Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

1. Rumah Pinggir Tebing

"Mass..."

Bella mendesah nikmat ketika Anggra, suaminya, mempermainkan puncak kewanitaan miliknya dengan kuat.

Hujaman demi hujaman yang diarahkan Anggra ke dalam miliknya membuat Bella seakan terbang melayang ke nirwana.

Pagi ini, seperti hari-hari sebelumnya, Bella sedang sibuk di dapur memasak sarapan untuk suaminya yang akan berangkat ke kantor.

Namun saat masakannya baru setengah matang, Anggra tiba-tiba muncul dari belakang dan menyibak gaun tidur selututnya, lalu meraba-raba bagian bawah tubuhnya dengan beringas.

Tak butuh waktu lama bagi suaminya itu untuk segera membuka semua pakaian Bella di dapur, lalu bercinta dengan penuh semangat.

"Sayang, aku mau keluar... hhh... " Anggra memeluk istrinya erat dari belakang, seraya menembakkan seluruh cairan kenikmatannya ke dalam milik Bella.

Lelaki itu kemudian mengecup bibir istrinya sekilas setelah memakaikan gaun tidur Bella yang tadi ia lemparkan ke atas kabinet.

"Makasih, Sayang. Kamu istri terbaik, tak pernah menolak dimana pun dan kapan pun aku menginginkanmu." Anggra tersenyum puas dan kembali mengecup bibir merah muda Bella dengan penuh rasa gemas.

"Mas, umm... nanti kamu malah nggak jadi sarapan kalau terus nempel sama aku," goda Bella sembari terkekeh pelan karena Anggra yang seakan tak mau lepas darinya.

"Aah, aku masih kangen kamu, Sayang. Satu ronde lagi, mau?" Rayu suaminya sambil terus mengecup dan menggesek-gesekkan wajahnya di dada Bella yang kini telah tertutup gaun tidurnya.

"Tapi nanti kamu terlambat masuk kantor, Mas..."

"Aku pemiliknya. Nggak masalah kan kalau bos telat?" Cengir Anggra jahil.

Anggra memiliki bisnis start up e-commerce yang masih merintis. Meskipun belum tenar dengan banyak user, namun lelaki itu optimis bahwa start up yang ia miliki memiliki kans yang cukup besar untuk bersaing dengan pendahulunya.

"Nggak usah masak, aku cuma laparnya karena ingin makan kamu, Sayang," bisik Anggra sambil kembali bergerilya menyusuri paha mulus istrinya.

Dan Bella pun hanya bisa pasrah ketika suaminya itu kembali menggarap tubuhnya di dapur, walaupun tak biasanya Anggra mengajaknya hingga dua sesi yang panjang seperti orang kesetanan.

Seperti tak ada hari esok, dan seolah-mereka tidak akan bertemu lagi dalam waktu yang cukup lama.

***

"Mas, ini sebenarnya mau kemana sih?"

Bella menatap ngeri pada pemandangan dari balik kaca jendela mobil.

Sejauh mata memandang, hanya kegelapan pekat dan jurang gak berdasar yang terlihat di bawahnya. Jalanan di depan mereka memang sangat mulus tanpa ada kerusakan sama sekali, namun sangat sepi padahal waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

Saat ini Bella dan suaminya sedang berkendara ke arah pegunungan, dimana Anggra telah diundang ke dalam suatu acara pesta yang juga melibatkan beberapa pengusaha sukses serta sosialita dari Ibu Kota.

Anggra terpilih untuk menjadi seorang anggota dalam komunitas mereka melalui sepucuk surat bermaterai dalam sebuah kotak kaca yang mewah. Seorang kurir khusus yang mengantarnya ke rumah mereka.,

Ada sebuah manset emas dengan simbol bunga anggrek hitam yang harus dikenakan oleh Anggra, serta sebuah kalung berlian berliontin kupu-kupu yang harus dikenakan oleh Bella.

Bahkan keberadaan dua benda mewah itu saja sudah tak ternilai harganya!

Bella tidak begitu jelas komunitas apa yang dimaksud, namun ketika suaminya menceritakan kabar itu dengan bahagia serta semangat yang menggebu-gebu, mau tak mau Bella pun turut bersuka cita.

"Ini akan menjadi batu loncatan untuk bisnis start up-ku, Sayang," tutur Anggra dengan mata yang bersinar-sinar. "Komunitas itu sangat eksklusif, tak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya! Dan suamimu ini telah terpilih untuk bergabung bersama orang-orang super kaya serta super sukses di sana!" Ucapnya waktu itu dengan penuh kebanggaan.

"Sebentar lagi kita sampai kok, Sayang. Kamu jangan khawatir gitu ah. Maklum saja namanya juga orang kaya, biasanya suka hal yang unik-unik dan tidak biasa. Seperti halnya lokasi penyelenggaraan pesta di tempat yang juga tidak biasa," terang Anggra panjang lebar.

"Tapi memangnya Mas Anggra nggak merasa ada yang aneh? Bukannya Mas sendiri yang bilang kalau komunitas itu sangat eksklusif dan hanya diperuntukkan bagi orang-orang kaya dan sangat sukses? Aku rasa, kita belum sekaya dan sesukses itu untuk bisa masuk ke dalamnya," timpal Bella menatap suaminya.

"Itulah yang namanya factor X, Bella. Mungkin kita tidak sekaya mereka, tapi sepertinya bisnis start up milik Mas dinilai baik oleh mereka," sahut Anggra sambil tersenyum.

"Ya, semoga saja seperti itu," guman Bella tak yakin,  dengan mengalihkan wajahnya ke luar jendela untuk menatap pohon-pohon yang berjejer di tepi jurang.

Selama beberapa saat tak ada lagi yang berbicara, karena sepasang suami istri itu terlihat sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya mobil Anggra berbelok ke sebuah jalanan menuju rumah megah yang berada di ujung jurang.

"Kita sudah sampai, Bella." Anggra membangunkan istrinya yang sempat terlelap dengan menyentuh lembut pipi keemasan sehalus sutra itu.

"Uhm?? Oh, maaf Mas. Aku ketiduran."

Anggra terkekeh melihat ekspresi polos istrinya yang menggemaskan. "Nggak apa-apa, Sayang. Kamu pasti masih lelah setelah sepagian tadi aku ajak bercinta berkali-kali, kan?" Godanya.

"Mas, ihh!!" Bella memukul lengan suaminya yang malah semakin tergelak karena melihqy wajahnya yang merona.

Ketika akhirnya mereka turun dari mobil, Bella pun terkesiap melihat pemandangan di hadapannya.

Rumah mewah ini mungkin lebih pantas disebut istana!

Meskipun pada kesan pertama, Bella terpukau melihat keindahan bangunan yang lebih layak untuk berada di negeri dongeng daripada dunia nyata itu, namun ia tidak menyukai keberadaannya yang terlalu dekat dengan bibir tebing yang curam. Terlalu mengerikan dan berbahaya menurut Bella.

Tepat sekali apa yang tadi dikatakan oleh suaminya : orang kaya memang mempunyai selera yang unik!

"Tanganmu dingin sekali," komentar Anggra saat menggandeng jemari istrinya. "Kamu gugup?"

Bella mengangguk dengan wajah memelas. "Gugup dan tiba-tiba mules," jujurnya sambil cemberut melihat Anggra yang malah tertawa. "Mas, aku nunggu di mobil saja ya? Rasanya kok tiba-tiba nggak percaya diri masuk ke dalam sana."

Anggra mengecup jemari istrinya dengan lembut. "Jangan takut, Sayang. Ada aku yang akan menjaga kamu. Lagipula..." ucapan Anggra berhenti sebentar untuk bersiul sambil mengamati gaun seksi berwarna perak yang melekat erat di tubuh istrinya bagai kulit kedua.

"Kapan lagi aku punya kesempatan untuk memamerkan istriku cantik dengan tubuh moleknya ini," goda Anggra sembari mengedipkan matanya.

Bella tertawa malu, dan sedikit membenahi bagian dada yang mengekspos belahan bulat yang mencuat menggoda, serta sedikit menarik bagian bawah gaunnya yang mempertontonkan paha mulus berkulit keemasan yang menawan.

Bella mendapatkan kiriman gaun ini dari istri ketua komunitas ini, yang namanya saja sampai sekarang belum ia ketahui.

"Mas, nama perkumpulan ini apa sih?" Tanya Bella ketika mereka berjalan melewati beberapa mobil sport supermewah yang terparkir di sepanjang jalan menuju rumah megah itu. Pasti ini semua mobil para tamu yang hadir di sana.

"Hmm... kayaknya nggak ada nama resminya sih. Tapi bisa dibilang Klub 'Berbagi Kebahagiaan'," jawab Anggra sedikit ragu. "Salah satu acara di pesta ini adalah lelang barang berharga, dan uang hasil lelang akan didonasikan kepada yayasan yatim piatu."

"Woow. Keren banget itu, Mas! Ternyata selain kaya, mereka juga murah hati ya?" Cetus Bella kagum.

Namun semua kekaguman itu pun serta-merta sirna, kala pasangan suami istri itu memasuki  pintu ganda yang tinggi dan sangat berat ketika didorong.

Bella tak bisa berkata-kata ketika melihat puluhan manusia tampan dan cantik dengan dandanan serta busana mereka yang mahal, serta-merta menolehkan kepala mereka kepada dirinya.

"K-kenapa semua orang memperhatikan kita, Mas?" Bella mencengkram lengan suaminya dengan erat karena gugup, tapi anehnya Anggra terlihat santai saja dengan segala perhatian itu.

"Mereka bukan memperhatikan KITA, tapi memperhatikan KAMU, Sayang," ucapnya memperjelas. "Itu karena kamu sangat cantik malam ini "

Rasa-rasanya Bella ingin sekali berlari sejauh mungkin dari sini, jika saja Anggra tidak menyeret langkahnya untuk berjalan masuk ke sebuah ruangan luas seperti sebuah aula yang sangat megah.

Bella serasa berada di sebuah ruangan yang diperuntukkan oleh bangsawan Inggris, seandainya saja tatapan para lelaki di sana tidak memandangnya dengan sorot yang mengganggu.

Bella menelan ludah, saat merasa bahwa para lelaki bertuxedo menatapnya dengan penuh nafsu, memindai seluruh tubuhnya dari atas ke bawah tanpa melewatkan satu inchi pun.

Tidak, ini tidak benar. Bella harus meminta suaminya agar angkat kaki dari sini!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel