Bab 19
"Apakah kalian tidak salah, mana mungkin aku tamu agung kalian?"
Merisa bertanya dengan heran.
"Benar, tuan Finley berpesan secara khusus kalau Nona Merisa adalah tamu agung malam ini."
Pengawal berkata dengan serius.
"Ini ..."
Merisa langsung tidak tahu harus mengatakan apa.
Dia tidak pernah mengalami hal seperti ini.
Dirinya hanyalah nona besar yang paling tidak dihargai di Keluarga Haris.
Mana mungkin menjadi tamu agung Tuan Finley?
Jantung Merisa berdebar.
Undangan emas murni ini asli.
Dirinya adalah tamu agung Finley.
Kalau begitu, identitas Morgan pasti tidak sederhana ...
"Tidak mungkin, kalian pasti salah!"
"Benar, Merisa hanyalah lelucon di Kota East Coast!"
Ekspresi Keluarga Haris dan Keluarga Prayoga terlihat buruk.
Mereka tidak percaya dengan kenyataan ini.
Jika Merisa tamu agung Finley, maka siapa mereka?
"Diam, kalian bahkan berani meragukan tuan Finley?"
Kepala pengawal melihat mereka semua.
Keluarga Haris dan Keluarga Prayoga tidak berani melihatnya, semua orang menunduk dengan diam.
Hesti maju ke depan dan bertanya, "Kenapa mereka berdiri di depan pintu?"
Kepala pengawal berkata dengan dingin, "Mereka masuk daftar hitam dan dilarang masuk!"
"Oh, ternyata seperti itu!"
Hesti langsung tersenyum bangga.
"Merisa, cepat serahkan undangan emas murni itu!"
Pada saat ini, Rahul maju ke depan.
"Kakek, apa maksudnya?"
Merisa bertanya dengan bingung.
"Cepat serahkan undangan itu kalau kamu cucu Keluarga Haris."
"Morgan mengancam Keluarga Haris di hari ulang tahunku dan meminta kami berlutut di depanmu dalam waktu tujuh hari."
"Orang seperti ini tidak pantas menjadi menantu Keluarga Haris, aku mau kamu bercerai dengannya!"
Pada saat ini, kedua mata Rahul melihat Merisa dengan tajam.
Reymon dan Archie saling bertatapan, mereka langsung mengerti maksud Rahul.
Keluarga Haris dilarang masuk ke dalam, tapi Merisa punya undangan emas murni.
Keluarga Haris bisa masuk ke dalam dengan status tamu agung kalau bisa mendapatkan undangan itu.
Semua ini akan sangat membantu Keluarga Haris menjadi keluarga kelas satu Kota East Coast.
"Merisa, apakah kamu mau melawan? Kamu bahkan tidak mau mendengarkan kata kakek?"
Reymon maju dan berkata dengan tegas.
Archie tersenyum dingin, "Merisa, aku sarankan untuk cepat serahkan undangan itu. Jangan salahkan kami kalau tidak menurutinya!"
"Kakek, Paman Kedua, kenapa kalian mendesakku seperti ini?"
Mereka adalah keluarganya, tapi memaksanya seperti ini.
Hati Merisa langsung merasa sangat putus asa.
"Ayah, kenapa kamu melakukan ini?"
Edgar dan Hesti juga maju ke depan.
"Diam, kalian tidak berhak bicara di sini!"
"Jika kalian masih ingin kembali ke Keluarga Haris, minta Merisa serahkan undangan itu dan bercerai dengan Morgan."
"Apakah kalian tidak ingin kembali Keluarga Haris? Apakah kalian ingin hidup di rumah orang untuk selamanya?"
"Selama Merisa menyerahkan undangan dan bercerai dengan Morgan, aku bukan hanya membiarkan kalian kembali ke Keluarga Haris, tapi juga akan membiarkan Merisa menjadi manajer Haris Grup."
"Jika tidak mau, kalian bukan hanya tidak bisa kembali ke Keluarga Haris untuk selamanya, tapi aku juga akan mencoret nama kalian dari keluarga besar!"
Hesti dan Edgar goyah saat mendapat desakan Rahul.
Mereka sudah cukup menderita selama ini.
"Merisa, berikan undangannya kepada kakek dan bercerai dengan Morgan yang tidak berguna itu!"
Hesti berkata kepada Merisa setelah ragu sejenak.
"Apa? Ibu, apakah kamu mau memaksaku juga?"
Mata Merisa langsung merah.
"Merisa, jangan dengarkan mereka, berikan undangan kepada kakek (ayah ibu), aku akan membantumu."
Pada saat ini, Bimo tiba-tiba berkata.
Bimo tentu mengerti maksud Rahul, dia juga menginginkan undangan emas murni ini.
Dengan adanya undangan emas itu, Keluarga Prayoga bisa menghadiri pesta ini sehingga bisa mengenal lebih banyak orang atas.
Pada saat itu, mungkin Keluarga Prayoga bisa maju setingkat sehingga menjadi keluarga tingkat dua.
"Merisa, kakekmu benar, berikan undangannya kepada Keluarga Prayoga, paman akan memperlakukan keluarga kalian dengan baik kelak."
Julian berkata sambil tersenyum kepada Merisa.
Dalam sekejap, kartu undangan di tangan Merisa langsung menjadi rebutan Keluarga Prayoga da Keluarga Haris.
"Bimo, kamu berani berebut denganku?"
Rahul memelototi Bimo dan ekspresinya terlihat jelek.
Bimo mendengus, "Rahul, jangan pikir aku takut padamu. Putriku telah menikah dengan Keluarga Haris, tapi Keluarga Prayoga tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Aku benar-benar buta setuju menjalin pernikahan dengan keluarga kalian!"
Keluarga Haris dan Keluarga Prayoga saling bertatapan, percikan api terlihat di antara mereka.
"Merisa, aku kakekmu (pihak ayah), berikan undangan padaku!"
"Jangan dengarkan dia, aku ayah ibumu, berikan undangan padaku!"
"Aku paman keduamu ..."
"Aku juga pamanmu ..."
Keluarga Haris dan Keluarga Prayoga saling berebutan!
Merisa merasa pusing.
Semua orang mendesaknya.
Saat ini, Merisa merasa dibuang seluruh dunia dan merasa sangat tidak berdaya.
Merisa memegang undangan emas murni dengan erat dan berkata, "Tidak, aku tidak akan menyerahkan undangan ini kepada kalian. Morgan memberikan undangan ini padaku, jadi aku tidak akan berikan kepada kalian!"
"Merisa, apakah kamu bahkan tidak mau mendengarkanku?"
"Kamu akan diusir dari Keluarga Haris untuk selamanya kalau tidak memberikan undangan itu!"
"Kamu tidak bisa masuk ke rumah Keluarga Prayoga kalau tidak menyerahkan undangan ini!"
Rahul dan Bimo marah ketika melihat Merisa menolaknya.
Semua orang mengepung Merisa dengan tatapan bengis, seolah ingin memakannya.
Merisa memegang undangan emas sambil gemetaran.
Dirinya terlihat bersikeras!
"Morgan, ada di mana kamu?"
"Cepat datang, aku hampir tidak tahan lagi."
Wajah Merisa menjadi pucat saat menghadapi desakan semua orang.
Air matanya mengalir tanpa sadar.
Sosok Morgan muncul di benaknya.
Ternyata sosoknya sudah melekat di hatinya tanpa sadar ...
Pada saat ini.
Boom, boom!
Terdengar suara kencang sehingga tanah terasa bergetar.
Semua orang kaget dan segera melihat ke arah suara.
Ratusan tank, kendaraan berlapis baja datang dari kejauhan.
Debu segera bertebaran.
"Ada apa ini?"
Semua orang kaget saat melihatnya.
Sebelum semua orang sadar kembali, lima ribu prajurit berseragam loreng dengan senjata lengkap datang serentak.
Setiap langkah mereka membuat tanah bergetar seolah ada gempa.
Ratusan tank dan kendaraan berlapis baja berbaris di depan pintu gerbang.
Lima ribu prajurit terbagi menjadi beberapa barisan dan terlihat serius.
Aura yang menakutkan langsung menyebar.