Bab 9. Mengantar Aya
"Ayo Ay, kita pulang.Aku antar kamu pulang yah." Kata Agnes.
Aya yang sekarang sudah berpenampilan lusuhpun, hanya mengangguk.
" Iya. Makasih yah, semuanya, kalian sudah mau menolongku " Ucap Aya.
Aya kemudian di antar pulang oleh Agnes, Vio, dan Febri.
Sekarang, giliran Agnes yang menyetir.
Agnes masih fokus menyetir. Jalanan yang cukup berpolusi, dengan cuaca yang sangat panas menyayat kulit.
Agnes tiba-tiba saja menghentikan mobilnya.
" Kenapa Agnes?" tanya Vio.
" Vio, gimana mobil kamu sih. Kok bisa mogok begini...!" Kata Agnes.
Viona tersenyum.
" Agnes, ini kan mobil bekas Agnes. Emang aku ini kamu? yang mobilnya bisa gonta-ganti merek." Cetus Viona.
" Huh, menyusahkan aja." Agnes mendesah.
Agnes kemudian turun dari mobil yang di kendarainya. Memang benar, kalau mobil Vio itu memang mogok.
Viona ikutan turun. Dia kemudian berbisik pada Agnes.
" Mending, sekarang kamu antarkan Aya sampai rumahnya. Mobilku, biar aku yang urus, Mau aku serviskan lagi ke bengkel. Kasihan, Aya. Pasti dia trauma sekali. Coba lihat, dari tadi dia diam saja.Nggak mau bicara."
" Oke." Kata Agnes menyetujui.
Setelah itu, Agnespun memesan taksi Online, untuk mengantarkan Aya pulang.
Aya kemudian pulang dengan Agnes, sekarang mereka menuju ke rumah Agnes dengan taksi yang di pesan Agnes. Aya anak baru di kampus. Tapi entah kenapa, dia bisa terjebak oleh Ronald.
Agnes memegang bahu Aya. Aya masih tampak menangis dan pandangannya ke arah luar. Dia benar-benar takut dan trauma. Seandainya Agnes tidak datang menolong, pasti Aya akan di ambil keperawanannya oleh Ronald.
Aya menoleh ke arah Agnes.
" Agnes, " Ucap Aya dengan mata sayu.
" Iya Aya."
" Makasih banyak yah, kamu sudah mau menolongku."
" Maaf nih, kalau aku boleh tahu, kenapa kamu bisa pacaran sama Ronald. Sementara kamu itu kan, masih baru di kampus kami. Kenapa kamu bisa secepat itu pacaran dengan Ronald?" tanya Agnes ingin tahu.
" Sebenarnya, aku nggak pacaran Nes. aku cuma di jebak saja." Kata Aya mulai memberanikan diri untuk bercerita.
" Oke, sekarang, ceritakanlah sama aku. Aku kan teman sekalas mu. Kita sekarang sahabatan yah." Pinta Agnes.
" Awalnya itu, aku bertemu Ronald di parkiran. Aku itu, udah izin sama dosen, kalau aku mau pulang karena ponakanku sakit keras, sekarang ponakanku ada di rumah sakit. Dan mama sama papaku nggak ada. Aku harus jagain dia dulu untuk sementara."
" Maksud kamu, yang sakit itu ponakan kamu...? Kan ada orang tuanya."
" Ibunya sudah meninggal sejak melahirkannya. Sekarang, kakak lelaki aku harus jadi duda muda." Aya tampak menjelaskan.
" Oh, duda muda?" Agnes tersenyum.
" Iya. Duda anak satu yang ngurus bayinya "
" Terus?" Agnes semakin penasaran.
" Ban mobilku, tiba- tiba saja kempes.Dan Ronald mau ngantar aku ke rumah sakit."
" Tapi gosipnya, kamu itu dekat dengan Ronald, dan baru satu minggu ini jadian."
" Iya, aku memang dekat sama Ronald. Tapi, aku belum jadian sama dia. Ronald memang nembak aku. Tapi, aku belum menerimanya. Dan, aku juga takut sama Kakak aku. Kakak aku itukan, Over protectiv. Dia mana ngizinin aku untuk pacaran." Kata Aya menjelaskan semua duduk permasalahanya pada Agnes.
Berita tentang hubungan Ronald dan Aya itu hanya sebuah gosip murahan, yang hanya gosip simpang siur saja. Tapi nyatanya, Ronald dan Ayaa mereka tidak jadian.
" Oh, gitu? Jadi kita selama ini, salah dong udah nyangka kamu itu pacaran sama Ronald."
Aya tersenyum dan mengangguk. Sepertinya dia sudah tampak lega untuk menceritakan semua kejadian dan kesalah pahaman itu pada Agnes. Aya tidak mau kalau Agnes akan berfikiran negatif tentangnya. Bagaimanapun juga, Aya itu wanita polos, namun bukan wanita gampangan yang merelakan tubuhnya untuk di sentuh lelaki.
Apalagi, kakak dan kedua orang tuanya itu menjaganya sangat ketat. Dan belum ada satu orang lelaki pun yang dekat dengan Aya, karena Kakak Aya sangat menakutkan jika marah.
Sudah banyak lelaki yang mendekati Aya, namun mereka takut menghadapi kakaknya Aya.
Agnes, terdiam. Dia seperti sedang membayangkan sesuatu. Iya, dia membayangkan dan penasaran dengan kakanya Aya.
Seperti apa yah, kakaknya Aya. Fikir Agnes.
Aya sedari tadi selalu menceritakan kakaknya.
Kakak Aya seorang Presdir muda, dia sudah bisa mengembangkan bisnisnya sampai ke manca negara. Kakak Aya adalah anak lelaki satu-satunya, dan sekarang, Ayahnya itu akan membelajari kakak Aya menjadi pembisnis sukses yang tidak bisa tertandingi dan di segani oleh perusahaan manapun.
Kakak Aya sangat tampan, namun sekarang dia berstatus duda semenjak di tinggal mati istrinya. Sekarang, Dia harus menjadi single parents untuk Raisa bayinya yang sekarang sudah menginjak tujuh bulan.
" Aku jadi penasaran Ay, sama kakak kamu. Seperti apa sih, aku juga pengin punya saudara." Kata Agnes tiba-tiba.
" Kakak ku, sangat perfect. Dia cakep sekali. Melebihi apapun. Dia orang yang sangat baik dan setia. Walau kadang, dia juga galak sama aku.
" Iyalah, cakep. Orang adiknya juga cakep banget." Puji Agnes
" Terus, Kaka kamu kenapa belum menikah lagi?" tanya Agnes
" Iya. Karena, kakak aku itu masih teringat Kak Nita. Mantan istrinya, yang meninggal tujuh bulan lalu."
" Oh.." Agnes manggut-manggut.
" Padahal, sudah banyak wanita yang mengantri untuk mendapatkan hati Kak Andre. Tapi, Kak Andre belum mau membuka hati untuk wanita-wanita itu."
" Iya. Aku tahu. Memang sulit untuk melupakan orang yang kita cintai.Butuh waktu lama untuk bisa move on. Apalagi, kakak kamu anaknya masih kecil.Baru tujuh bulan."
Aya melebarkan senyum. Dia sekarang tahu, kalau Agnes memang gadis yang baik. Walau penampilannya, terkesan seperti anak ugal-ugalan dan seperti lelaki, tapi pada dasarnya Agnes itu anak yang baik. Dia tidak sombong, walaupun orang tuanya itu kaya raya. Agnes itu cewek yang sederhana dan apa adanya.