Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Paksaan Pernikahan

Setelah memiliki seorang ayah secara resmi, Franco memeluk adiknya dengan sangat senang!

"Brylee! Kita sudah memiliki seorang ayah! Mulai sekarang, teman-teman kita di sekolah tidak akan bisa mengejek kita lagi!"

"Tapi bagaimana dengan Ibu?" Brylee yang sangat dekat dengan ibunya ini masih merasa sedikit cemas, "Apakah kita masih bisa menemui Ibu?"

"Tentu saja bisa." Franco merangkul bahu Brylee, berbisik di samping telinganya, "Jangan lupa, target kita berikutnya adalah mempersatukan Ayah dan Ibu."

Wajah Hayden terlihat cerah, dengan suara yang berat dia berkata, "Mulai sekarang ini adalah rumah kalian, kalau kalian memerlukan sesuatu, kalian bisa mengatakannya pada kepala pelayan, tentu saja kalian juga bisa mengatakannya padaku."

"Ayah! Aku menyayangimu!" Franco menyatakan perasaannya dengan penuh antusias.

Dia mengajak Brylee bermain petak umpet dengan para pelayan, memakan kue yang enak, bermain tebak-tebakan, mengendarai mobil sport mainan...dengan harapan bisa menghilangkan rasa rindu adiknya terhadap ibu.

Dan pada akhirnya, usaha dan kerja keras Franco ini berhasil, bagaimanapun juga Brylee masih anak kecil.

Rumah besar yang biasanya sunyi ini tiba-tiba menjadi ramai, dipenuhi dengan suara tawa kedua anak ini.

Hati Hayden yang sudah kesepian sangat lama ini menjadi hangat, kekosongannya pun seakan-akan sudah terisi penuh.

Kedua anaknya bermain di lantai satu.

Hayden memasuki ruang kerja di lantai atas, ketika dia mau membalas email, tiba-tiba ponselnya berdering.

Dia mengeluarkan ponselnya, setelah melihat orang yang meneleponnya, dia langsung mengangkatnya, "Ibu."

"Kapan kamu akan menikahi Catherine?" Milana Winarto sudah cukup bersabar sangat lama, sehingga dia menanyakannya secara langsung, "Berikan aku kepastian sekarang juga."

Hayden berdiri di depan jendela, sambil melihat kedua anaknya yang sedang bermain di tengah halaman, dia bertanya, "Ibu tidak bisa meneleponku untuk menanyakan hal lain?"

"Tidak ada hal yang lebih penting dari hal ini!" Suara ibunya menjadi lebih dingin, "Catherine terbang jam lima sore besok, kamu jemput dia di bandara saja."

Hayden memasukkan satu tangannya ke kantong, "Besok adalah ulang tahun putri wali kota yang ke-20, aku harus menghadiri acara makan malamnya, jadi aku tidak ada waktu untuk menjemputnya."

"Hayden!" Milana marah besar, setelah menenangkan diri, dia baru berkata, "Baiklah, tidak masalah, tapi besok lusa kalian berdua harus makan malam di sini, untuk menentukan hari pernikahan kalian!"

"Aku tidak akan menikahinya." Suara Hayden terdengar sangat tegas, "Jangan banyak berharap."

"Hayden!" Amarah ibunya lagi-lagi meningkat, "Semua orang bilang berkeluarga jauh lebih penting daripada karir, selain Catherine, aku tidak tahu wanita mana lagi yang cocok denganmu."

Kebetulan Hayden melihat Franco memetik sekuntum bunga mawar, lalu berlutut di depan Brylee seperti seorang pangeran kecil, anak ini sedang melamar?

Hayden pun tersenyum-senyum melihatnya, kedua matanya juga menjadi lembut.

"Bukankah kamu bilang dia adalah tangan kananmu? Catherine pasti adalah pilihan terbaik, memangnya kamu tidak bisa melihat pengorbanannya untuk Grup Winarto selama beberapa tahun ini?"

Hayden tidak mau membuang-buang waktu untuk membahas hal ini, jadi dia langsung mematikan teleponnya.

Dia sama sekali tidak mau memikirkan perasaan ibunya.

Ketika senyuman di bibirnya menghilang, seluruh tubuhnya lagi-lagi mengeluarkan aura yang dingin, suhu seluruh ruang kerja pun turun beberapa derajat.

Ketika ponselnya berdering lagi, awalnya Hayden mau langsung mematikannya, tapi ternyata yang menghubunginya adalah orang lain.

Dia mengangkatnya, meletakkan ponsel di samping telinganya.

"Pak Hayden." Orang itu memberi laporan dengan hormat, "Latar belakang Nona Keira sepertinya disembunyikan dengan sengaja, sekarang informasi yang kudapat tidak banyak."

"..." Kening Hayden mengerut, kedua matanya menjadi tajam.

Orang itu lanjut memberi laporan...

Sampai panggilan ini berakhir, Hayden tidak mengatakan apa-apa.

Dia meletakkan ponselnya, hatinya terasa tidak enak, seakan-akan ada tembok batu yang mengganjalnya.

Keira tidak memiliki orang tua, juga tidak memiliki kerabat, selama enam tahun ini, dia membesarkan kedua anaknya sendirian di Desa Tonlas, juga membantu penduduk desa keluar dari kemiskinan, dia menanam berbagai macam bunga dan tanaman herbal, memperbaiki kolam ikan, sehingga peternakan di Desa Tonlas bisa berkembang dengan sangat baik.

Dia juga menguasai keterampilan medis, semua penyakit yang diidap penduduk desa bisa diatasi olehnya, bagi para penduduk desa, dia adalah seorang peri...

Tapi terkadang, dia juga bisa kelelahan sampai pingsan.

Tidak tahu kenapa, setelah mendengar semua laporan itu barusan, hati Hayden terasa sakit.

Beberapa tahun ini, sepertinya Keira sangat menderita?

Di dalam ruang kerja, pria yang sangat berpengaruh di dunia bisnis ini merasa hatinya seperti ditabrak oleh sesuatu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel