Bab 10 - Masih Membekas
Karena merasa kesal dengan keadaan, Fla segera menyiapkan semua barang-barangnya. Ia bergegas untuk segera pulang, karena ia tidak ingin melihat Morgan dulu, untuk sementara ini.
"Maafkan aku, Morgan. Aku sama sekali tidak bisa bertemu denganmu dulu. Aku ingin menata hatiku dulu sebelum hubungan ini berlanjut," batin Fla, yang masih tetap tidak ingin berhadapan dengan Morgan dulu untuk saat ini.
Yang Morgan dan Ara lakukan malam itu, masih membekas di benak Fla. Mungkin memang benar, kejadian itu tidak seperti yang Fla pikirkan, tetapi sedikit banyaknya kejadian itu sudah menyayat hati Fla.
"Jika bukan karena hal yang kalian lakukan, aku tidak akan pernah seperti ini," batin Fla lagi, yang berusaha menahan rasa sakitnya.
Fla bergegas merapikan barang-barangnya, dan segera meninggalkan ruangannya. Tak disangka perasaan sedihnya itu sampai membuatnya merasa tidak ingin berhadapan langsung dengan Morgan lagi. Entah sementara, atau selamanya.
Baru beberapa langkah keluar ruangannya, langkahnya terhenti karena melihat orang yang sangat ia kagumi berada di hadapannya. Tatapan mereka sejenak bertemu, membuat Fla merasa ragu untuk menatapnya lagi.
“Fla?” gumam orang yang dikagumi oleh Fla.
“Ah, dokter Ilham.”
Ya! Namanya adalah Ilham. Ia adalah dokter di rumah sakit swasta, tempat Fla bekerja. Profesinya sebagai dokter di rumah sakit ini, membuatnya merasa sangat disegani teman-teman Fla yang lain. Tak jarang teman sejawatnya memberikan perhatian lebih pada Ilham, tak lain karena mereka menyukai pria single yang tampan dan mapan seperti Ilham.
Namun, sekuat apa pun mereka mengejar Ilham, tetap saja Ilham tidak menerima mereka dan malah memberikan perhatian lebih untuk Fla. Sebelum Fla bertemu dengan Morgan, Ilham sudah lebih dulu mendekati Fla. Namun, ia sama sekali tidak berhasil mendapatkan hati Fla.
Sudah lama sekali, sejak pertama mereka kenal, Ilham masih tetap setia menunggu Fla. Sayangnya, Ilham sama sekali tidak menyatakan perasaannya, membuat Fla tidak memedulikannya.
Namun, Ilham tak berhenti sampai di sana. Mendengar berita pernikahan Fla dan Morgan, tidak menyurutkan semangatnya. Ia hanya mengandalkan sebuah harapan, jika nanti mereka akan bisa bersama.
Ilham mendekat ke arahnya. “Kau mau pulang?” tanyanya, Fla mengangguk kecil mendengarnya.
Ilham menghela napasnya dengan panjang. “Saya dengar dari Sakila, jika Morgan dirawat. Apa benar itu, Fla?” tanyanya, lagi-lagi Fla mengangguk mendengarnya.
Memang, untuk menutupi dan mengubur perasaannya terhadap Fla, Ilham bersikap sewajarnya tetapi sangat peduli pada Fla.
Tidak hanya dengan Fla, ia juga sangat peduli dengan Morgan dan juga rumah tangga mereka. Ia selalu menunjukkan kepada Fla, kalau dirinya selalu ada untuk Fla, ketika Fla membutuhkan bantuan apa pun.
Ilham juga sering menasehati Fla, dan membuat mereka kembali rukun, ketika ada pertengkaran kecil sebelum pertengkaran besar ini.
Namun, bukan berarti ia menerima perdamaian antara Morgan dan Fla. Hanya saja, ia tidak ingin memaksakan kehendaknya terhadap Fla, dan lebih memilih untuk mendukung Fla menjalani hubungannya bersama Morgan.
“Kau tidak merawat dia? Dia sedang sakit, lho,” ujar Ilham, Fla menghela napasnya dengan panjang.
"Tidak, saya harus segera pulang, dok." Fla mengatakan demikian, membuat Ilham sangat penasaran dengan alasannya.
"Lho, ada apa Fla? Suamimu di sini, dan kau hendak pulang?"
“Benar, saya tidak apa-apa dokter. Hanya saja, saya juga sedang tidak enak badan, dok. Saya mau langsung pulang saja,” ujar Fla, sontak membuat Ilham mendelik kaget mendengarnya.
“Ada apa denganmu? Apa yang kau rasakan? Sini, biar saya periksa!” ujar Ilham, yang merasa sangat terkejut mendengar keadaan Fla.
Fla menyeringai tak enak di hadapan Ilham. “Tidak perlu, dok. Mungkin saya hanya kelelahan saja. Mungkin nanti akan pulih, setelah istirahat dengan benar. Beberapa waktu terakhir ini, saya selalu ambil shift jam 3 pagi, jadi ... istirahat saya sedikit terganggu,” sanggah Fla, tetap saja Ilham tidak tenang dengan keadaan Fla.
Ilham tidak bisa hanya diam, sembari memandang sebelah mata, apa yang terjadi dengan Fla.
Biar bagaimanapun juga, Fla masih ada di dalam hati Ilham, mengisi ruang kosong yang ada. Akan tetapi, Ilham sangat sadar diri, karena saat ini Fla dan Morgan sudah berumah tangga.
“Saya tidak tenang. Izinkan saya untuk memeriksanya," pinta Ilham.
Fla masih saja kukuh dengan keinginannya. "Tidak perlu, dokter. Hanya sakit biasa."
"Bagaimana jika saya antar kamu pulang?” tawar Ilham, lagi-lagi membuat Fla menyeringai tak enak di hadapannya.
“Maaf, dok. Suami saya sedang tidak ada di rumah. Khawatir ada orang yang berbicara lain, jika dokter Ilham mengantar saya pulang,” tolak Fla, Ilham mendelik kaget mendengarnya.
"Benar juga apa yang Fla katakan," batin Ilham, yang tidak berpikir sampai ke sana.
“Lalu, kamu pulang dengan siapa?” tanya Ilham yang terlihat jelas kekhawatirannya itu, melalui cara ia menatap Fla.
“Saya pulang dengan Sakila. Sebulan ini, saya selalu bersama dia. Berangkat pun bersama dia,” jawab Fla menjelaskan, agar Ilham tidak menawarkan kembali untuk pulang bersama dengannya.
Ilham memandangnya dengan bingung. “Lalu, ke mana saja Morgan? Kenapa dia tidak mengantar kamu?” tanyanya, membuat Fla mendelik bingung mendengar pertanyaan Ilham yang seperti itu.