Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8

Hesti merasa konyol saat mendengarnya.

"Morgan, apakah kamu sudah gila?"

"Kamu hanya menantu matrilokal, tapi bahkan berani mengatakan akan melenyapkan Keluarga Haris? Tahukah kamu seberapa kuat mereka?"

Morgan berkata dengan tegas, "Ibu, percayalah padaku, satu kataku sekarang bahkan bisa memusnahkan Keluarga Haris."

Hesti memberikan ponsel kepada Morgan dan menyindirnya, "Bukankah satu katamu bisa menghancurkan Keluarga Haris? Perlihatkan padaku!"

Morgan tercengang.

Saat ini, dia memang bisa menghancurkan Keluarga Haris dengan mudah.

Namun, dia sudah mengatakan akan memberi waktu tujuh hari kepada mereka. Dirinya adalah Dewa Perang nomor satu, mana boleh ingkar janji?

Hesti mengejeknya ketika melihatnya tidak bicara, "Kamu bahkan tidak bisa melakukannya, tapi berani sombong di depanku. Tolong jangan membual di depanku kelak."

Edgar yang diam dari tadi berkata, "Sudah, jangan bertengkar lagi, perjamuannya sudah mulai, jangan menjadi bahan lelucon semua orang."

Hesti baru diam setelah mendengar kata suaminya.

Edgar menghela napas saat melihat Morgan, tapi tidak mengatakan apa-apa.

Namun kekecewaan terlihat jelas di matanya.

Dalam sekejap, perjamuan dimulai.

Anggota Keluarga Prayoga bersiap duduk.

Julian Prayoga, putra pertama Keluarga Prayoga yang merupakan paman Merisa tiba-tiba menghentikan keluarga Hesti.

"Kalian tidak bisa duduk di meja besar, hanya boleh duduk di meja kecil."

Keluarga Merisa tercengang mendengarnya.

Hesti maju dan berkata marah, "Kakak, kenapa kamu berkata seperti itu, kami juga anggota Keluarga Prayoga."

Julian melihat Hesti dan berkata dengan sinis, "Kamu sudah menikah, apakah masih bisa disebut anggota Keluarga Prayoga? Jika bukan karena kami berbaik hati menerimamu, mungkin kalian sudah menjadi gelandangan saat ini."

"Kamu ..."

Kata-katanya membuat Hesti sangat marah.

Hesti tidak menyangka bahkan kakaknya sendiri memandang rendah dirinya saat keluarga mereka jatuh.

Edgar yang sadar kalau posisi mereka lebih rendah berkata, "Sudahlah, jangan bertengkar lagi, kita duduk di meja kecil saja!"

Orang lainnya tersenyum melihat adegan ini.

"Kamu harus minta maaf kepada ibuku!"

Saat ini, Morgan ke depan Julian dan berkata dengan serius.

Julian melihat Morgan, "Memangnya siapa kamu? Kamu hanya menantu matrilokal saja, tapi berani kurang ajar di depanku. Apakah kamu percaya aku akan mengusir kalian dari sini?"

"Morgan, sudahlah!"

Morgan masih ingin bicara, tapi Merisa menariknya.

Ketika melihat tatapan penuh permohonan Merisa, akhirnya Morgan menahan dirinya.

Saat ini, seorang pria tua keluar.

Pria tua ini adalah pemimpin Keluarga Prayoga, kakek Merisa, Bimo Prayoga.

Bimo terkejut saat melihat Morgan.

Dirinya masih ingat dengan Morgan, tapi dia hanyalah seorang menantu matrilokal, jadi tidak terlalu peduli.

"Kakek, ini adalah hadiah yang dibawakan Morgan."

Saat melihat Bimo keluar, Merisa segera membawa Morgan menemuinya dan memberikan hadiah padanya.

Bimo sama sekali tidak melihat hadiahnya dan bertanya dengan dingin, "Morgan, kamu ke mana selama lima tahun ini?"

Morgan berkata datar, "Kakek, aku pergi menjadi tentara!"

"Menjadi tentara?" Bimo mengerutkan alis dan bertanya, "Kamu pulang sekarang karena sudah pensiun? Apakah kamu sudah menjadi pemimpin ratusan pasukan?"

Morgan mengatakan yang sebenarnya, "Tidak!"

Wajah Bimo langsung berubah saat mendengarnya.

Julian menyindirnya, "Ayah, jangan tanya lagi. Aku rasa dia hanya menjadi tukang masak atau pekerjaan rendah lainnya. Mungkin juga menjadi tukang pelihara hewan ternak di sana."

"Hahaha!"

Semua orang tertawa setelah mendengarnya.

Ekspresi Hesti dan lainnya sangat buruk ketika mendengar cemoohan ini.

Tidak peduli apa pun itu, Morgan adalah menantu keluarga mereka, kata-kata Julian mempermalukan mereka.

Pada saat yang sama, Hesti semakin tidak menyukai Morgan.

Lima tahun telah berlalu!

Meski orang bodoh setidaknya ada sedikit pencapaian!

Kenapa Morgan tidak ada pencapaian sama sekali!

Morgan berkata datar saat menghadapi semua ini, "Meskipun aku tidak menjadi pemimpin kavaleri atau komandan, tapi aku sekarang adalah seorang Jenderal Besar yang membawahi puluhan ribu tentara!"

"Tentang jabatan-jabatan kecil itu, mereka saja tidak punya kualifikasi untuk menjinjing sepatu milikku."

"Selama aku mau, komandan garnisun Kota East Coast juga harus tunduk padaku."

Seluruh aula langsung hening.

Semua orang melihat Morgan dengan mata melotot.

Komandan garnisun Kota East Coast, pejabat pengadilan, menteri perbatasan harus tunduk kepada Morgan?

Mereka semua tidak bisa menahan diri untuk bicara setelah beberapa detik kemudian.

"Merisa, apakah ini pria yang kamu tunggu selama lima tahun itu?"

"Apakah dia tahu siapa komandan garnisun Kota East Coast? Sombong sekali dia!"

"Aku rasa dia pasti baru keluar dari rumah sakit jiwa dan otaknya bermasalah."

Tidak ada satu pun yang percaya kepada Morgan.

Semua orang menganggapnya orang gila, orang bodoh dan menertawakannya.

Akhirnya Hesti tidak bisa menahan dirinya setelah mendengar cibiran semua orang, "Morgan, diam kamu! Apakah kamu masih merasa tidak cukup memalukan?"

Morgan melihat Hesti dan berkata tanpa daya, "Ibu, aku tidak berbohong."

"Keluar kalau kamu masih bicara lagi!" Hesti berkata marah.

"Memalukan!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel