Bab 5
Setelah Chen Mo meninggalkan sekolah, dia tiba-tiba baru teringat bahwa dia sekarang menumpang tinggal di rumah An Keyue, dia pun merasa sangat bingung.
Kampung halaman Chen Mo berada di Kabupaten Feng Shan. Ayahnya Chen Jingye adalah wakil kepala di sebuah kota di bawah Kabupaten Feng Shan sementara ibunya Li Sufang bekerja di ibu kota provinsi, Kota Han Yang.
Agar Chen Mo dapat diterima di universitas yang lebih baik di masa depan, Chen Mo pun dikirim ke sekolah SMA terbaik di seluruh Provinsi Han Yang, SMA Wu Zhou No.1.
Kebetulan keluarga An Keyue yang merupakan penduduk asli Wu Zhou. Mendapat berita itu, atas undangan kuat dari ibu An Keyue, Mei Ting, Li Sufang pun membawa Chen Mo untuk tinggal di Keluarga An agar ada yang membantu mengurus dan menjaga anaknya.
Jika itu adalah Chen Mo di kehidupan sebelumnya, dia akan merasa sangat senang karena bisa hidup di bawah atap yang sama dengan gebetannya.
Tetapi dalam kehidupan ini, Chen Mo yang sudah tahu sikap asli Keluarga An, tak bisa lagi terus tinggal di dalam rumah Keluarga An.
Terlebih lagi, barusan saja Chen Mo telah bersikap dingin dan mengabaikan Nona besar Keluarga An. Jika dia kembali untuk tetap tinggal di sana sekarang, bukankah itu namanya mencari masalah untuk dirinya sendiri?
"Aku tidak mungkin kembali lagi ke rumah Keluarga An, lagian juga tidak nyaman untuk berkultivasi jika aku tetap tinggal di sana, jadi keputusan terbaik adalah menyewa rumah di luar."
Chen Mo telah mengambil keputusan lalu bersiap untuk berkeliling sekolah dan melihat-lihat apa ada rumah yang cocok dengannya.
Tetapi saat dia menyentuh uang bulanan yang tersisa sedikit di sakunya, Chen Mo tersenyum pahit.
Li Sufang tahu betul kepribadian Chen Mo, jadi dia membatasi ekonomi Chen Mo dengan sangat ketat, tujuannya agar Chen Mo tidak sembarang bermain-main di luar. Dia hanya memberi Chen Mo uang saku sebesar seribu yuan setiap bulan.
Jika untuk siswa biasa, karena makan dan tinggal di rumah Keluarga An, uang seribu yuan itu pasti sudah cukup. Tetapi bagi Chen Mo di kehidupan sebelumnya, uang itu bahkan tidak cukup baginya untuk pergi ke KTV.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Chen Mo seorang kultivator tingkat Huashen akan mengkhawatirkan masalah tentang uang.
Namun, hal kecil ini tak akan menyulitkan Chen Mo.
Dia segera pergi ke toko untuk membeli beberapa kuas dan kertas putih lalu bersiap untuk menggambar beberapa jimat sederhana. Meskipun efek khasiat ini kurang dari seperseribu dari aslinya, tapi bagi orang biasa di bumi, itu sudah jauh lebih baik daripada akar ginseng.
Dia membuat beberapa jimat di tempat terpencil, lalu malam pun tiba. Chen Mo pergi ke taman yang penuh dengan banyak orang untuk mendirikan kios di pinggir jalan.
Di bawah lentera, seorang remaja berseragam sekolah duduk dengan tenang di sisi jalan dan terdapat beberapa gambar aneh digambar di kertas yang terletak di depannya.
Para paman dan bibi ataupun pria dan wanita muda yang lewat melihat Chen Mo pun menunjukkan senyum cibirannya. Di tahun ini, di zaman sekarang, bahkan para siswa pun telah keluar untuk menipu uang?
Sikap Chen Mo terhadap ejekan orang-orang ini adalah acuh tak acuh. Berkultivasi selama enam ratus tahun telah membuat hatinya menjadi sekeras batu. Ejekan ini hanya bagaikan angin sepoi-sepoi yang bertiup di wajahnya, jadi cukup diabaikan saja.
Chen Mo percaya bahwa di lautan manusia yang begitu luas, pasti selalu ada satu atau dua orang yang mengenal barang ini dan ingin membelinya.
"Apa kegunaan dari semua jimat ini?" Seorang gadis berambut panjang dengan jaket putih sedang setengah berjongkok di depan tubuh Chen Mo, tangan putihnya dengan lembut membalik beberapa kertas jimat itu.
Chen Mo memandang ke arah gadis itu. Gadis itu berusia sekitar dua puluh tahun, tubuhnya tinggi, mempunyai mata yang bagus, berkulit putih, penampilan elegannya memancarkan aura bangsawan, lebih cantik dari An Keyue!
Namun, Chen Mo hanya melihat gadis itu secara sekilas lalu menarik pandangannya dan menunjuk ke kertas jimat itu sambil berkata dengan datar, "Menenangkan dan menyegarkan pikiran, mengusir roh jahat dan kegelapan, menjaga keamanan rumah, dan memperkuat kesehatan tubuh!"
"Menenangkan dan menyegarkan pikiran?" Gadis itu tertegun, matanya memancarkan sedikit harapan, menatap Chen Mo dan bertanya, "Jika seseorang mengalami penurunan kesadaran lalu mengigau, juga sering berbicara sembarangan dan bahkan tidak mengenali orang-orang terdekatnya, dapatkah jimatmu ini menyembuhkannya?"
Chen Mo menunjuk ke jimat yang terletak di paling kiri dan berkata, "Menurut pendapatku, sesuai dari situasi yang kamu bicarakan, sepertinya itu adalah karena energi positif dan negatif yang ada di dalam tubuh tidak seimbang, jiwa buminya tidak bisa kembali. Jika di istilah medis, mereka menafsirkannya sebagai penyakit neurasthenia. Jadi Jimat Ning adalah yang paling cocok."
Gadis itu mengambil Jimat Ning dan melihatnya dengan teliti, tapi dia benar-benar tidak bisa melihat ada sesuatu yang istimewa dari jimat itu. Itu hanya terlihat seperti coretan yang digambar dengan asal oleh seorang anak kecil.
Chen Mo tidak ingin tamu yang tertarik dengan jimatnya ini melarikan diri, jadi dia terus menjelaskan, "Di dalam hidup kita memiliki tiga jiwa dan tujuh roh. Tiga jiwa yaitu, satu adalah jiwa surgawi, yang kedua adalah jiwa bumi, dan yang ketiga adalah jiwa kehidupan. Tujuh roh yaitu, satu roh langit, dua roh kebijaksanaan, tiga roh energi, empat roh kekuatan, lima roh pusat, enam roh esensi, dan tujuh roh pahlawan."
"Di antara tiga jiwa, jiwa surgawi dan jiwa bumi selalu berada di luar, hanya jiwa kehidupan yang berdiam di dalam tubuh. Jiwa surgawi adalah energi positif, jiwa bumi adalah energi negatif. Jika energi positif sedang banyak, maka jiwa surgawi akan lebih kuat. Jika energi negatif yang penuh, maka jiwa bumi yang lebih ganas. Hanya saat energi positif dan negatif seimbang, maka manusia akan merasa energik dan tidak akan sakit."
Gadis itu mendengarkan dengan bingung dan sepertinya tidak terlalu mengerti, tetapi dia merasa bahwa apa yang dikatakan Chen Mo tampaknya sangat masuk akal.
"Lalu berapa harga Jimat Ning ini?" Gadis itu bertanya dengan sikap penuh berharap.
Chen Mo bisa melihat melalui pikiran gadis itu sekilas. Dia tahu bahwa gadis itu tidak percaya pada jimatnya sama sekali. Jika ada seseorang yang membujuknya sedikit saja, gadis itu pasti akan segera pergi.
Oleh karena itu, Chen Mo memutuskan untuk berpura-pura, "Jimatku hanya dijual pada orang-orang yang berjodoh dengannya. Seperti kata pepatah, bagi mereka yang dapat mengenali jimat ini, aku tak akan mengambil sepersen pun. Tapi bagi mereka yang tidak tahu jimat ini, aku tidak akan menjualnya berapa pun harganya!"