan saat dirinya dan pria itu berciuman tak luput diceritakan olehnya.
Wajah Laura seketika melongo mendengar semua cerita sahabatnya.
"Terus, apakah dia sudah mengetahui identitas mu?" tanyanya lagi.
Thea menggeleng kecewa. Dia takut pria itu mengetahui identitasnya karena keluarga Joshu dan keluarganya memiliki hubungan yang buruk di masa lalu.
Thea tidak mungkin mengejar cintanya kepada pria itu, karena akan terhalang restu dari seluruh keluarga besarnya, Apalagi jika Theo kakaknya mengetahui hal itu.
Dia pasti akan menghukum adiknya.
Thea yang dibesarkan dari keluarga yang super ketat sejak kecil membuatnya tidak memiliki banyak teman.
Temannya hanyalah Laura, itu pun dia bisa berteman dengan Laura, karena ayahnya ekerja sebagai asisten pribadi Tuan Kenzo ayahnya.
Di pesta dansa kemarin Thea mendapat izin karena sahabatnya juga ikut di acara itu. Ada beberapa bodyguard yang menjaga mereka saat itu, namun karena Thea berganti kostum dan memakai topeng, jadi para bodyguard itu tidak akan mengenalinya.
"Thea menurut gue, Lo jangan terusin deh perasaan Lo ke dia. Lo pasti tau kan alasannya? jadi menurut gue, mending Lo hentikan dari sekarang. Dari pada semakin bertumbuh dan berkembang. Pasti Lo bakalan dapat masalah nantinya." Ujarnya menasihati, temannya.
Thea mendengarkan dengan seksama semua perkataan Laura namun hati kecilnya menolak untuk mengikutinya.
Entah kenapa perasaannya kepada Joshu sangat kuat, apalagi mereka sempat berciuman dan dia masih merasakan betapa lembutnya bibir pemuda itu membuai jiwanya yang selama ini kosong tanpa cinta.
Hati kecilnya bertekad, jika dia akan memperjuangkan cintanya kepada Joshu, walaupun saat ini, dia sama sekali tidak tagu bagaimana caranya untuk bertemu pria itu, lagi.
Setali tiga uang dengan Thea. Saat ini, Jhosu dilanda kerinduan dengan wanita misterius itu.
Dua bulan sudah, Joshu mencari gadis itu namun tidak dirinya temukan.
Dia putus asa. Ancaman yang dulu dirinya katakan kepada Calvin tetap berlaku, namun Joshu tahu sendiri bagaimana sang asisten sangat berusaha untuk mencari gadis itu.
Sang gadis bagai hilang di telan bumi. Namun kinerja Joshu di perusahaan sudah kembali seperti semula. Ayahnya, Tuan Ezer menjadi sangat bangga kepadanya.
"Nah, ini baru anak Ayah! Tuan Ezer saat ini, berada di ruangan anaknya dan memuji kinerja Joshu. Beliau lalu menepuk pundak anaknya dan segera berlalu dari situ.
Sementara Joshu yang ditinggal pergi oleh ayahnya, seketika geram, dia langsung menggebrak meja kerjanya,
"dia pikir aku ini robot? Seenaknya saja dia, kepadaku!" Calvin langsung menahan kedua lengan bos-nya.
Karena dia melihat tangan Joshu mulai memerah, dia takut bos-nya itu, semakin mengamuk.
"Kendalikan emosi anda Tuan Muda." Ujarnya tegas.
Setelah dia tahu Joshu sedikit tenang, dia segera melepas kungkungannya di kedua lengan atasannya, itu.
Joshu segera mengambil tongkat golfnya lalu memukul tiang samsak yang berada di sudut belakang ruangan kerjanya.
Calvin membiarkan Joshua meluapkan emosinya. Dia adalah saksi hidup bagaimana seorang Joshua Blues di besarkan secara otoriter oleh Keluarganya. Hanya ibunya, Nyonya Tania, yang tahu bagaimana perasaan Joshua yang sesungguhnya.
Setelah puas meluapkan emosinya, Calvin segera meraih tubuh bos-nya yang lemah dan membaringkan tubuhnya di sebuah kamar yang ada di dalam ruangan itu.
"Tuan Muda, Anda tidak perlu seperti ini, nanti Nyonya Besar akan kuatir kepada Anda." Calvin mencoba menasihati atasannya.
"Jangan kasi tahu Mami tentang hal ini, keluarlah, gue mau istirahat."
"Baiklah Tuan Muda, baju ganti untuk Anda ada di lemari, saya akan membangunkan Anda jika waktu makan siang tiba."
Calvin segera berlalu dari situ, dia mengganti papan kecil di depan pintu ruangan Joshua dengan papan yang bertuliskan 'tidak bisa diganggu'
"Sekretaris Tasya, tidak boleh ada seorang pun yang bisa masuk ke ruangan CEO, bahkan Chairman sekalipun!" Ujar Calvin tajam.
Sekretaris Tasya mengangguk tegas. Calvin segera masuk ke dalam lift, dia berencana untuk mencari makan siang untuk atasannya.
Sementara itu, Thea sedang merengek meminta izin kepada Theo, kakaknya untuk memperbolehkannya jalan-jalan ke mall.
Saat ini, Thea sedang menelpon kepada theo. "Ayolah kak, aku perginya sama Laura cuma sebentar saja kok kak, aku boring di rumah terus."
Theo yang sedang pusing dengan pekerjaannya semakin dibuat pusing dengan tingkah adiknya yang terus merengek kepadanya.
Mendengar Thea yang merengek terus membuat Theo lagi-lagi luluh, dia pun mengijinkan adiknya itu jalan-jalan ke mall, tapi harus di temani oleh Laura dan diawasi dua orang bodyguard.
Qeiza sungguh senang saat sang kakak memberi izin lagi kepadanya.
Thea segera menutup telpon setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada Theo.
Dia segera menghubungi Laura supaya bersiap-siap, karena mereka akan berangkat ke mall untuk jalan-jalan.
Dalam hatinya, dia sangat berharap dapat bertemu lagi dengan Joshu.